Pupuk Organik TINJAUAN PUSTAKA

7 mengakibatkan pertumbuhan terhambat kerdil karena pembelahan sel terganggu dan daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun Hardjowigeno, 2003. Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada P. Masalah utama ialah ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari seluruh kalium tanah Soepardi, 1983. Kalium K sering disebut sebagai katalisator dalam proses hidup karena menjamin berlangsungnya reaksi kehidupan tanaman. K berperan dalam pembelahan sel, pembukaan stomata, fotosintesis pembentukan karbohidrat, enzim. K juga merupakan unsur logam yang paling banyak terdapat dalam cairan sel, yang dapat mengatur keseimbangan garam-garam atau dengan kata lain mengatur tekanan osmotik dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air ke dalam akar. Tanaman yang kurang K akan kurang tahan kekeringan dibandingkan dengan yang cukup K. Tanaman yang kekurangan K lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah maupun biji. Unsur K mudah bergerak mobile di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi K pada daun terutama terlihat pada daun tua, karena daun-daun muda yang mudah tumbuh dengan aktif menghisap K dari daun-daun tua. Selain itu gejala defisiensi K menyebabkan pinggir-pinggir daun berwarna coklat, mulai dari daun tua Hardjowigeno, 2003.

2.4. Pupuk Organik

Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah antara lain dengan melakukan pemupukan dengan bahanpupuk organik. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation tanah dan sebagainya Hardjowigeno, 2007. Bahan organik yang sudah didekomposisikan dan sudah menjadi humus dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber 8 energi dari sebagian besar organisme tanah Soepardi, 1983. Bahan organik yang telah diproses menjadi pupuk organik kemudian dapat meningkatkan daya larut unsur P, K, Ca dan Mg, meningkatkan C-organik, kapasitas tukar kation, kapasitas tanah memegang air, menurunkan kejenuhan Al dan bulk density BD tanah Lund dan Doss, 1980; Aidi et al., 1996. Pupuk organik, yang merupakan pupuk yang dibuat dari bahan organik yang dapat diperkaya hara lain dan berpengaruh positif terhadap tanaman. Dengan bantuan jasad renik yang ada di dalam tanah, bahan organik yang diberikan ke tanah dapat berubah menjadi humus. Humus ini merupakan perekat yang baik bagi butir-butir tanah saat membentuk gumpalan tanah. Akibatnya, susunan tanah akan menjadi lebih baik dan lebih tahan terhadap gaya-gaya perusak dari luar seperti hanyutan air erosi ataupun hembusan angin. Selain itu, pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman Musnamar, 2003. Ada dua jenis pupuk organik yang beredar di pasaran yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik yang berbentuk padat dan lazim digunakan pertani. Pengaplikasiannya dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah, sedangkan pupuk organik cair merupakan pupuk organik berbentuk cairan. Pengaplikasian pupuk organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke daun atau disiramkan ke tanah. Penyemprotan ke daun perlu menggunakan sprayer Musnamar, 2003. Pupuk organik buatan adalah pupuk yang berasal dari bahan organik yang dibuat dengan teknologi tinggi sehingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fisik dan cara kerja seperti pupuk kimia anorganik. Pupuk ini mampu memperbaiki sifat fisik struktur tanah, kemampuan menahan air, dan lain-lain dan biologi tanah seperti pupuk organik biasa dan dapat menyediakan unsur hara lebih efektif seperti pupuk kimia. Pupuk ini juga tidak mencemari lingkungan sehingga sangat dianjurkan oleh para pecinta lingkungan. Pupuk organik buatan banyak dibuat dalam bentuk cair agar lebih cepat menanggulangi defisiensi hara tanah. Pupuk organik cair diaplikasikan selayaknya pupuk daun, yaitu pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun. Kelebihan pupuk daun 9 dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun stomata berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Kecuali itu unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusakan tanah. Seperti diketahui pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya dapat diserap akar tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah misalnya P difiksasi oleh Al, Fe, atau Ca, unsur K difiksasi oleh mineral liat, ilit dan sebagainya, tercuci bersama air perkolasi, atau tererosi bersama butir-butir tanah. Adapun kekurangan pupuk daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak Hardjowigeno, 2007. Pemberian pupuk lewat daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 3- 5 sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun diaplikasikan. Pupuk daun sebaiknya tidak diberikan saat malam hari, panas terik atau menjelang hujan. Saat terik matahari, cahaya matahari merangsang fotosintesis yang berakibat menurunnya kandungan CO 2 kira-kira 0,03-0,02, tekanan turgor dari sel-sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih akibat proses transpirasi Harjadi, 1996. Bila disemprot pada malam hari, daun sedang menutup, sehingga pupuk tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman. Pemupukan lewat daun sangat menguntungkan bila tanaman dihadapkan pada kondisi : ketersediaan hara di tanah sangat rendah, topsoil kering dan terjadi penurunan aktivitas akar selama fase reproduktif Lingga dan Marsono, 2004 Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah Rizqiani, 2007. 10

2.5. Analisis Tanaman