Uji Klon TINJAUAN PUSTAKA

Indukan yang akan diklon untuk menghasilkan jati unggul merupakan jati terbaik yang sebelumnya telah dilakukan seleksi terhadap beberapa jati pada suatu tegakan yang memiliki keunggulan dalam hal sifat fisik daripada populasi jati yang ada. Salah satu hasil dari program pemuliaan Perhutani sejak tahun 1982 adalah diperolehnya klon unggulan yakni JPP Jati Plus Perhutani, setelah sebelumnya dilakukan tes di lapangan pada beberapa lokasi dengan menerapkan sistem silvikultur intensif. JPP dikembangkan melalui stek pucuk, kultur jaringan, dan dengan menggunakan biji yang berasal dari kebun benih klonal. Jati Unggul Nusantara JUN merupakan hasil dari pembiakan vegetatif dari JPP.

2.2 Uji Klon

Perbanyakan yang dilakukan secara vegetatif atau aseksual stek, kultur jaringan, dll merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan suatu sifat anakan yang diinginkan dari induknya. Menurut Finkeldey 2005 perbanyakan aseksual mempunyai arti khusus untuk mengekalkan sifat genotip, populasi atau jenis dari bahaya kepunahan. Pertumbuhan dari suatu tanaman tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Oleh sebab itu interaksi genetik dengan lingkungannya sangat mempengaruhi fenotip suatu tanaman. Uji coba lapangan dilakukan secara periodik untuk mengetahui sifat-sifat yang mempengaruhi performa tanaman uji di lapangan. Sifat-sifat yang diamati biasanya berhubungan dengan karakter pertumbuhan tinggi dan diameter serta daya sintas atau daya hidup. Data yang didapatkan dari penelitian yang berturut-turut, lama-kelamaan akan menunjukkan suatu konsistensi pertambahan pertumbuhan. Konsistensi pertumbuhan suatu sifat yang diamati inilah yang disebut dengan repeatability Tunner Young 1969 dalam Carvalho dan Cruz 2003.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian uji pertumbuhan klon JUN ini dilakukan pada Desember 2011 sampai Juli 2012 dan bertempat di lahan kerjasama antara KPWN dengan Fakultas Kehutanan IPB di Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada empat tapak mikro microsite dengan kondisi umum seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kondisi umum tapak mikro microsite Microsite Tanaman Sela oleh Petani Penggarap Kesuburan Lahan Jumlah Petani Penggarap 1 Padi Ladang, Cabai, Talas Keadaan lahan pada lokasi ini cenderung kurang subur namun masih memenuhi persyaratan tumbuh yang baik untuk jati kecuali pada unsur Ca Yunus 2011 3 2 Padi Ladang 3 3 Jahe, Jagung, Padi Ladang, Kacang Tanah 3 4 Jahe, Kacang tanah, Kacang Koro 4

3.2 Alat dan Bahan

Penelitian ini dilakukan pada tanaman klon JUN berumur 15 bulan dengan 41 klon JUN dan 1 jati lokal sebagai kontrol bibit jati dari Purwakarta. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan serta pengolahan data lapangan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Alat dan bahan penelitian Jenis Pengambilan Data Lapangan Pengolahan Data Alat Kaliper, galah berskala metrik, kamera, alat tulis Komputer, Microsoft Excel, dan software SAS v9.0 portable Bahan Tally sheet -

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada penelitian uji klon ini menggunakan Rancangan acak lengkap berblokRandomized Complete Block Design RCBD. Penelitian ini terbagi dalam 4 replikasi dan ditanam dalam 4 tapak mikro microsite serta masing-masing 4 bibit JUN dalam setiap baris 4 tree plot. Kondisi 4 tapak mikro TM adalah sebagai berikut: 1. TM1 : jarak tanam 3x4 m dengan pupuk dasar 3 kg. 2. TM2 : jarak tanam 3x4 m dengan pupuk dasar 5 kg. 3. TM3 : jarak tanam 5x2 m dengan pupuk dasar 3 kg.