unsur mikro dengan pemberian CuSO
4
dan ZnSO
4
. Dosis EF slag per pot didapat dari persen bobot tanah lembab yang diberikan sedangkan dosis dolomit per pot
didapat dari hasil penyetaraan daya netralisasi dolomit terhadap daya netralisasi EF slag dari setiap dosis EF slag yang diberikan per pot. Setelah inkubasi selesai
dilakukan analisis sifat kimia tanah yang meliputi; pH tanah pH H
2
O 1:5, basa- basa dapat dipertukarkan Ca-dd dan Mg-dd dengan metode ekstraksi 1N
NH
4
OAc pH 7, N-total Kjeldahl, P-Bray I, SiO
2
-tersedia dengan metode ekstraksi Natrium Asetat pH 4, unsur mikro tersedia Fe, Mn, Cu, dan Zn dengan
metode ekstraksi 1N DTPA pH 7,3, serta unsur logam berat tersedia di tanah Pb, Hg, dan Cd dengan metode ekstraksi HCl 0,05 N. Metode analisis sifat kimia
tanah yang digunakan pada penelitian ini terdapat pada Lampiran 1. Tabel 2. Dosis Perlakuan yang Diberikan dalam Percobaan Inkubasi di
Laboratorium
Perlakuan EF slag
Dolomit CuSO
4
ZnSO
4
……… gpot………. ….….. mgpot…….. Kontrol
Unsur Mikro 5
5 EF slag 2
2 EF slag 4
4 EF slag 6
6 EF slag 8
8 Dolomit ek 2
1,23 Dolomit ek 4
2,47 Dolomit ek 6
3,7 Dolomit ek 8
4,94
Keterangan : dari bobot tanah, penyetaraan DN dolomit terhadap DN EF slag dari setiap dosis EF slag, dilakukan 3 kali ulangan.
3.3.3 Percobaan Pot di Rumah Kaca
1. Persiapan Inkubasi
Hal yang pertama kali dilakukan yaitu penetapan kadar air tanah awal metode gravimetri. Setelah diketahui nilai kadar air tanah awal, yaitu
menentukan bobot tanah yang akan dimasukkan ke dalam ember sebagai media tanam. Tanah gambut pada setiap pot yaitu 1,75 kgpot bobot kering oven
dengan kadar air sebesar 303,52 sehingga bobot tanah setara dengan 7,06 kgpot bobot tanah lembab. Electric furnace slag terak baja dan dolomit setara
dengan EF slag yang diberikan masing-masing dengan dosis 0, 2, 4, 6, dan 8 , lalu diaduk bersamaan dengan tanah, diairi, Gambar Lampiran 2 dan
diinkubasi dalam rumah kaca selama 1 bulan Gambar Lampiran 3 b. Tabel 3. Dosis Perlakuan yang Diberikan dalam Percobaan Pot di Rumah Kaca
Perlakuan EF slag
Dolomit Urea
SP-36 KCl
CuSO4 ZnSO4
………….………..... gpot ……………………… ….. mgpot …..
Kontrol 2,63
2,63 1,31
Unsur Mikro 2,63
2,63 1,31
87,5 87,5
EF slag 2 35
2,63 2,63
1,31 EF slag 4
70 2,63
2,63 1,31
EF slag 6 105
2,63 2,63
1,31 EF slag 8
140 2,63
2,63 1,31
Dolomit ek 2 21,28
2,63 2,63
1,31 Dolomit ek 4
42,55 2,63
2,63 1,31
Dolomit ek 6 63,83
2,63 2,63
1,31 Dolomit ek 8
85,11 2,63
2,63 1,31
Keterangan : dari bobot tanah, penyetaraan DN dolomit terhadap DN EF slag dari setiap dosis EF slag, dilakukan 3 kali ulangan.
2. Penyemaian
Tahapan penyemaian diawali dengan merendam benih selama 1 x 24 jam, kemudian benih diperam inkubasi di ruang teduh selama 1 x 24 jam. Benih
disemai pada media semai berupa kain kasa yang berada dalam keadaan lembab dan dijaga ketersediaan airnya pada sebuah nampan Gambar Lampiran 4 a.
Pemindahan ke media tanam pot dilakukan setelah bibit berumur 21 hari Gambar Lampiran 4 b.
3. Penanaman dan Pemeliharaan
Satu hari sebelum penanaman dilakukan pemupukan urea, SP-36, dan KCl yang pertama. Total dosis pupuk yang diberikan yaitu, urea dengan dosis 300 kg
ha 2,63 gpot, SP-36 dengan dosis 300 kg ha 2,63 gpot, dan KCl dengan dosis 150 kgha 1,31 gpot. Pupuk urea diberikan tiga kali dengan setiap kali
pemberian sebanyak 13 bagian 0,87 g. Pupuk SP-36 diberikan seluruhnya saat awal tanam. Pupuk KCl diberikan dua kali dengan setiap kali pemberian sebanyak
½ bagian 0,65 g. Dosis pupuk yang diberikan pada setiap pot perlakuan pada saat sebelum tanam yaitu 0,87 gpot urea, 2,63 gpot SP-36, dan 0,65 gpot KCl.
Setelah dilakukaan pemupukan awal dilakukan penanaman dengan menggunakan
bibit yang telah berumur 21 hari. Setiap pot ditanami 2 batang bibit padi. Selanjutnya, pupuk urea 13 bagian kedua 0,87g diberikan pada saat tanaman
berumur 21 hari setelah tanam atau 3 MST, dan 13 bagian terakhir 0,87g diberikan saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam atau 5 MST. Pupuk KCl
½ bagian kedua 0,65g diberikan pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam atau 5 MST. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara menaburkannya
pada permukaan tanah dalam pot mengelilingi wilayah perakaran tanaman lalu dibenamkan dengan mendorong perlahan pupuk tersebut menggunakan bambu.
Bambu yang digunakan berbeda pada masing-masing perlakuan. Tinggi air genangan disesuaikan dengan kondisi lapang di sawah, sehingga
setiap hari pot disiram hingga tinggi air genagan mencapai 2,5 cm dari permukaan tanah. Setelah malai mulai tumbuh, masing-masing pot perlakuan diberi plastik
bening yang sudah dilubangi kecil-kecil pada seluruh permukaannya. Plastik bening ini berfungsi untuk melindungi malai dari burung. Plastik yang digunakan
berwarna bening dan memiliki ketebalan yang tipis agar tanaman masih dapat memanfaatkan cahaya matahari sebagai bahan fotosintesis dengan baik. Lubang
kecil-kecil pada seluruh permukaan plastik berfungsi agar keluar masuknya oksigen, CO
2
, dan uap air dalam proses respirasi tanaman masih dapat berjalan
baik. 4.
Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan
vegetatif dan produksi. Variabel pertubuhan vegeatif tanaman yang diamati terdiri dari : tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 3-11 minggu setlah tanam MST.
Pengukuran tinggi tanaman padi dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi setelah diluruskan. Variabel
produksi tanaman yang diukur terdiri dari : jumlah anakan produktif, bobot gabah kering panen BGKP, bobot gabah kering giling BGKG, bobot kering gabah
bernas BKGB, dan bobot kering gabah hampa BKGH. Saat usia tanaman 7 MST dan 17 MST dilakukaan pengambilan gambar tanaman antar perlakuan yang
diberikan Gambar Lampiran 5 dan 6.
5. Pemanenan
Panen dilakukan pada saat tanaman menunjukkan pemasakan yaitu gabah sudah matang penuh, keras, dan berwarna kuning atau 19 minggu setelah tanam
MST. Gabah yang telah dipanen dipisahkan dari malai yang kemudian ditimbang sebagai bobot gabah kering panen BGKP. Selanjutnya, gabah dijemur
selama sehari dan ditimbang untuk bobot gabah kering giling BGKG. Setelah itu dilakukan pemisahan antara gabah bernas dan gabah hampa dan dilakukan
penimbangan masing-masing bobotnya sehingga didapat bobot kering gabah bernas BKGB dan bobot kering gabah hampa BKGH. Daun dan batang dicuci
hingga bersih untuk selanjutnya dilakukan analisis tanaman. Gabah bernas yang sudah dipisahkan dengan gabah hampa lalu dikupas
dan ditumbuk halus, lalu berasnya dilakukan analisis kandungan logam berat beracun timbal Pb, kadmium Cd, dan merkuri Hg metode ekstrasi asam
nitrat dan perkolat 2:1. Analisis yang dilakukan pada biomassa tanaman berupa jerami adalah kadar SiO
2
metode gravimetri.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN