UNCLOS 1982 Dasar Hukum Internasional

Tabel 1. Situs internet empat regional fisheries management organization RFMO No. RFMO Jenis sumber daya ikan Website 1 IOTC Indian Ocean Tuna Comission Tuna www.iotc.org 2 WCPFC Western and Central Pacific Fisheries Commission Ikan beruaya jauh www.wcpfc.int 3 CCSBT Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna Tuna sirip biru www.ccsbt.org 4 NAFO North Atlantic Fisheries Organization Salmon, tuna dan hiu www.nafo.int

2.2.1 UNCLOS 1982

Konvensi PBB tentang hukum laut 1982 atau United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS 1982 merupakan hasil kerja keras masyarakat internasional dalam menyusun perangkat hukum yang mengatur segala bentuk penggunaan laut dan pemanfaatan kekayaan yang terkandung didalamnya Agoes, 1991. UNCLOS 1982 adalah karya hukum masyarakat internasional terbesar di abad ke 20, karena diikuti oleh sekitar 160 negara, dimana delegasinya berasal dari berbagai macam latar belakang disiplin keilmuan seperti diplomat, ahli hukum, pertambangan, perikanan, perkapalan, aktivis lingkungan hidup dan berbagai profesi lain. Selain itu UNCLOS 1982 juga dapat dikatakan sebagai Konvensi terpanjang karena melalui 11 sesi antara tahun 1973 hingga 1984 Brown, 1994. UNCLOS 1982 ini berhasil diadopsi pada tanggal 30 April 1982, namun baru berlaku efektif secara umum pada tanggal 16 November 1994. Hal ini sesuai dengan pasal 308 ayat 1 UNCLOS 1982, bahwa konvensi ini berlaku 12 bulan setelah tanggal pendepositan piagam ratifikasi atau aksesi yang ke-60, yaitu Guyana pada tanggal 16 November 1993 Brown, 1994. Terkait dengan pengelolaan perikanan di laut lepas high sea, UNCLOS 1982 mengaturnya pada Bab VII, yang terbagi dalam dua bagian yaitu, bagian 1 mengenai “Ketentuan-ketentuan Umum” Pasal 86-115 dan bagian 2 mengenai “Konservasi dan Pengelolaan sumber-sumber kekayaan hayati di laut lepas” pasal 116-120. Menurut Pasal 86, ketentuan mengenai laut lepas berlaku bagi semua bagian yang tidak termasuk dalam Zona Ekonomi Ekslusif, dalam laut teritorial atau dalam perairan suatu negara kepulauan. Dengan kata lain, laut lepas adalah suatu rezim hukum yang berlaku di luar laut territorial suatu negara yang status kewenangannya adalah kedaulatan sovereignty dan ZEE yang status kewenangannya adalah hak berdaulat sovereignty rights Djalal, 2004. Menurut pasal 116, semua negara mempunyai hak atas sumberdaya ikan di laut lepas, namun kebebasan di laut lepas tersebut dibatasi oleh : 1 kewajiban berdasarkan perjanjian internasional, 2 kewajiban ketetapan pengaturan spesifik spesies yang bermigrasi sebagaimana yang dituangkan pada Pasal 63 ayat 2, dan Pasal 64 sampai pasal 67, serta 3 ketetapan pada bagian ini untuk perikanan laut lepas. Pelaksanaan hak kebebasan untuk melakukan penangkapan ikan ini harus disertai dengan diindahkannya kewajiban untuk melaksanakan tindakan konservasi sumberdaya laut hayati di laut lepas Pasal 117. Tindakan konservasi tersebut dapat dilakukan secara unilateral maupun bekerjasama dengan negara lain. Menurut pasal 118, negara-negara harus mengatur pengelolaan dan konservasi tersebut, apabila memungkinkan dengan membentuk organisasi- organisasi pengelolaan perikanan regional Regional Fisheries Management Organizations RFMO di berbagai kawasan yang mempunyai aturan sendiri dalam mengelola kegiatan perikanan. Pasal 119 ayat 1, UNCLOS 1982 memberikan persyaratan khusus untuk konservasi sumberdaya ikan di laut lepas, yaitu dalam menetapkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan dan menetapkan tindakan konservasi sumberdaya kekayaan hayati lainnya di laut lepas, negara- negara harus mengambil tindakan yang direncanakan berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia pada negara yang bersangkutan untuk memelihara atau memulihkan populasi yang dapat memberikan hasil tangkapan lestari secara maksimum. Hal ini ditentukan oleh faktor lingkungan dan ekonomi yang relevan, termasuk kebutuhan khusus dari negara berkembang. Selain itu, dalam memperhatikan pola-pola penangkapan ikan adanya saling ketergantungan antara stok jenis ikan dan standar minimum internasional, secara umum direkomendasikan pada taraf sub-regional, regional dan global Satria et al., 2009.

2.2.2 FAO Compliance Agreement 1993