stok jenis ikan dan standar minimum internasional, secara umum direkomendasikan pada taraf sub-regional, regional dan global Satria et al.,
2009.
2.2.2 FAO Compliance Agreement 1993
Menurut Xue 2004, meskipun UNCLOS 1982 telah mengatur pengelolaan perikanan di laut lepas, pengaturan tersebut dihadapkan pada tidak adanya
kerangka kelembagaan yang efektif yang memiliki kewenangan dalam menerapkan tindakan pemaksaan terhadap setiap negara untuk melaksanakan
langkah-langkah pengelolaan. Oleh karena itu, dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut serta dalam rangka mewujudkan kelestarian, sumberdaya
ikan di laut lepas, maka perlu dibentuk RFMO, sesuai dengan Agreement to Promote Compliance with Fishing Vessel on the High Seas 1993 FAO
Compliance Agreement 1993, yang ditetapkan pada tanggal 24 November 1993.
FAO Compliance Agreement 1993 merupakan hukum internasional yang mengikat legally binding. Adapun tujuan meletakkan dasar-dasar praktik
penangkapan ikan di laut lepas dan menerapkan tindakan-tindakan pengelolaan dan konservasi sumberdaya hayati laut. Hal ini sesuai dengan pembukaan FAO
Compliance Agreement 1993, yaitu “mindful that the practice of flagging or
reflagging fishing vessels as a means of avoiding compliance with international conservation and management measures for living marine resources, and the
failure of flag States to fulfil their responsibilities with respect to fishing vessel entitled to flay their flag, are among the factors that seriously undermine the
effectiveness of such measures”. Dengan kata lain, pengaturan mengenai tanggung
jawab negara bendera untuk menyiapkan pengaturan, termasuk perizinan pengoperasian kapal di laut lepas, untuk memastikan kapal-kapal mereka tidak
mengancam efektivitas pengaturan pengelolaan dan konservasi internasional Satria et al., 2009.
Sebagai ketentuan hukum yang mengikat, FAO Compliance Agreement 1993 berlaku untuk semua kapal penangkap ikan yang digunakan atau akan
digunakan untuk penangkapan ikan di laut lepas, kecuali bagi kapal-kapal dengan ukuran kurang dari 24 meter. Secara garis besar, FAO Compliance Agreement
1993 mempunyai dua unsur utama, yaitu: pertama, meningkatkan tanggung jawab negara bendera. Menurut Pasal III, setiap negara bendera harus menjamin kapal-
kapal perikananannya tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan efektifitas pengelolaan dan konservasi. Selain itu, tidak ada satu negara pihak
manapun yang memperbolehkan kapal ikannya digunakan untuk menangkap ikan di laut lepas kecuali telah diberi izin untuk itu oleh otorita yang tepat dari negara
tersebut. Lebih lanjut, setiap negara pihak tidak boleh memberi izin kepada kapal ikan manapun yang mengibarkan benderanya untuk menangkap ikan di laut lepas
kecuali jika negara tersebut mampu melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan FAO Compliance Agreement 1993.
Kedua, pertukaran informasi tentang aktivitas penangkapan ikan di laut lepas. Menurut pasal 4 negara-negara disyaratkan untuk membuat catatan untuk
kapal-kapal ikan yang telah diberi izin untuk menangkap ikan di laut lepas. Dalam tukar menukar informasi termasuk bahan bukti yang terkait dengan kegiatan
kapal-kapal ikan suatu negara bendera, para pihak harus melakukan kerjasama. Tujuan kerjasama tersebut untuk memudahkan identifikasi pencatatan kapal-kapal
ikan dalam rangka mencegah kegiatan yang dapat mengurangi tindakan pengelolaan dan konservasi Djalal, 2004.
2.2.3 UN Fish Stock Agreement 1995