Pemanfaatan Terak Baja dalam Bidang Pertanian

terhadap hama dan penyakit. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga kesuburan tanah pemupukan Si sebenarnya diperlukan Yukamgo dan Yuwono, 2007. Hampir semua tanaman mengandung Si, dalam kadar yang berbeda-beda dan sering sangat tinggi. Pada tanaman padi misalnya, kadar Si sangat tinggi dan melebihi unsur hara makro N, P, K, Ca, Mg, dan S. Walaupun Si tidak termasuk hara yang penting pada tanaman, Si dapat menaikkan produksi karena Si mampu memperbaiki sifat fisik tanaman salah satu contohnya yaitu batang padi menjadi kokoh dan tak mudah roboh. Robohnya tanaman menyebabkan terganggunya produktivitas padi sehingga produksi padi pun menurun. Dengan demikian, pemupukan Si dianggap dapat menaikkan produksi tanaman Roesmarkam dan Yuwono, 2002.

2.4. Pemanfaatan Terak Baja dalam Bidang Pertanian

Terak baja merupakan limbah padat dari proses pembakaran besi dalam produksi pembuatan baja. Terak baja terbentuk melalui reaksi antara biji besi dan batu kapur yang ditambahkan. Penambahan batu kapur bertujuan untuk mengikat bahan-bahan pengotor dari biji besi, agar diperoleh besi murni atau sudah terpisah dari teraknya. Terak baja mengandung unsur- unsur seperti Ca, Mg, Si dan unsur- unsur lainnya Hadisaputra, 2011. Berdasarkan proses pembuatan baja, terak baja atau steel slag diklasifikasikan 1 Iron making slag blast furnace slag, 2 steel making slag converter slag atau basic oxygen furnace, pre treatment centerslag, dan electric furnace slag Suwarno dan Goto, 1999. Selanjutnya Suwarno dan Goto 1997, menyatakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terak baja Indonesia electric furnace slag mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 42 Fe 2 O 3 ; 7,2 Al 2 O 3 ; 21,5 CaO; 11,2 MgO; 14,6 SiO 2 , dan 0,4 P 2 O 5. Terak baja Indonesia setiap tahunnya diproduksi sekitar 540.000 ton, tetapi belum ada yang digunakan di bidang pertanian. Penggunaan terak baja dapat meningkatkan pH tanah, Ca dan Mg dapat dipertukarkan, dan meningkatkan ketersediaan Si dalam tanah. Pemakaian terak baja sebagai pupuk telah mulai dicoba sejak tahun 18821883 di Jerman, kemudian di Inggris pada tahun 18841885 oleh Wrightson, setelah itu berbagai penelitian terak baja telah dilakukan baik sebagai sumber Si maupun sebagai bahan kapur atau untuk tujuan meningkatkan keefisiensian pemupukan Farrar, 1962 dalam Allorerung, 1988. Beberapa peneliti menduga pengaruh terak baja terhadap sifat kimia tanah berasal dari silikat yang terkandung di dalam terak baja dan dengan demikian terak baja dipandang sebagai sumber Si. Peneliti lain juga menganggap bahwa terak sebagai bahan masukan yang dapat memperbaiki keadaan ketersedian hara atau sebagai bahan yang mempunyai pengaruh mirip dengan kapur, disebabkan kandungan Ca dari terak baja yang cukup tinggi Ali dan Shahram, 2007. Selain karena sifat terak baja sebagai amelioran tanah, terak baja dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas padi. Terbukti bahwa pemberian electric furnace slag dapat meningkatkan produksi padi sawah IR 64 pada tanah gambut sebesar 65-96 . Meningkatnya produksi padi disebabkan oleh kemampuan terak baja yang dapat bereaksi dengan tanah sehingga dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Pemberian terak baja meningkatkan pH tanah, silikon, Cu tersedia, dan basa-basa K, Ca, dan Mg dapat dipertukarkan Hidayatuloh, 2006.

2.5. Dolomit Sebagai Bahan Pengapuran