Korelasi antar variabel pertumbuhan

Tabel 5 Taksiran nilai repeatability pada setiap tapak mikro Tapak mikro Repeatability Diameter Tinggi Daya Sintas 1 0,760±0,043 0,629±0,055 - 2 0,693±0,050 0,236±0,049 - 3 0,822±0,034 0,781±0,039 - 4 0,806±0,036 0,723±0,046 0,393±0,078 Rata-rata 0.770 0.592 0.098 Tabel 5 memperlihatkan hasil yang paling kecil untuk repeatability karakter tinggi pada tapak mikro 2 yaitu sebesar 0,236. Hal ini disebabkan faktor genetik klon pada tapak mikro 2 belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi JUN Lampiran 3, sedangkan pada tapak mikro yang lain, terlihat bahwa faktor genetik klon berpengaruh sangat signifikan pada pertumbuhan JUN. Kecilnya nilai repeatability pada tapak mikro diduga karena serangan hama penggerek pucuk pada tapak mikro 2 paling besar jika dibandingkan dengan tapak mikro yang lain berdasarkan uji Duncan Lampiran 3. Serangan hama penggerek pucuk membuat nilai tinggi beberapa klon JUN yang terserang di lapangan menjadi kecil.

4.2 Korelasi antar variabel pertumbuhan

Penelitian klon JUN pada umur 15 bulan juga mengamati korelasi antara 2 sifat dalam pertumbuhan. Dua sifat yang berbeda dari suatu populasi yang diukur memungkinkan adanya korelasi antara keduanya White et al. 2009. Tabel 6 menyajikan korelasi antar ketiga variabel yang diukur. Nilai-nilai yang berada di atas diagonal menunjukkan korelasi genetik dan nilai-nilai yang berada di bawah diagonal menunjukkan korelasi fenotipik. Korelasi fenotipik merupakan korelasi yang terjadi pada interaksi faktor genetik dengan lingkungan, sedangkan korelasi genetik merupakan korelasi yang terjadi pada faktor genetik antara 2 sifat yang diukur Isik 2009. Korelasi genetik dalam pendugaan nilai korelasi juga dihitung karena menurut White et al. 2009 korelasi antar dua sifat yang berbeda mungkin disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan, sehingga dalam penelitian ini korelasi genetik juga dihitung untuk mengetahui apakah faktor genetik dari klon JUN tersebut memiliki korelasi untuk pertumbuhan 2 sifat yang berbeda. Menurut Williams et al. 2002 korelasi genetik yang dihitung dapat digunakan untuk memprediksi respon pada saat dilakukannya penjarangan atau seleksi, membantu prediksi respon suatu sifat yang sulit diukur dengan menggunakan sifat lain yang mudah diukur, memprediksi respon terhadap seleksi di lokasi satu dengan lokasi yang lain, dan untuk memaksimalkan keunggulan dari sifat tertentu yang dipilih pada waktu yang sama melalui indeks seleksi yang dibangun menggunakan korelasi genetik dan heritabilitas. Tabel 6 Korelasi fenotipik bawah diagonal dan genotipik atas diagonal Diameter Tinggi Daya Sintas Diameter 0,884 0,056 Tinggi 0,801 0,070 Daya Sintas 0,002 0,005 =garis diagonal Tabel 6 menyajikan korelasi genetik antara tinggi dan diameter sebesar 0,884 sedangkan untuk korelasi fenotipik antara tinggi dan diameter sebesar 0,801. Nilai tersebut memperlihatkan korelasi yang kuat antara tinggi dan diameter. Hal ini berarti semakin besar diameter batang klon JUN, semakin besar pula nilai tinggi dari klon JUN tersebut. Korelasi antara daya sintas dengan tinggi maupun dengan diameter menunjukkan angka yang kecil, yang berarti bahwa pertumbuhan tinggi serta diameter pohon masih belum diimbangi dengan daya hidup klon JUN di lapangan. Daya sintas suatu tanaman di lapangan dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi tanaman terhadap lingkungan. Selain kemampuan adaptasi, serangan hama dan penyakit juga sangat berpengaruh kepada daya sintas tanaman di lapangan. Hasil korelasi pada Tabel 6 nantinya akan digunakan sebagai patokan dalam kegiatan seleksi Sofyan et al. 2011. Keputusan untuk melakukan seleksi dilihat dari hasil terbesar yang ditunjukkan pada Tabel 6, dalam hal ini karakter tinggi bisa menjadi dasar kegiatan seleksi. Kesimpulan ini didapat dari hasil korelasi antara tinggi dengan daya sintas 0,070 lebih tinggi daripada korelasi diameter dengan daya sintas 0,056, karena dengan hanya memprioritaskan karakter tinggi JUN maka akan diikuti perbaikan dari karakter daya sintas dan diameter Sofyan et al. 2011. Namun jika dilihat hasil pada penelitian sebelumnya pada umur 6 bulan hingga 15 bulan, korelasi genetik yang dihasilkan belum stabil. Oleh sebab itu perlu adanya kajian mengenai korelasi genetik pada tahun-tahun berikutnya agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kerangka penyebaran untuk korelasi fenotipik dapat dilihat dalam Gambar 3. Gambar 3 Kerangka penyebaran korelasi fenotipik Kekokohan batang yang dihitung merupakan perbandingan antara tinggi total dengan diameter batang Jayusman 2005 dalam Hidayah 2011. Kekokohan batang menunjukkan keseimbangan pertumbuhan antara tinggi dengan diameter. Semakin tinggi nilai kekokohan batang, maka pertumbuhan JUN di lapangan semakin tidak seimbang. Korelasi antara kekokohan batang dengan daya sintas dihitung untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ukuran bibit terhadap daya hidup di lapangan. Gambar 3 menunjukkan kekokohan batang yang optimal untuk kemampuan hidup JUN di lapangan ialah ±100. y = 95.34x + 10.46 R² = 0.744 100 200 300 400 500 600 700 800 5 10 T in ggi c m Diameter cm y = -0.013x2 + 2.170x + 10.66 R² = 0.435 20 40 60 80 100 120 140 160 50 100 K eko ko h an b at an g Daya sintas y = 0.020x + 1.479 R² = 0.147 2 4 6 8 0.0 50.0 100.0 D ia m et er c m Daya sintas y = 2.099x + 137.1 R² = 0.132 200 400 600 800 0.0 50.0 100.0 T in ggi m Daya sintas Selain menghitung korelasi antar dua sifat klon JUN, dalam penelitian ini juga dihitung korelasi genetik antar tapak mikro. Tabel 7 menyajikan korelasi genetik antar tapak mikro yang diukur. Tabel 7 Korelasi genetik antar tapak mikro Korelasi Diameter Tinggi Tapak mikro 1 - 2 0,293 0,582 Tapak mikro 1 - 3 0,227 0,225 Tapak mikro 1 - 4 0,144 0,224 Tapak mikro 2 - 3 0,241 0,216 Tapak mikro 2 - 4 0,210 0,436 Tapak mikro 3 - 4 0,189 0,135 Rata-rata 0.217 0.303 Korelasi genetik yang dihasilkan antar tapak mikro menunjukkan korelasi yang lemah digambarkan dengan nilai korelasi yang rendah. Korelasi genetik antar tapak mikro ini menunjukkan bahwa kekuatan hubungan keeratan antar tapak mikro yang diukur sangat lemah. Hal ini berarti bahwa antara tapak mikro satu dengan yang lainnya belum ada hubungan yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan diameter JUN yang diukur.

4.3 Implikasi pada pemuliaan pohon