IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keragaman Sifat Pertumbuhan dan Taksiran Repeatability
Penelitian tentang klon JUN hasil perkembangbiakan vegetatif ini dilakukan untuk mendapatkan performa pertumbuhan serta menaksir nilai
repeatability dari setiap tapak mikro. Tabel 3 menyajikan nilai koefisien keragaman serta pertumbuhan maksimal dan minimal klon JUN pada 4 tapak
mikro.
Tabel 3 Nilai rata-rata variabel pertumbuhan pada setiap tapak mikro
TM 1 TM 2
Mean Range
CV Mean
Range CV
D 3,50 ± 0,04
0,2 – 6,19 29,69
3,36 ± 0,04 0,6
– 7,03 30,04 T
343,66 ± 4,62 6
– 663 33,74
334,08 ± 4,53 14
– 733,5 34,69 DS
94,14 ± 0,02 50
– 100 14,59 91,47 ± 0,02
50 – 100 17,13
TM 3 TM 4
Mean Range
CV Mean
Range CV
D 3,48 ± 0,04
0,09 – 6,95 30,35
3,38 ± 0,04 0,21
– 7,64 33,31 T
349,65 ± 4,22 58,5
– 672 32,08 325,80 ± 4,49
5,8 – 710
39,22 DS
96,56 ± 0,01 75
– 100 10,36 93,13 ± 0,02
– 100 16,91
TM=tapak mikro; D=diameter; T=tinggi; DS=daya sintas
Tabel 3 menunjukkan pertambahan diameter tertinggi klon JUN pada umur 15 bulan adalah sebesar 7,64 cm yaitu pada tapak mikro 4. Demikian juga
dengan pertambahan tinggi klon JUN yang mencapai 7,33 meter. Koefisien keragaman pada setiap tapak mikro menunjukkan angka 50 yang menunjukkan
bahwa keragaman pertumbuhan tinggi dan diameter klon JUN umur 15 bulan ini rendah. Semakin rendah nilai koefisien keragaman menunjukkan bahwa tinggi
dan diameter klon JUN relatif seragam. Hasil untuk karakter daya sintas, keempat tapak mikro menunjukkan performa yang baik yang ditunjukkan dengan rataan
daya sintas yang bernilai 90. Menurut Na’iem 2004 dalam Mahfuz et al.
2010 nilai daya sintas sebesar 90 sudah termasuk indikator yang baik dalam pertanaman uji, karena faktor lingkungan dianggap sudah sesuai dengan jenis
pohon pertanaman uji. Hasil dari taksiran repeatability terhadap diameter, tinggi, dan daya sintas
disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel klon memiliki andil yang tinggi terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi JUN pada umur 15
bulan. Hal ini ditunjukkan oleh persentase keragaman klon yang lebih tinggi daripada tapak mikro dan interaksi antara klon dengan tapak mikro. Pernyataan
tersebut juga diperkuat dengan nilai repeatability karakter tinggi dan diameter yang besar. Nilai repeatability menunjukkan seberapa besar klonfaktor genetik
berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman.
Tabel 4 Analisis ragam, komponen ragam , dan repeatability
Source DF
Type III SS Mean
Square F
Value Pr F
variance
2
Diameter 0,855 ± 0,028
TM 3
7,12 2,37
2,48 0,0591
tn
0,10 Klon
41 440,63
10,75 11,25 ,0001
12,37 TM x klon
123 191,39
1,56 1,63 ,0001
3,20 Error
2635 2516,71
0,96 84,32
Tinggi 0,729 ± 0,044
TM 3
200445,3 66815,10
5,22 0,0014
0,48 Klon
41 3032375,8
73960,38 5,78 ,0001
5,83 TM x klon
123 2464105,7
20033,38 1,57 ,0001
3,09 Error
2633 33685622
12793,63 90,60
DS 0,044 ± 0,022
TM 3
0,595 0,198
4,09 0,0069
1,74 Klon
41 2,038
0,050 1,03
0,4303
tn
0,27 TM x klon
123 5,845
0,048 0,98
0,5444
tn
-0,46 Error
542 26,275
0,048 98,45
= sangat nyata pada taraf 1; tn= tidak nyata; TM=tapak mikro; DS=daya sintas
Peranan tapak mikro terhadap tinggi juga menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada taraf 1 namun tidak demikian dengan pengaruhnya terhadap
diameter. Hal ini diduga terjadi karena kecenderungan pohon muda akan tumbuh ke atas tinggi terlebih dahulu sebelum melakukan pertumbuhan ke samping
diameter. Namun demikian, interaksi antara klon dengan tapak mikro-nya menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata terhadap diameter dan tinggi
JUN. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pohon tidak hanya dipengaruhi oleh genetik atau lingkungan semata, namun perpaduan atau interaksi antara
genetik dengan lingkungan Kramer dan Kozlowski dalam Sofyan et al. 2011. Matheson dan Raymond 1984 dalam Sofyan et al. 2011 menyatakan bahwa
penelitian yang menggunakan materi dari perbanyakan vegetatif akan seringkali menghasilkan interaksi yang sangat kuat antara klon dengan lingkungannya.
Kondisi tapak mikro menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya sintas JUN. Variabel klon serta interaksi klon dengan tapak mikro belum
menunjukkan pengaruh yang nyata untuk karakter daya sintas di lapangan. Variabel klon serta interaksi antara klon dengan tapak mikro tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap daya sintas JUN. Hal ini diduga berhubungan dengan perawatan lahan JUN oleh petani penggarap yang berbeda-beda sehingga
mengakibatkan tempat tumbuh jati yang beragam. Pengolahan lahan yang intensif oleh petani penggarap membuat unsur hara yang ada di dalam tanah menjadi lebih
kaya karena asupan nutrisi yang ditujukan pada tanaman pertanian secara tidak langsung berpengaruh pada pertumbuhan JUN. Pernyataan ini diperkuat oleh
argumen Seldbourne 1972 dalam Sofyan et al. 2011 yang menyatakan bahwa faktor lingkungan edafis memberikan pengaruh yang lebih kuat jika dibandingkan
dengan faktor klimatis. Ragam errorkesalahan dalam penelitian ini cukup besar yakni lebih dari
80. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya heterogenitas lingkungan tempat tumbuh JUN. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Yu dan Pulkkinen
2003 pada penelitian klon hibrid Populus spp. umur 3 tahun yang memiliki keragaman error berkisar 80. Penelitian Yu dan Pulkkinen 2003 memiliki
keragaman tempat tumbuh berupa tipe lahan yaitu lahan pertanian dan kehutanan. Burdon 1977 dalam Yu dan Pulkkinen 2003 menyatakan bahwa seharusnya
perhatian yang utama ditujukan pada faktor lingkungan daripada faktor genetik itu sendiri untuk pertanaman uji karena karakter lingkungan menjadi sangat penting
apakah dapat menjadi lokasi yang baik dalam pertanaman uji ataukah tidak. Pada lokasi penelitian ini, lahan yang kini digunakan untuk uji klon diduga beragam.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya tunggak-tunggak pohon bekas penebangan pada beberapa tempat di salah satu tapak mikro Gambar 2,
sedangkan pada tapak mikro yang lain tidak ditemukan tunggak-tunggak pohon. Hal ini diduga terdapat perbedaan kegunaan lahan, yaitu pertanian dan
perkebunan. Namun demikian standar eror repeatability yang dihasilkan pada masing-masing karakter menunjukkan nilai yang sangat kecil yaitu 0,028 untuk
karakter diameter; 0,044 untuk karakter tinggi; serta 0,022 untuk karakter daya sintas. Menurut Mathew dan Vasudeva 2003 nilai standar eror yang sangat kecil
mengindikasikan bahwa nilai kepercayaan untuk taksiran repeatability yang didapat sangat kuat.
Gambar 2 Trubusan pohon bekas tebangan lingkaran merah pada tapak mikro 1 dan 2
Repeatability menunjukkan konsistensi dari klon-klon JUN terhadap performa tumbuhnya. Repeatability dianggap
sedang jika berkisar antara 0,4−0,6 sedangkan untuk nilai repeatability kurang dari 0,4 dianggap rendah dan lebih
dari 0,6 dianggap tinggi. Nilai repeatability yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan nilai yang tinggi yakni 0,86 untuk pertumbuhan diameter serta 0,73
untuk pertumbuhan tinggi. Nilai repeatability berpengaruh pada korelasi genetik antar beberapa sifat, semakin besar nilai repeatability maka nilai korelasi juga
akan semakin tinggi. Nilai repeatability juga menunjukkan kemungkinan pertumbuhan pada generasi selanjutnya akan mirip atau tidak dengan indukannya
jika ditanam pada kondisi tempat tumbuh serta perlakuan yang sama. Nilai repeatability pada setiap tapak mikro disajikan dalam Tabel 5. Nilai
repeatability pada Tabel 5 memperlihatkan nilai rata-rata yang tinggi untuk karakter diameter yaitu 0,770 dan bernilai sedang pada karakter tinggi yaitu
bernilai 0,592. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa karakter tinggi memiliki tingkat sensitif yang lebih tinggi daripada karakter diameter. Nilai repeatability
untuk daya sintas menunjukkan nilai yang sangat kecil. Hal ini disebabkan nilai repeatability pada tapak mikro 1, 2, dan 3 tidak dapat diestimasi karena ragam
eror pada saat pengolahan data yang sangat tinggi Lampiran 2. Hal ini membuat proses penghitungan untuk taksiran repeatability bernilai negatif.
Tabel 5 Taksiran nilai repeatability pada setiap tapak mikro
Tapak mikro Repeatability
Diameter Tinggi
Daya Sintas 1
0,760±0,043 0,629±0,055
- 2
0,693±0,050 0,236±0,049
- 3
0,822±0,034 0,781±0,039
- 4
0,806±0,036 0,723±0,046
0,393±0,078 Rata-rata
0.770 0.592
0.098
Tabel 5 memperlihatkan hasil yang paling kecil untuk repeatability karakter tinggi pada tapak mikro 2 yaitu sebesar 0,236. Hal ini disebabkan faktor
genetik klon pada tapak mikro 2 belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi JUN Lampiran 3, sedangkan pada tapak mikro
yang lain, terlihat bahwa faktor genetik klon berpengaruh sangat signifikan pada pertumbuhan JUN. Kecilnya nilai repeatability pada tapak mikro diduga karena
serangan hama penggerek pucuk pada tapak mikro 2 paling besar jika dibandingkan dengan tapak mikro yang lain berdasarkan uji Duncan Lampiran
3. Serangan hama penggerek pucuk membuat nilai tinggi beberapa klon JUN yang terserang di lapangan menjadi kecil.
4.2 Korelasi antar variabel pertumbuhan