Permasalahan Logam Berat dalam Lingkungan

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit secara teoritis mengandung 45,6 MgCO 3 atau 21,9 MgO dan 54,3 CaCO 3 atau 30,4 CaO. Dolomit berasal dari bahan mineral alam yang mengandung unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk bubuk dengan rumus kimia CaMgCO 3 2 . Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kuarsa, batu api, pirit, dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi. Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batu gamping, yaitu berkisar antara 3,50-4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80- 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan. Dolomit lebih disukai karena banyak terdapat di alam Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, 2005. Pada bidang pertanian dolomit ini digunakan sebagai bahan pengapuran tanah masam termasuk lahan gambut. Pengapuran pada lahan gambut dapat memperbaki kesuburan tanah gambut, namun efek residunya tidak berlangsung lama hanya 3-4 kali musim tanam, sehingga pengapuran harus dilakukan secara periodik. Pengapuran selain dapat mengurangi kemasaman tanah juga meningkatkan kandungan kation basa yaitu Ca dan Mg maupun kejenuhan basa gambut. Pengapuran mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara yaitu peningkatan ketersediaan unsur Ca, Mg, dan perbaikan ketersediaan unsur-unsur lain yang ketersediaannya tergantung pH tanah. Dolomit merupakan salah satu jenis kapur yang mengandung Ca dan Mg. Kedua unsur ini penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk meningkatkan pH tanah dari 3,3 menjadi 4,8 diperlukan kapur sebanyak 4,4 tonha Driessen, 1978 dalam Nurhayati, 2008.

2.6. Permasalahan Logam Berat dalam Lingkungan

Logam berat adalah unsur kimia dengan bobot jenis lebis besar dari 5 gcm³, memiliki afinitas yang tinggi dengan unsur S Sulfur dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7 Dewi dan Saeni, 1997. Menurut Soepardi 1983, hingga batas tertentu logam berat sangat beracun bagi manusia atau binatang. Kadmium Cd dan arsen As sangat beracun; air raksa Hg, timah Sn, nikel Ni, dan flour F mempunyai tingkat racun yang sedang; dan boron B, tembaga Cu, mangan Mn, dan seng Zn mempunyai tingkat racun terendah. Berdasarkan PP No 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, terak baja termasuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun B3. Limbah B3 yaitu sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun yang karena sifat danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung dapat mencemarkan danatau merusak lingkungan hidup, danatau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Terak baja memiliki kandungan yang berupa unsur-unsur logam berat yaitu As, Cd, Cr, Pb, Hg, Zn, Cu, dan Mn yang dapat bersifat toksik dan mencemarkan, karena hal itulah terak baja berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 dikategorikan sebagai limbah B3. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Syihabuddin 2011 menunjukkan bahwa kandungan logam berat beracun pada perlakuan terak baja sangat sedikit, bahkan sama sekali tidak ada pada beberapa perlakuan. Nilai kelarutan logam berat beracun lebih banyak terdapat pada perlakuan pemupukan standar. Hal ini menunjukkan bahwa logam berat itu sendiri sebenarnya sudah terdapat dalam tanah dan kelarutan logam berat semakin menurun pada perlakuan slag karena peningkatan pH. Dengan pH tanah dipertahankan agar tetap tinggi unsur-unsur tersebut menjadi kurang mobil dan kurang tersedia. Logam berat dapat masuk ke tubuh manusia melewati rantai pangan pendek hewan-manusia atau lewat rantai pangan panjang tanaman-hewan- manusia. Di samping melalui mulut dari makanan dan minuman, unsur logam berat juga dapat masuk melalui pernafasan dan kulit. Pemakaian logam berat sangat luas, seperti untuk pereaksi atau katalis dalam berbagai proses industri. Bersamaan dengan produk industri, dihasilkan pula limbah yang tidak berguna, bahkan dalam jumlah tertentu dapat membahayakan kehidupan manusia. Salah satu zat dalam limbah adalah logam berat yang akan masuk ke lingkungan, seperti sungai, danau, tanah, dan udara dan dapat mengalami magnifikasi biologis pada tumbuhan dan hewan yang akan dikonsumsi manusia, sehingga mempengaruhi kesehatannya Dewi dan Saeni, 1997. Untuk batas maksimum logam berat pada beras yang layak konsumsi sesuai dengan SNI 7387: tahun 2009, tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan, yaitu: Tabel 1. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Beras Elemen Logam Berat Batas Maksimum Cemaran Pb Cd As Sn Hg ………… mgkg ………… 0,3 0,4 0,5 0,4 0,05 Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 2009 Logam berat termasuk zat pencemar karena sifatnya yang tidak dapat diuraikan secara bilogis dan sifatnya yang stabil, sehingga dapat tersebar jauh dari tempatnya semula Moewarni dan Siallagan, 1987 dalam Dewi dan Saeni, 1997. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutrisno dan Salirwati 1993 yang menyatakan bahwa ada dua hal yang menyebabkan logam berat termasuk sebagai pencemar yang berbahaya, yaitu: tidak dihancurkan oleh mikroorganisme yang hidup di lingkungan dan terakumulasi dalam komponen-komponen lingkungan, terutama air dengan membentuk kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorpsi dan kombinasi.

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan tanah gambut dari Kumpeh, Jambi dilakukan pada bulan Oktober 2011 Gambar Lampiran 1. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2012 hingga Sepember 2012. Penelitian ini terdiri dari percobaan inkubasi di laboratorium dan percobaan rumah kaca di University Farm, Cikabayan. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : tanah gambut yang berasal dari Kumpeh, Jambi ciri sifat kimia tanah sebelum perlakuan terdapat pada Tabel Lampiran 1. Contoh tanah bulk sample diambil dari kedalaman 0-20 cm. Sebagai perlakuan digunakan terak baja Electric Furnace Slag berukuran kurang dari 2 mm, yang berasal dari PT. Krakatau Steel, Cilegon dengan daya netralisasi DN sebesar 66,08 komposisi kimia EF slag terdapat pada Tabel Lampian 2, dolomit dengan daya netralisasi DN sebesar 107,07, serta sebagai sumber peningkat unsur mikro tanah gambut diberikan tambahan CuSO 4 dan ZnSO 4 . Pupuk yang diberikan meliputi urea, SP-36, dan KCl. Tanaman padi yang digunakan adalah varietas IR 64 dengan daya kecambah sebesar 81 karakteristik padi IR64 terdapat pada Tabel Lampiran 3. Serta beberapa bahan kimia digunakan untuk analisis tanah dan tamanan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ember sebagai pot, plastik, meteran, penggaris, hand sprayer, timbangan, jaring perangkap burung, kain kasa, bambu, dan kamera, sedangkan beberapa peralatan untuk analisis tanah dan tanaman yang digunakan di laboratorium yaitu: neraca, labu kjeldahldigestion, destilator dan labunya, waterbath, tabung reaksi, pipet, buret, oven, spectrophotometer, flamephotometer, atomic absorption spectrophotometer AAS, dan lain-lain.