4. TM4
: jarak tanam 5x2 m dengan pupuk dasar 5 kg. Pupuk dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah pupuk kandang. Pupuk
dasar diberikan pada setiap lubang tanam sebelum kegiatan penanaman. Selain itu diberikan juga kapur pertanian dan dolomit sebanyak 300 g pada setiap lubang
tanam berukuran 30x30x30 cm. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Peta penyebaran pohon tersaji pada Lampiran 1.
Gambar 1 Peta sketsa lokasi penelitian Yunus 2011
3.4 Pengambilan dan Pengolahan Data
Variabel yang diambil pada penelitian ini adalah berupa tinggi pohon T, diameter pohon D, dan daya sintas DS atau daya hidup pohon umur 0 bulan
sampai 15 bulan. Tinggi tanaman diukur dengan galah berskala metrik dari pangkal batang hingga titik tumbuh apikal. Diameter tanaman diukur 40 cm dari
pangkal batang Susanto et al. 2008. Daya sintas dihitung berdasarkan jumlah
klon yang hidup dalam setiap tree plot mulai dari umur 0 bulan sampai 15 bulan. Nilai persen daya sintas dihitung dengan rumus Yunus 2011:
DS =
ℎ
x 100 Keterangan :
DS = Daya sintas Th = Tanaman hidup
Td = Jumlah tanaman total dalam tree plot
Kemudian untuk analisis lebih lanjut dengan analisis ragam, nilai daya sintas disederhanakan dengan rumus Yunus 2011:
DS = arcsin �
Data hasil pengukuran tinggi, diameter, dan daya sintas dianalisis ragamnya dengan model linear Zhang et al. 2003; Yu dan Pulkkinen 2003:
Χ
ijkl
= µ + C
j
+ M
k
+ C
j
M
k
+ ε
ijkl
Keterangan: Χ
ijkl
= variabel yang diukur µ
= rata-rata C
j
= efek klon ke-j; j=1,2,3,....,42 M
k
= efek lokasi ke-k; k=1,2,3,4 C
j
M
k
= efek interaksi antara klon ke-j dan lokasi ke-k
ijkl
= galat
Komponen ragam dihitung dengan expected mean square yang dihasilkan dengan rumus PROC GLM; RANDOM TEST SAS Institute Inc. 2004.
Repeatability diestimasi dari manipulasi aljabar dari ragam Zhang et al. 2003; Yu dan Pulkkinen 2003:
2
= �
2
�
2
�
2
�
2
+ �
1
�
� 2
�
2
+ �
2
�
2
Keterangan :
2
= Repeatability �
2
= Ragam klon �
� 2
= Ragam interaksi antara klon dengan tapak mikro �
2
= Ragam error �
1
= Koefisien yang berhubungan dengan ragam tapak mikroklon �
2
= Koefisien yang berhubungan dengan ragam klon
Standar error untuk repeatability diestimasi dengan rumus Zhang et al. 2003; Yu dan Pulkkinen 2003:
SW
2
=
21 −
2 2
[1+ �
2
−1
2
]
2
�
2
�
2
−1 �−1
Keterangan: SW
2
= Standar error repeatability
2
= Repeatability �
1
= Koefisien yang berhubungan dengan ragam tapak mikroklon �
2
= Koefisien yang berhubungan dengan ragam klon N
= Jumlah klon Korelasi genetik antar sifat klon dihitung dengan menggunakan rumus Zhang et al.
2003: �
,
= �
,
�
2
�
2
Keterangan: �
,
= Korelasi klonal antara sifat x dan y �
,
= Estimasi kovarian klonal antara x dan y �
2
= Komponen klonal dari estimasi varian x �
2
= Komponen klonal dari estimasi varian y Dengan standar erornya dirumuskan dengan Zhang et al. 2003:
� = 1
− �
2
2 �
2
�
2
2 2
Keterangan: �
= Standar eror korelasi genetik �
2
= Estimasi korelasi genetik �
2
= Repeatability karakter x �
2
= Repeatability karakter y
2
= Standar eror repeatability karakter x
2
= Standar eror repeatability karakter y Korelasi genetik antar microsite antara dua sifat x dan y dapat diestimasi dengan rumus
Zhang et al. 2003: �
,
= �
� 1, 2 1
2
Keterangan: �
� 1, 2
= Koefisien korelasi fenotipe antara x pada tapak mikro 1 dan y pada tapak mikro 2
1
= Akar dari repeatability x pada tapak mikro 1
2
= Akar dari repeatability y pada tapak mikro 2 Hubungan korelasi fenotipik antara variabel pertumbuhan dihasilkan dari PROC CORR
Sas Institute Inc. 2004. Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa proporsi seleksi yang akan dilakukan
adalah sebesar 61 yaitu sekitar 25 dari 41 klon yang ada dengan intensitas seleksi sebesar 0,617 Becker 1992. Pendugaan perolehan genetik pada sifat y berdasarkan
seleksi klon pada sifat x dihitung dengan rumus Falconer 1981:
G = � � � Keterangan:
G = Perolehan genetik
� = Intensitas seleksi
= Akar repeatability untuk sifat x �
= Standar deviasi klonal untuk sifat y �
= Korelasi genetik antara sifat x dan sifat y
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN