1. Aspek politik domestik, akan mendukung kebijakan nasional bagi upaya
konservasi dan pengelolaan perikanan yang bermigrsi jauh di wilayah Samudera Pasifik Bagian Barat dan Tengah;
2. Aspek politik luar negeri, akan memperkuat posisi Indonesia dalam forum
organisasi perikanan regional dan internasional, serta menegaskan komitmen Indonesia sebagai negara pihak pada UNCLOS 1982 bagi
kerjasama internasional dalam kegiatan konservasi dan pemanfaatan sumberdaya ikan;
3. Aspek teknis ekonomi, akan memberikan peluang bagi Indonesia dalam
mengakses bantuan teknis dan finansial dari WCPFC, serta untuk menghindari adanya embargo ekspor produk perikanan Indonesia oleh
negara-negara anggota WCPFC seperti yang sudah diberlakukan sebelumnya oleh CCSBT untuk ekspor tuna sirip biru Indonesia sejak 1 Juli
2005. Hal ini dimaksudkan demi mempertahankan akses pasar global yang sudah ada selama ini; dan
4. Dengan menjadi anggota WCPFC, akan memudahkan proses pertukaran
informasi dan data perikanan yang tepat dan akurat diantara negara anggota dan adanya alih teknologi untuk Indonesia sebagai negara berkembang
dalam kegiatan konservasi sumberdaya ikan di wilayah Samudera Pasifik
bagian Barat dan Tengah.
2.4 Peraturan mengenai Laut Lepas
Laut lepas merupakan semua bagian laut yang tidak termasuk dalam laut teritorial atau perairan pedalaman sesuatu negara. Laut lepas terbuka bagi semua
bangsa, tidak satu negarapun boleh mengatakan secara sah bahwa sesuatu bagian dari laut itu termasuk dalam daerah kekuasaannya UU nomor 61 tahun 1961.
Kebebasan pada laut lepas, dilakukan atas syarat-syarat yaitu kebebasan melakukan navigasi, kebebasan melakukan perikanan, kebebasan memasang kabel
dan pipa saluran di bawah permukaan laut, kebebasan melakukan penerbangan di atas laut lepas. Kebebasan di laut dibuat supaya negara-negara yang berpantai
dengan negara-negara yang tak berpantai memiliki hak yang sama sehingga dapat bebas mengadakan perjalanan ke laut UU Nomor 61 Tahun 1961.
Setiap kapal yang akan mengadakan perjalanan laut harus mengibarkan bendera satu negaranya. Sebuah kapal yang berlayar memakai bendera dari dua
negara atau lebih dianggap sebagai kapal tanpa kebangsaan. Jika terjadi sesuatu pelanggaran atau sesuatu kecelakaan navigasi atas sebuah kapal di laut lepas maka
tidak boleh diadakan tuntutan hukuman atau hukuman disiplin lebih dahulu terhadap orang-orang itu kecuali di hadapan para hakim atau pejabat yang diberi
tugas dari negara kapal tersebut atau negara orang-orang tersebut UU Nomor 61 Tahun 1961.
Sebuah kapal perang dari suatu negara yang bertemu dengan kapal dagang asing di laut lepas, tidak dapat dibenarkan menarik kapal asing tersebut kecuali
bila kapal asing tersebut dicurigai terlibat dalam pembajakan atau terlibat dalam perdagangan budak. Apabila kapal asing itu telah melanggar peraturan-peraturan
negara tersebut maka boleh dilakukan pengejaran UU Nomor 61 Tahun 1961. Pengejaran yang demikian itu dilakukan jika kapal asing itu atau salah satu
sekocinya berada dalam lingkungan perairan pedalaman atau laut teritorial atau zona perbatasan dari negara yang mengejar dan hanya boleh diteruskan di luar
laut teritorial atau zona perbatasan, apabila pengejaran itu dilakukan secara tidak terputus-putus. Hak pengejaran dihentikan setelah kapal yang dikejar memasuki
laut teritorial negaranya sendiri atau laut teritorial negara ketiga UU Nomor 61 Tahun 1961.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian