Pengukuran manfaat juga dilakukan dengan membandingkan akibat dari Indonesia tidak bergabung terhadap akibat jika Indonesia bergabung menjadi
anggota IOTC. Pengukuran ini tidak dibatasi untuk kondisi terakhir perikanan tuna sekarang, tetapi juga untuk perkiraan kondisi perikanan tuna di masa yang
akan datang, misalnya 5-10 tahun ke depan.
3.3 Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Data dikumpulkan dengan menggunakan alat penelitian yang berupa daftar pertanyaan. Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diperoleh dari: 1 penjelajahan internet, 2 studi pustaka, 3 wawancara kepada para pelaku proses pengajuan keanggotaan
Indonesia di IOTC, 4 wawancara dan kunjungan pada perusahaan-perusahaan penangkap tuna yang berkantor di Jakarta. Pelaku-pelaku proses pengajuan
keanggotaan mungkin sudah tidak lagi berdinas atau aktif dalam bisnis, namun mereka tetap diwawancarai. Dokumen resmi dipelajari pada instansi-instansi
yang terkait dan wawancara dilakukan kepada para pejabat-pejabat yang berwenang saat ini.
Situs yang dikunjungi adalah www.iotc.org yang merupakan situs resmi dari IOTC Indian Oceans Tuna Comission. Penulis dapat mengakses gambaran
umum dari organisasi tersebut di situs ini, kegiatan organisasi dan laporan setiap pertemuan. Sedangkan instansi yang dikunjungi adalah Kementrian Kelautan dan
Perikanan, Kementrian Luar Negeri, Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman di Muara Baru. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan
para tokoh yang berkompeten di bidang perikanan. Mereka terdiri dari mantan menteri perikanan dan kelautan, pejabat perikanan, akademisi, peneliti dan aktifis
lingkungan Tabel 3.
Tabel 3 Daftar narasumber yang diwawancarai No Nama
ProfesiJabatan 1.
Prof.Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS
Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Kabinet Gotong Royong
2. Ir. Agus Budiman, MAq
Direktur Sumberdaya Ikan, KKP 3. Abdulah
Habibi Capture Fisheries Coordinator
, WWF Indonesia
4. Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc
Wakil Kepala PKSPL IPB Anggota Komisi Tuna Indonesia
5. Prof. Dr. Daniel Monintja
Guru Besar FPIK, IPB 6.
Drs. Soetomo, HP,BSc Direktur Eksekutif Asosiasi Tuna
Longline Indonesia ATLI
7. Dr. Suseno
Ketua Delegasi IndonesiaStaf Ahli MKP Bidang Sosial, Ekonomi dan
Budaya DKP
3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengkaji jawaban narasumber terhadap pertanyaan kunci yang diajukan yang dijabarkan dalam sebuah kuesioner yang
akan membantu peneliti dalam wawancara. Dari jawaban narasumber tersebut dianalisis manfaat keanggotaan Indonesia di IOTC selain itu dokumen nyata dari
IOTC juga digunakan untuk mempertajam analisis data.
4 INDIAN OCEAN TUNA COMISSION
Indian Ocean Tuna Comission IOTC merupakan organisasi pemerintahan
yang dibentuk oleh FAO. Organisasi ini mempunyai mandat mengatur pengelolaan perikanan tuna di Samudera Hindia dan daerah yang berbatasan
dengan Samudera Hindia tersebut. IOTC disahkan oleh FAO pada sesi ke 26 tahun 1994. Agreement IOTC mulai berlaku efektif setelah ada aksesi ke-9 pada
bulan Maret 1996. IOTC merupakan institusi regional yang berwenang mengatur kegiatan penangkapan tuna dan sejenisnya di perairan Samudera Hindia Gambar
2.
Gambar 2 Cakupan Kawasan Pengelolaan IOTC. Sumber: FAO 2002
4.1 Visi dan Misi IOTC