IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut
Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh
memiliki sifat yang masam pH H
2
O= 4,60. Nilai pH tanah yang rendah ini diduga karena kejenuhan basa yang juga rendah KB 9,71.
Kapasitas tukar kation KTK tanah gambut lebih besar dibandingkan dengan tanah mineral KTK= 133,68 me100g. Nilai KTK dapat menjadi penciri
kesuburan tanah. Kapasitas tukar kation tanah umumnya tergantung pada jumlah muatan negatif yang berada pada kontak jerapan. Kation-kation Ca, Mg, K, dan
Na dari kontak jerapan ditukar oleh ion-ion H sehingga ion-ion H memenuhi kompleks jerapan. Pada data hasil analisis awal ditemukan tiga hubungan susunan
kation dalam kompleks jerapan yaitu, Ca-dd 5,54 me100g Mg-dd 3,11 me100g K-dd 2,49 me100g atau Na-dd 1,84 me100g. Pola ini biasa
ditemukan pada tanah gambut di daerah rawa Sumatera yang hanya dipengaruhi oleh air tawar Hardjowigeno, 1989 dalam Noor, 2011. Gambut jenis ini
tergolong kurang subur karena umumnya berada di tengah-tengah kawasan atau sekitar kubah dimana pengaruh pasang surut air sungai atau laut tidak mencapai
wilayah ini, sehingga sumbangan hara hanya didapat dari hujan dan perombakan bahan organik setempat. Selain itu, dari hasil analisis awal tanah gambut terlihat
kadar unsur mikro Cu pada tanah lebih rendah dibanding dengan unsur yang lain 923,2 ppm Fe; 142,5 ppm Mn; 57,9 ppm Zn; 17,9 ppm Cu. Hal ini disebabkan
oleh terbentunya senyawa organo-metal yang memfiksasi ion-ion Cu dan Zn menjadi bentuk kurang tersedia. Kadar Cu umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan Zn dan Mn, terlebih pada kadar bahan organik yang tinggi Noor, 2011. Dari uraian karakteristik tanah awal tersebut diharapkan penambahan
electric furnace slag, dolomit, dan unsur mikro CuSO
4
dan ZnSO
4
dapat meningkatkan kandungan hara yang cukup menunjang pertumbuhan dan produksi
tanaman padi IR 64 pada tanah gambut dalam dari Kumpeh, Jambi.
4.2. Pengaruh