5 meter di atas permukaan laut mdpl, namun biasanya Brassica juncea
dibudidayakan di daerah berketinggian 100 – 300 mdpl. Tanaman ini tergolong tahan terhadap air hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Berhubung
selama pertumbuhannya tanaman ini memerlukan hawa yang sejuk maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Namun, tanaman ini
juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Brassica juncea sangat cocok ditanam pada tanah gembur yang bertekstur lempung dan banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.
Derajat kemasaman optimum untuk pertumbuhan Brassica juncea berkisar antara 6-7 Haryanto, 2003. Untuk sebagian besar tanaman Brassica juncea, suhu
pertumbuhan optimum adalah antara 15 ºC dan 20 ºC Williams, 2003. Benih Brassica juncea ditumbuhkan dalam kotak-kotak atau bedeng
persemaian untuk suatu pertanaman berumur 4 minggu di dataran rendah tropika. Tanaman semai dapat dipindah tanam sejak umur tiga minggu dengan jarak tanam
15 cm dan diberi naungan selama lima hari pertama. Jika bibit semai besar digunakan, tanaman dapat dipanen pada 25 hari setelah pindah tanam,
menghasilkan sampai 10 tonha. Dari pertanaman berumur enam minggu dapat dipanen hasil sebesar 50 tonha Williams, 1993.
Penyakit yang menyerang tanaman ini adalah busuk basah Erwina yang dapat menjadi parah jika tanaman terluka pada waktu kegiatan budidaya. Penyakit
akar pekuk dapat menjadi sangat parah dan menyebabkan pertumbuhan kerdil yang nyata, tetapi penyakit bercak daun Alternaria biasanya tidak menjadi
masalah. Penyakit rebah semai Phythium spp akan merusak jika tanaman terlalu banyak diairi. Tanaman ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh, oleh karena
itu pemeliharaan bedengan benih yang bersih merupakan satu-satunya persyaratan untuk mengendalikan gulma Williams, 1993.
2.3. Karaktristik Hara Nitrogen N, Fosfor P, Kalium K dalam Tanah dan Tanaman
Sebagian besar Nitrogen N tanah berada dalam bentuk N organik maka pelapukan N organik merupakan proses menjadikan N tersedia bagi tanaman. N
6 dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium
dioksidasikan mejadi nitrit kemudian nitrat Soepardi, 1983. Unsur N terdapat dalam bentuk organik utama dan anorganik. Di dalam
tanah, N-organik dikonversikan ke N-anorganik, berturut-turut menjadi NH
4 +
dan NO
3 -
. Pada suasana anaerob tidak terbentuk NO
2 -
dan NO
3 -
tetapi berhenti pada NH
4 +
pada tingkat reduksi tertentu. Tanaman mengambil N terutama dalam bentuk NH
4 +
dan NO
3 -
. Ion-ion di dalam tanah pertanian berasal dari pupuk-pupuk N yang diberikan serta bahan
organik tanah. Jumlahnya tergantung dari jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan perombakan dari bahan-bahan organik Leiwakabessy dan Sutandi,
2004. Senyawa N digunakan untuk membentuk asam amino yang akan diubah
menjadi protein, membentuk klorofil. Senyawa N juga berperan dalam perbaikan pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N,
berwarna lebih hijau. Gejala kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tenaman terbatas, daun-daun menguning dan gugur. Gejala
kelebihan N menyebabkan keterlambatan kematangan tanaman yang diakibatkan terlalu banyaknya pertumbuhan vegetatif, batng lemah dan mudah roboh serta
mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit Hardjowigeno, 2003. Mobilitas hara P dalam tanah sangat rendah karena rekasi dengan
komponen tanah maupun dengan ion-ion logam dalam tanah seperti Ca, Al, Fe dan lain-lain membentuk senyawa yang kurang larut dengan tingkat kelarutan
berbeda-beda. Reaksi tanah pH memegang peranan sangat penting dalam mobilitas unsur ini Leiwakabessy dan Sutandi, 2004.
Unsur P sering disebut sebagai kunci untuk kehidupan karena fungsinya yang sangat sentral dalam proses kehidupan. Unsur ini berperan dalam proses
pencacahan karbohidrat untuk energi. Penyimpanan dan peredarannya keseluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP. Unsur P berperan dalam pembelahan sel
melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel, selanjutnya berperan dalam menetukan sifat-sifat kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan
DNA. Unsur ini juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Gejala defisiensi P
7 mengakibatkan pertumbuhan terhambat kerdil karena pembelahan sel terganggu
dan daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun Hardjowigeno, 2003. Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada P. Masalah utama ialah
ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari
seluruh kalium tanah Soepardi, 1983. Kalium K sering disebut sebagai katalisator dalam proses hidup karena
menjamin berlangsungnya reaksi kehidupan tanaman. K berperan dalam pembelahan sel, pembukaan stomata, fotosintesis pembentukan karbohidrat,
enzim. K juga merupakan unsur logam yang paling banyak terdapat dalam cairan sel, yang dapat mengatur keseimbangan garam-garam atau dengan kata lain
mengatur tekanan osmotik dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air ke dalam akar. Tanaman yang kurang K akan kurang tahan
kekeringan dibandingkan dengan yang cukup K. Tanaman yang kekurangan K lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah, baik daun,
buah maupun biji. Unsur K mudah bergerak mobile di dalam tanaman sehingga gejala
defisiensi K pada daun terutama terlihat pada daun tua, karena daun-daun muda yang mudah tumbuh dengan aktif menghisap K dari daun-daun tua. Selain itu
gejala defisiensi K menyebabkan pinggir-pinggir daun berwarna coklat, mulai dari daun tua Hardjowigeno, 2003.
2.4. Pupuk Organik