2.5 Nyeri
Menurut International Association for the Study of Pain IASP, nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik secara aktual maupun potensial. Nyeri merupakan hal yang penting karena berperan sebagai mekanisme proteksi tubuh yang timbul ketika
jaringan mengalami kerusakan sehingga tubuh mendapat kesempatan untuk melakukan proses perbaikan. Rasa nyeri dapat muncul ketika mendapat stimulus yang
cukup kuat dari saraf yang bersifat subjektif yang dapat diilustrasikan berdasarkan pengalaman masing-masing orang.
Rangsangan panas, mekanis, atau kimia secara terus menerus dapat mengaktivasi nosiseptor.
Nosiseptor adalah reseptor nyeri yang merupakan ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di seluruh jaringan tubuh kecuali
di otak. Kerusakan jaringan dapat mengeluarkan senyawa kimia seperti prostaglandin, kinin, dan ion potassium K
+
yang dapat menstimulasi nosiseptor, nyeri dapat bertahan bahkan setelah stimulus penyebab nyeri dihilangkan karena
senyawa kimia penyebab nyeri masih bertahan dan juga karena nosiseptor sangat sulit untuk beradaptasi. Nyeri dapat diobati dengan mengatasi penyebab nyeri tersebut,
penggunaan obat pereda nyeri serta dengan melakukan aktivitas yang mengalihkan perhatian seperti pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah.
17-9,22
2.5.1 Nyeri odontogenik
Nyeri odontogenik merupakan nyeri yang berasal dari struktur kompleks pulpodentinal dan dapat bersamaan dengan jaringan periapikal. Nyeri odontogenik ini
biasanya terjadi karena dentin terbuka atau hipersensitif dentin, pulpitis reversible dan irreversible, karies hingga pulpa, fraktur, restorasi terbuka, abses, dll.
19,20
Nyeri akibat hipersensitif dentin merupakan suatu peningkatan rasa sakit akibat dentin yang terpapar. Timbulnya nyeri dapat dikarenakan oleh paparan panas, kimia,
atau tekanan osmotik. Nyeri akibat pulpitis merupakan respons inflamasi jaringan konektif pulpa terhadap iritan akibat peningkatan tekanan intrapulpa yang melewati
ambang rasa sakit.
20
2.5.2 Pengobatan sendiri terhadap nyeri odontogenik
Pengobatan sendiri menggunakan obat modern yaitu pengobatan sendiri dengan menggunakan obat sediaan rumah yang memakai obat sediaan pabrik seperti
analgesik, antiinflamasi, pasta desensitizing.
2,19
Analgesik merupakan obat yang dapat mengatasi nyeri seperti aspirin, paracetamol, ibuprofen, dll. Analgetik yang
termasuk dalam golongan anti inflamasi non-sterid seperti NSAID yang dapat mengatasi nyeri dan peradangan.
11,21-2
Pengobatan sendiri ini diharapkan dapat mengatasi nyeri odontogenik dan dalam penggunaannya seharusnya mengikuti aturan
yang berlaku seperti menggunakan sesuai aturan pemakaian, dosis obat, penggunaan obat sesuai golongan yang ditetapkan yaitu golongan obat bebas dan bebas terbatas
dan berobat ke dokter gigi ketika rasa nyeri berlanjut atau agar dapat mengurangi dampak negatif muncul dari obat tersebut.
13,14
Penelitian Qaiser di India pada tahun 2012 menemukan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter sebesar 13,4. Antibiotik merupakan obat yang menggunakan
jamur, mikroorganisme lainnya atau bahan sintetis yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Indikasi penggunaan antibiotik di bidang
kedokteran gigi adalah sebagai profilaksis antibiotik dan pengobatan sebagian kasus peradangan seperti abses periodontal, ginggivitis ulseratif nekrose akut,
periokoronitis dan osteomyelitis. Pengobatan sendiri menggunakan antibiotik merupakan hal yang salah. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
2406MENKESPERXII2011 tentang pedoman umun penggunaan antibiotik yang menyatakan dokter atau dokter gigi yang dapat menulis resep antibiotik sesuai dengan
indikasi, penggunaan obat, dosis obat yang tepat dan apoteker mengkaji kelengkapan resep dan dosisnya. Penggunaan antibiotik yang sembarangan dapat memperburuk
kondisi sistemik tubuh. Penggunaan penisilin yang memiliki riwayat alergi dapat menyebabkan reaksi alergi seperti urtikaria pada kulit dan syok anafilaktik.
Penggunaan tetrasiklin dapat mengganggu pertumbuhan jaringan tulang dan gigi dan keseimbangan ekologik mikroflora sehingga menyebabkan kandidiasis. Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat indikasi dan dosis penggunaan dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
2,21,23-5
Pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional yaitu penggunakan obat sediaan rumah dengan memakai bahan herbal seperti minyak cengkeh, garam dapur,
bawang, tomat, cabai yang memiliki kandungan yang dapat meredakan nyeri. Penggunaan bahan obat tersebut dengan berbagai cara seperti mengkonsumsi secara
langsung dengan pengunyahan, berkumur- kumur, meletakkan bahan tersebut di lubang gigi sebagai tampon, diseduh untuk diminum, dll. Pengobatan sendiri
menggunakan obat tradisional juga memiliki efek samping bila penggunaanya kurang tepat. Pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional terhadap nyeri odontogenik
yang dilakukan masyarakat berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan telah diturunkan secara turun temurun, walaupun belum ada penelitian lebih lanjut terhadap
penggunaan bahan tradisional tersebut.
9,12,16
2.6 Kerangka Konsep