Lembaga Kemasyarakatan Aspek Sosial Budaya 1. Demografi

kepala keluarga atau 51,9 lulus SD dan SLTP, 2.047 kepala keluarga atau 24,9 lulus SLTA, dan sisanya 437 kepala keluarga atau 5,3 lulus Perguruan Tinggi atau yang setara. Angka persentase status tingkat pendidikan kepala keluarga ini berpengaruh pada kualitas kehidupan dan daya saingnya. Hasil wawancara dengan seorang pemerhati budaya di Maninjau, Bahaluddin DT. Tanameh, menyebutkan bahwa pendidikan formal saat ini telah bergeser esensinya. Banyak elemen pendidikan dasar yang bermuatan budaya yang seharusnya menjadi dasar identitas tidak lagi didapat siswa sejak sistem pendidikan formal hasil kolonialisme diterapkan. Kawasan Danau Maninjau merupakan bagian yang memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Agam. Kegiatan perokonomian unggulan di kecamatan ini terletak pada sektor dan sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, serta pariwisata. Kegiatan pertanian tanaman pangan di Kawasan Danau Maninjau memberikan kontribusi pada produksi komoditi padi sawah, cabe, tomat, pisang, dan jeruk. Kontribusi yang cukup signifikan, dalam skala kabupaten, adalah pada komoditi padi sawah 8,25 dan cabe 4,16, sedangkan untuk komoditi lainnya masih di bawah 1, seperti tomat 0,73, pisang 0,97, dan jeruk 0,24. Kegiatan perkebunan yang menonjol berdasarkan produksinya di Kawasan Danau Maninjau adalah perkebunan komoditi kulit manis, yang mana produksinya mencakup 3,61 dari total produksi di Kabupaten Agam. Selain itu, kontribusi produksi komoditi kelapa dalam juga cukup baik, yaitu sekitar 2,04 . Kegiatan perikanan yang dominan di Kawasan Danau Maninjau adalah perikanan budidaya, terutama budidaya keramba. Produksi budidaya perikanan di Kawasan Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya merupakan yang terbesar di Kabupaten Agam sekitar 74,2. Di kawasan ini pula diterapkan kebijakan budidaya ikan nila pola intensif yang terdiri dari 27.761 KAT 7,86 dan 44.600 KRB 7,74.

4.2.2. Lembaga Kemasyarakatan

Wilayah lingkar Danau Maninjau ini secara administratif merupakan satuan wilayah Kecamatan Tanjung Raya. Tidak berbeda dengan umumnya struktur hierakhi pemerintahan di Indonesia, Kecamatan Tanjung Raya berada di bawah wilayah pemerinyahan Kabupaten Agam, dan Kabupaten Agam dibawah pemerintahan Provinsi Sumatera Barat. Sistem hubungan lembaga kemasyarakatan yang berbeda dari wilayah lainnya di Indonesia adalah sistem Nagari yang secara administratif berada di bawah Kecamatan. Dalam historis ketatanegaraan, „Nagari‟ merupakan sebutan bagi desa di jaman dahulu. Namun sebenarnya, dari sisi sistem dan filosofinya, kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Nagari menurut Mochtar Naim dalam BAPPEDA, 2003, merupakan lambang mikrokosmik dari sebuah tatanan makrokosmik yang lebih luas. Di dalam konsep nagari tersebut terkandung makna sebuah negara dalam artian miniatur. Tabel 10. Perbedaan Konsepsi Nagari dan Desa NAGARI DESA Sifat: Self-contained, otonom, dan mampu membenahi diri sendiri. Tidak otonom, merupakan unit pemerintahan terendah dari sebuah sistem birokrasi. Perangkat: Eksekutif Legislatif Yudikatif Desa tidak ada perangkat otonom tertentu Hubungan dengan pihak lain: Ikatan daerah dan kekerabatan adat primordial-konsanguinal struktural-fungsional dalam artian teritorial-pemerintahan yang efektif. Hubungan vertikal ke Luhak dan ke Alam Hubungan horizontal ke samping antara sesama nagari, terutama adalah kaitan emosional tetapi tidak struktural-fungsional. Hubungan vertikal dengan unit pemerintahan yang lebih tinggi sentralistis, hirarkis vertikal Sumber: Mochtar Naim dalam BAPPEDA, 2003 Nagari bersifat self-contained, otonom, dan mampu membenahi diri sendiri. Perangkat pemerintahan nagari juga mencakup unsur legislatif, eksekutif, dan yudikatif seperti layaknya sebuah negara, dimana unsur tersebut merupakan kesatuan holistik bagi berbagai perangkat tatanan sosial budaya lainnya. Mochtar Naim juga menyebutkan bahwa desa memperlihatkan gambaran yang sebaliknya, desa merupakan perangkat terendah dari suatu sistem birokrasi yang sentralistis, hirarkis-vertikal, dan sentripetal, dimana pusatnya berada di luar budayanya sendiri Tabel 10. Konsep Nagari dapat menjadi dasar pemanfaatan dan pengelolaan lahan, terutama yang terkait dengan hak kepemilikan tanah ulayat. Tanah ulayat di sini didasari pada prinsip kepemilikan komunal yang penggunaan dan pendistribusiannya tunduk kepada hukum adat. Disini Nagari akan berperan untuk mengatur penggunaan dan pendistribusian tersebut. Semua keputusan menyangkut penggunaan dan pendistribusian lahan didasari pada persetujuan Kerapatan Adat Nagari. Secara umum, lembaga dan instrumen pemerintahan suatu nagari terdiri dari : 1. KAN Kerapatan Adat Nagari, merupakan Lembaga Pengusul dan Pensosialisasi Kebijakan. Lembaga ini beranggotakan Niniak Mamak dari setiap suku. Niniak Mamak merupakan orang yang dianggap sebagai pimpinan dalam sukunya masing-masing atau dalam bahasa umum disebut sebagai tetua adat. Sebagai pemimpin terdepan dalam suatu suku, Niniak Mamak mempunyai peran untuk mewakili dan menggali aspirasi anak kamenakan dan mensosialisasikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan dari tingkat Nagari, 2. BPN Badan Pengawas Nagari, merupakan Lembaga pengawas kebijakan. Lembaga Legislatif ini terdiri dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat, wakil-wakil masyarakat. Kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan atau diusulkan dalam Nagari diawasi dan dikontrol oleh lembaga ini. 3. MTTS Musyawarah Tali Tigo Sapilin, Tungku Tigo Sajarangan, Merupakan media atau instrumen dalam Nagari berbentuk majelis atau musyawarah. Musyawarah ini mempertimbangkan, menilai, dan menjadi penasehat kebijakan Nagari sebelum disahkan. Musyawarah ini terdiri dari unsur Niniak Mamak tetua adat, Alim Ulama pemuka agama, dan Cadiak Pandai orang-orang berpendidikan, akademisi, profesional, dan sejenisnya. Lembaga MTTS mempunyai peran untuk menilai dan mempertimbangkan kebijakan ketentuan yang akan diterapkan dalam masyarakat, 4. PEMERINTAHAN NAGARI. Merupakan lembaga pelaksana pemerintahan. Melaksanakan semua kebijakan atau ketentuan yang telah disepakati oleh lembaga-lembaga dan instrumen yang ada dalam Nagari. Pemerintahan Nagari ini juga merupakan Lembaga yang mengurusi administrasi Nagari. Dimensi lain dari sistem pemerintahan Nagari adalah perlunya alokasi ruang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pemerintahan Nagari. Berdasarkan Perda Kabupaten Agam No. 31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari pasal 6 ayat 2 disebutkan bahwa dalam pemekaran Nagari harus memenuhi syarat-syarat adanya: 1. babalai bamusajik memiliki balai adat dan mesjid 2. balabuah batapian memiliki jalan dan sempadannya 3. basawah baladang memiliki sawah dan ladang 4. babanda buatan memiliki sistem irigasi dan drainase 5. batanaman nan bapucuak bercocok tanam yang berpucuk 6. mamaliaro nan banyao memelihara yang bernyawa 7. basuku basako memiliki suku dan kelompok 8. niniak mamak nan ampek suku tetua adat dari empat suku 9. baadat balimbago memiliki adat dan lembaga 10. bapandam pakuburan memiliki tempat pemakaman 11. bapamedanan memiliki „medan‟ atau ruang terbuka sosial 12. kantua nagari memiliki kantor nagari.

4.2.3. Filosofi dan Nilai-Nilai