Sistem Adat Budaya Minangkabau

Penurunan kualitas air Danau Maninjau ini juga disebabkan oleh pembuatan bendungan PLTA di Batang Antokan sebagai outlet Danau Maninjau yang menyebabkan pembalikan massa air dari kolom air bagian bawah yang anaerobik dan mengandung gas beracun, pembuatan karamba budidaya ikan, dan peningkatan aktivitas-aktivitas berlimbah domestik disekitar danau, seperti pertokoan, hotel, cafe, rumah makan, rekreasi masal, pasar, dan sebagainya. Penurunan kualitas jasa lingkungan ini merupakan akibat dari semakin intensifnya tekanan aktivitas sosial ekonomi masyarakat saat ini.

2.3. Sistem Adat Budaya Minangkabau

Menurut Ismael dalam Rasyid 2008, Minangkabau memiliki hierarki sistem adat yang terdiri dari unsur inti core element dan unsur turunan peripheral element. Masing-masing unsur ini terbagi lagi menjadi dua tingkatan. Unsur inti core element adat terbagi menjadi adat nan sabana adat adat yang benar-benar adat pada tingkat filosofis dan adat nan diadatkan adat yang diadatkan pada tingkat teoritis. Unsur inti core element dari adat ini tidak dapat diubah dalam kondisi apapun karena merupakan dasar atau acuan dari sistem adat tersebut. Tataran di bawahnya, elemen adat turunan peripheral element terbagi menjadi adat nan teradat adat yang teradat pada tingkat metodologis dan adat istiadat adat yang terlihat pada tingkat praktis. Elemen turunan ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan aktual masyarakat dan umumnya berfungsi praktis dalam menjaga hubungan antar masyarakat, kekeluargaan internal, momen-momen atau kejadian penting, dan kehidupan sehari-hari. Skema sistem adat ini digambarkan dalam diagram di bawah Gambar 2. Unsur inti dari piramida sistem adat Minangkabau bersifat tetap dan mutlak. mencakupi tataran filosofis dan metodologis, adat nan sabana adat dan adat nan diadatkan. Adat nan sabana adat adalah filosofi kepastian alami, acuan terhadap ketentuan-ketentuan alam, yang berlaku sepanjang waktu. Masyarakat Minangkabau dituntut menjadikan alam sebagai guru yang menyiratkan ilmu pengetahuan. Adat nan diadatkan pada tataran teoritis merupakan adat yang disusun dan diwariskan oleh nenek moyang pendahulu Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang. Bentuk dari adat nan diadatkan ini adalah pola adat dari dua keselarasan induk suku Bodi Caniago dan Koto Piliang yang berupa sistem garis keturunan matrilineal. Gambar 2. Sistem Adat Minangkabau Ismael dalam Rasyid, 2008 Unsur turunan dari tataran filosofis dan teoritis pada sistem adat Minangkabau ini adalah tataran metodologis dan praktis, adat nan teradat dan adat istiadat. Adat nan teradat adalah peraturan kesepakatan dari para penghulu pemimpin suku atau kaum dari setiap nagari. Bentuk dari adat nan teradat ini adalah kata-kata adat, adat salingka nagari, harato salingka kaum adat berlaku dalam nagari, harta pusaka berlaku selingkar kaum. Segmen metodologis ini berlaku pada skala nagari, sehingga kesepakatan dari masing-masing internal nagari tidak mutlak sama, disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan hak otonomi setiap nagari. Adat istiadat merupakan kebiasaan dan ciri khusus dalam aspek-aspek praktis kehidupan sehari-hari, kesenian, permainan rakyat, bentuk pakaian, tatacara dalam pembangunan rumah, penggunaan rumah adat, upacara- upacara adat, dan sebagainya.

2.4. Keberlanjutan Lanskap Budaya