Analisis Tahapan dan Metode Penelitian

RTRW Kabupaten Agam 2010-2030. Data Pengaruh Kegiatan Pariwisata didapat melalui kuisioner pendapat dari 100 orang masyarakat di lingkar Danau Maninjau yang dipilih secara acak.

3.3.2. Analisis

Data yang telah dikumpulkan pada tahap inventarisasi yang dijabarkan di atas akan menjadi bahan analisis. Analisis dilakukan dengan dua metode yaitu, spasial dan deskriptif. Analisis spasial bertujuan untuk menghasilkan deskripsi karekteristik lanskap budaya lingkar Danau Maninjau, mengetahui karakter interaksi manusia dan lanskap alami tersebut. Analisis deskriptif dilakukan dengan metode analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunity, Threat. Metode SWOT bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan dan merumuskan strategi pengembangan dan pelestarian lanskap budaya di Lingkar Danau Maninjau tersebut. Analisis Karakteristik Keberlanjutan Lanskap Budaya Kawasan lingkar Danau Maninjau ini tersatukan dalam satu Kecamatan Tanjung Raya yang terdiri dari sembilan nagari, oleh karena itu maka unit analisis spasial yang digunakan adalah unit nagari. Unit nagari merupakan satuan batas administrasi yang terukur secara spasial dan juga diakui sebagai satuan unit kontrol sosial budaya masyarakat. Komponen aspek analisis dalam analisis karakteristik lanskap budaya yaitu: ekologi, sosial ekonomi, dan sejarah spiritual budaya. Kriteria yang digunakan dalam aspek ekologi adalah pola penggunaan lahan dan danau. Pola penggunaan lahan dan danau diklasifikasikan menurut nilai intensitas interaksinya derajat pengubahan manusia terhadap lanskap alami. Intensitas interaksi ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: alami hutan, transisi kebun campuran dan semak belukar, intensif sawah dan pemukiman. Luas dari masing-masing kelompok intensitas interaksi setiap nagari dipersentasikan, kemudian kelompok intensitas interaksi yang mendominasi mewakili nilai ekologisnya, semakin besar pengubahan gangguan lanskap alaminya maka semakin rendah pula nilai ekologisnya. Nilai masing-masing kelompok adalah: 3 untuk nagari dengan dominasi kelompok alami hutan, 2 untuk nagari dengan dominasi kelompok transisi kebun campuran dan semak belukar, dan 1 untuk nagari dengan dominasi kelompok intensif sawah dan pemukiman. Aspek sosial ekonomi dianalisis dengan menilai hubungan kriteria kepadatan penduduk per-nagari dengan kecenderungan kebutuhan lahannya. Kepadatan penduduk yang tinggi akan berdampak pada aktivitas ekonomi cenderung tinggi, dan kebutuhan terhadap lahan juga semakin tinggi. Oleh karena itu semakin tinggi kepadatan penduduknya semakin mengancam keberlanjutannya atau nilai keberlanjutannya akan semakin rendah. Menurut Undang-undang no. 56 PRP 1960, kepadatan penduduk dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas, masing-masing adalah: tidak padat 1-50 jiwa km², kurang padat 51-250 jiwa km², cukup padat 251-400 jiwa km², dan sangat padat lebih dari 400 jiwa km². Kepadatan penduduk setiap nagari dinilai berdasarkan klasifikasi tersebut dengan kriteria penilaian, 3 untuk nagari dengan kelas tidak padat sampai kurang padat 1-250 jiwa km², 2 untuk nagari dengan kelas cukup padat 251-400 jiwa km², dan 1 untuk nagari dengan kelas sangat padat lebih dari 400 jiwa km². Kriteria yang menentukan klasifikasi nilai sejarah, spiritual, dan budaya adalah dari nilai sejarah perkembangan dan regenerasi budaya dan nilai pergeseran adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masing-masing nagari. Mengacu dari piramida sistem adat Minangkabau Ismael dalam Rasyid, 2008 yang terbagi menjadi elemen inti adat nan sabana adat – filosofis dan adat nan diadatkan – teotiris dan elemen turunan adat nan teradat – metodologis dan adat istiadat – praktis, klasifikasi karakteristik budaya dapat dinilai dari signifikansi perubahan adat istiadat pada tataran metodologis dan praktis. Semakin signifikan perubahan tersebut maka semakin rendah nilai budayanya. Hal tersebut mencakup nilai-nilai tata cara kehidupan sehari-hari baik yang terlihat secara fisik tangible seperti peninggalan fisik bangunan atau situs yang memiliki muatan sejarah dan budaya dan juga yang tidak terlihat intangible seperti peran lembaga adat kemasyarakatan dalam pelestarian nilai-nilai budaya. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah jumlah situs sejarah budaya dan peran lembaga adat kemasyarakat dalam pelestarian kegiatan adat kemasyarakatan dari setiap nagari yang dijabarkan dalam Lampiran 5. Kedua kelompok parameter tersebut dinilai berdasarkan jumlah masing-masing elemen dari parameter tersebut dengan kelas nilai, 3 baik untuk nagari yang memiliki lebih dari lima 5 elemen, 2 cukup untuk nagari yang memiliki tiga sampai lima 3-5 elemen, dan 1 kurang untuk nagari yang memiliki kurang dari tiga 3 elemen. Oleh karena penilaian pada aspek ini menggunakan dua kelompok parameter maka, penilaian total dilakukan dengan konversi rentang nilai menjadi tiga kelas yaitu, 3 tinggi untuk nagari yang memiliki total nilai lebih dari empat 4, 2 sedang untuk nagari yang memiliki total nilai tiga sampai empat 3-4, dan 1 rendah untuk nagari yang memiliki total nilai kurang dari tiga 3 elemen. Tahap selanjutnya adalah penjumlahan total nilai dari ketiga aspek untuk setiap nagari. Nilai total dikonversi menjadi tiga kelas nilai dengan rentang nilai yaitu, 3 tinggi untuk nagari yang memiliki total nilai lebih dari tujuh 7, 2 sedang untuk nagari yang memiliki total nilai lima sampai tujuh 5-7, dan 1 rendah untuk nagari yang memiliki total nilai kurang dari lima 5 elemen. Analisis Keberlanjutan Analisis keberlanjutan dilakukan secara deskriptif dengan metode analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunity, Threat dan dilakukan untuk mengetahui aspek yang mempengaruhi serta merumuskan upaya rekomendasi keberlanjutan lanskap budaya lingkar Danau Maninjau. Metode SWOT digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari segi internal, dan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari segi eksternal. Faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan, diidentifikasi dari data pada aspek fisik-biofisik dan aspek sosial-budaya masyarakat kawasan lingkar Danau Maninjau. Faktor eksternal, peluang dan ancaman, diidentifikasi dari data pada aspek kebijakan dan peraturan pemerintah di atas tingkat kecamatan dan aspek aktivitas pariwisata yang membawa pengaruh dari luar kawasan Danau Maninjau.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Aspek Fisik dan Biofisik