Rekomendasi Keberlanjutan Analisis Keberlanjutan 1.

4.5.2. Rekomendasi Keberlanjutan

Hasil dari analisis di atas adalah rumusan strategi atau rekomendasi keberlanjutan, sesuai dengan urutan tingkat kepentingannya sebagai berikut: 1. Memperkuat dan mengembangkan berbagai kebijakan, peraturan, kontrol aspek legal, dan program solutif dan aplikatif yang lebih spesifik untuk mendukung keberlanjutan lanskap budaya; 2. Meningkatkan kualitas generasi budaya dengan pendidikan budaya sejak dini pada generasi muda, membuka peluang dan memberi insentif pada perantau untuk berinvestasi di kampung halaman, guna meningkatkan kualitas ketahanan budaya yang otomatis mengembangkan sektor pariwisata; 3. Meningkatkan pemahaman dan kualitas sumber daya manusia harus dengan berbagai pendidikan terkait dan sosialisasi ulang mengenai kekayaan alam dan kearifan lokal yang dimiliki, agar terjadi optimalisasi produktifitas efektif+efisien pada sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang ramah pariwisata, dan tidak mudah terbawa arus modernisasi yang menyebabkan degradasi lanskap budaya; 4. Mengurangi intensitas pencemaran dengan mengurangi budidaya ikan nila introduksi intensif di atas danau, karena terdapat subtitusi spesies endemik yang lebih bernilai dan berkelanjutan; 5. Melestarikan spesies endemik danau agar dapat dikembangkan menjadi fokus komoditas budidaya unggulan dan bernilai jual tinggi yang mendukung pariwisata dan keberlanjutan ekosistem danau; 6. Mengoptimalkan kekuatan atau potensi fisik dan biofisik alami melalui peningkatan kualitas pengelolaan lahan dengan sosialisasi ulang sistem pemanfaatan lahan parak yang berbasis kearifan lokal adat budaya setempat, guna meningkatkan nilai-nilai lokal dan daya jual wisata minat khusus yang mendukung aktivitas pariwisata berkelanjutan; 7. Melakukan program pengendalian atau mitigasi bencana bersama masyarakat setempat berbasis budaya atau kearifan lokal guna meningkatkan karakter khusus yang mendukung aktivitas pariwisata berkelanjutan; 8. Mengembangkan, mempertahankan, dan mengelola kualitas layanan dari objek-objek wisatanya masing-masing berbasis pada adat-budaya nagari dan kearifan lokal untuk mengoptimalkan profit dari pariwisata.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Karakteristik lanskap alami Danau Maninjau adalah danau yang terbentuk dari kawah atau kaldera gunung purba. Bentukan lahan ini membuat rona lanskap lingkar Danau Maninjau memiliki keunikan tersendiri. Barisan bukit-bukit terjal yang mengelilingi batas terluar kecamatan ini menjadi pembatas atau penyangga fisik alami yang masih cukup ditumbuhi hutan primer. Ketinggian elevasi lahan yang mengarah semakin turun ke bawah dan terpusat ketengah danau membuat semua aliran juga mengarah terpusat ke danau. Nilai kemiringan lahan di lingkar Danau Maninjau yang beragam menjadikan pemanfaatannya juga beragam dan ini cukup mempengaruhi ekosistem alami danau. Salah satu aspek indikator ekosistem alami danau terpengaruhi adalah jumlah populasi spesies endemik ikan rinuak dan bada yang semakin menurun. Karakteristik lanskap budaya di lingkar Danau Maninjau sesuai dengan unit sistem yang berlaku, yaitu sistem nagari. Nagari secara admnistratif terbentuk dari upaya penjagaan nilai filosofi budaya Minangkabau pada aspek fisik dan biofisik. Oleh karena hal tersebut, nagari merupakan unit budaya yang diformalkan dan menjadi satuan unit batas pemerintahan administratif di bawah tingkat kecamatan. Terdapat delapan nagari yang mengelillingi dan bersentuhan langsung dengan danau, dan satu nagari hasil pemekaran yang tidak bersentuhan dengan danau. Sembilan nagari ini disatukan oleh wilayah administrasi Kecamatan Tanjung Raya, dengan Nagari Maninjau sebagai pusat atau ibu kota kecamatan. Setelah menilai setiap komponen aspek analisis dalam analisis karakteristik lanskap budaya ekologi, sosial ekonomi, dan sejarah spiritual budaya, dihasilkan total akumulasi nilai setiap nagari yang menunjukkan bahwa Nagari Sungai Batang adalah nagari dengan nilai karakteristik lanskap budaya tertinggi, Maninjau dan Duo Koto dengan nilai rendah, sedangkan enam nagari lainnya yanitu Bayua, Koto Kaciak, Koto Gadang, Koto Malintang, Paninjauan, dan Tanjung Sani dengan nilai sedang. Rekomendasi pengembangan dan pelestarian lanskap di lingkar Danau Maninjau harus berorientasi pada keberlanjutan. Analisis keberlanjutan dengan metode SWOT menghasilkan strategi pertumbuhan growth strategy dengan