11 sekarang. Akumulasi konsentrasi GRK yang cepat di atmosfer dapat
mengakibatkan penyimpangan iklim. Menurut Koesmaryono 1999, perubahan iklim dan pemanasan global
diduga akan meningkatkan kekerapan dan intensitas peristiwa El-Nino Southern Oscillation ENSO. Peristiwa ini sering dikaitkan dengan penghangatan atau
pendinginan suhu muka laut yang menyimpang dari normal yang berakibat pada cuaca atau sering disebut dengan El-Nino dan La-Nina. Kejadian kekeringan
akibat El-Nino telah menyebabkan meningkatnya luas daerah tanam yang terkena kekeringan sampai 8-10 kali lipat dan sebaliknya La-Nina menyebabkan
meningkatnya luas tanaman yang terkena banjir sempai 4-5 kali lipat dari kondisi normal.
Studi yang dilakukan Ratag et al. 1998 dalam laporan akhir Kementerian Lingkungan Hidup 2001, menunjukkan bahwa apabila konsentrasi CO
2
meningkat dua kali lipat dari konsentrasi CO
2
saat ini, maka diperkirakan konsentrasi kejadian ENSO yang saat ini terjadi sekali dalam 3-7 tahun akan
meningkat menjadi 2-5 tahun. Dengan demikian, perubahan iklim akan mengarah pada terjadinya penurunan atau peningkatan curah hujan yang berlebihan pada
suatu lokasi tertentu.
2.2.2 Perubahan Iklim di Indonesia
Kenaikan atau peningkatan GRK berpengaruh dalam kenaikan suhu di lintang sedang atau tinggi. Indonesia menurut Boer et al. 2003, berdasarkan data
hujan historis yang dibagi dua periode, yaitu tahun 1931-1960 dan 1961-1990, diperoleh kecenderungan bahwa curah hujan dimusim penghujan wilayah selatan
Indonesia dan sebagian kawasan Indonesia Timur akan semakin basah dan musim
12 kemarau akan semakin kering. Sedangkan pada Indonesia bagian utara, curah
musim penghujan akan semakin berkurang dan musim kemarau akan semakin bertambah. Dengan demikian, sebenarnya Indonesia sudah mengalami perubahan
iklim. Menurut Tjahyono 1997 dalam laporan akhir Kementerian Lingkungan
Hidup 2001, menyebutkan bahwa pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang dipengaruhi oleh sistem monsoon, lemah pada daerah sistem equatorial dan tidak
jelas pada daerah dengan sistem lokal. Menurut Koesmaryono 1999, gejala kebalikan dari El-Nino adalah La-Nina, yaitu mendinginnya permukaan laut
Pasifik Timur sehingga pusat konvergensi udara pasifik tropis akan berada di wilayah Indonesia dimana udara panas cenderung membentuk awan dan hujan
serta memungkinkan terjadinya banjir. Frekuensi kejadian La-Nina dalam kurun waktu 100 tahun terakhir sekitar separuh jumlah kejadian El-Nino dan 16 kali
peristiwa La-Nina, sekitar 87 terjadi berdampingan dengan El-Nino, serta umumnya La-Nina mendahului El-Nino.
2.2.3 Dampak Perubahan Iklim
Menurut Sutjahjo dan Susanta 2007, efek pemanasan global yang akan terjadi di daerah tropis adalah kelembaban yang tinggi yang akan berdampak
antara lain sebagai berikut: a. Curah hujan akan meningkat. Kondisi saat ini, curah hujan di seluruh dunia
telah meningkat sebesar 1 dalam seratus tahun terakhir. Hal ini dikarenakan untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan akan mengakibatkan kenaikan
curah hujan sebesar 1. b. Badai akan menjadi lebih sering terjadi.
13 c. Air tanah akan lebih cepat menguap.
d. Beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. e. Angin akan bertiup lebih kencang dengan pola yang berbeda-beda.
f. Terjadinya badai topan akan menjadi lebih besar. g. Beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
h. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim. Pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim akan berpengaruh
kepada sektor pertanian dan perikanan Indonesia antara lain menurunkan produktivitas pertanian dan perikanan khususnya pada wilayah pantai akibat
naiknya temperatur bumi; terjadinya iklim ekstrim yang meningkat sehingga sektor pertanian dan perikanan akan kehilangan produksi akibat bencana kering
dan banjir yang silih berganti; kerawanan pangan akan meningkat di wilayah yang rawan bencana kering dan banjir; dan tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan hama dan penyakit yang lebih beragam dan lebih hebat. Menurut Handoko et al 2008, konsekuensi perubahan iklim bagi Indonesia
adalah: 1.
Perubahan Musim dan Curah Hujan Petani di Jawa dan Sumatera telah mengeluhkan kejadian cuaca yang tidak
normal dalam beberapa tahun terakhir. Permulaan musim hujan bergeser 10-20 hari lebih lambat dan musim kering sekitar 10-60 hari lebih cepat. Daerah-daerah
Indonesia yang berada di selatan garis khatulistiwa akan mengalami musim kering yang lebih panjang dan musim hujan yang lebih pendek namun lebih intensif.
Selain itu cuaca menjadi lebih bervariasi dengan variabilitas curah hujan menjadi lebih tinggi.
14 2.
Kondisi cuaca yang semakin ekstrem Indonesia akan mengalami potensi bencana kekeringan dan banjir yang
lebih sering dengan magnitude yang lebih tinggi karena cuaca yang ekstrim. Curah hujan yang tinggi juga berpotensi mengakibatkan bencana longsor pada
berbagai daerah di Indonesia. 3.
Kenaikan tinggi muka air laut Peningkatan suhu global mengakibatkan pencairan salju dan gleicer di kutub
utara dan selatan yang menyebabkan kenaikan tinggi muka laut antara 9 hingga 100 cm. Hal ini akan mempercepat erosi pantai, intrusi air laut ke dalam air tanah,
merusak lahan-lahan basah di pantai dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. 2.
Suhu Lautan yang menghangat Air laut yang menghangat dapat menurunkan perkembangan plankton dan
membatasi pasokan nutrisi bagi ikan, sehingga ikan akan bermigrasi ke daerah- daerah yang lebih dingin dan memiliki cukup pakan. Air laut yang menghangat
juga menyebabkan kerusakan koral coral. 3.
Suhu udara semakin meningkat Kondisi ini akan mengubah pola vegetasi serta distribusi serangga termasuk
nyamuk, sehingga mampu bertahan pada daerah-daerah yang sebelumnya terlalu dingin.
15 Secara skematis, dampak-dampak perubahan iklim dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut.
Sumber: IPCC 2001 dalam Boer et al, 2003
Gambar 1 . Proyeksi Dampak Perubahan Iklim Berdasarkan Hasil Studi dan Model
Menurut UNDP 2007, sektor-sektor yang akan terkena dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut dalam
Tabel 2. Dampak
Perubahan Iklim
Dampak Positif: 1.
Meningkatkan potensi
hasil tanaman
pada beberapa
daerah lintang
tengah akibat
naiknya suhu.
2. Meningkatnya
suplai kayu global dari
hutan produksi.
3. Meningkatnya
ketersediaan air
untuk manusia
pada daerah kurang air
~ misalnya
sebagian wilayah
Asia Tenggara. 4.
Menurunnya tingkat
kematian pada musim dingin
di daerah lintang tinggi.
5. Menurunnya
konsumsi energi
untuk pemanasan karena
naiknya suhu pada musim
dingin. Dampak negatif:
1. Menurunnya
produksi potensial
pertanian di daerah tropik dan sub tropik
akibat naiknya suhu.
2. Menurunnya
ketersediaan air
khususnya pada
daerah subtropik. 3.
Meningkatnya jumlah manusia yang
terekspose terhadap penyakit
menular seperti malaria dan
kolera dan kematian karena panas.
4. Meluasnya wilayah
beresiko banjir di daerah permukiman
akibat meningkatnya curah
hujan dan
naiknya muka air laut.
5. Meningkatnya
konsumsi energi
untuk AC
atau terganggunya suplai
energi dari
pembangkit listrik
tenaga air.
16
Tabel 2. Sektor-Sektor yang Akan Terkena Dampak Perubahan Iklim dan Upaya Adaptasi yang Dapat Dilakukan
Sektor Dampak
Adaptasi
Pengairan 1.
Kendala suplai irigasi dan air
minum, dan
peningkatan salinitas. 2.
Intrusi air asin ke daratan dan aquifer pantai.
1. Perencanaan, pembagian air,
dan komersialisasi. 2.
Suplai air alternatif dan mundur.
Ekosistem Darat
1. Peningkatan salinitas di
lahan pertanian dan aliran air.
2. Kepunahan
keanekaragaman hayati. 3.
Peningkatan resiko
kebakaran. 4.
Invasi gulma. Perubahan praktek penggunaan
lahan, pengelolaan pertamanan, pengelolaan lahan, dan
perlindungan terhadap kebakaran.
Ekosistem Air
1. Salinisasi lahan sawah di
wilayah pantai. 2.
Perubahan ekosistem
sungai dan sawah. 3.
Eutropikasi. 1.
Intervensi fisik. 2.
Perubahan alokasi air. 3.
Perubahan alokasi air dan mengurangi aliran masuk
hara. Ekosistem
Pantai 1.
Perusakan terumbu karang. 2.
Limbah beracun. Penyemaian terumbu karang.
Pertanian dan
Kehutanan 1.
Penurunan produktivitas, resiko
banjir dan
kekeringan, dan
resiko kebakaran hutan.
2. Perubahan pada pasar
global. 3.
Peningkatan serangan
hama dan penyakit. 4.
Peningkatan produksi oleh peningkatan CO
2
diikuti dengan
penurunan produksi oleh perubahan
iklim. 1.
Perubahan pengelolaan dan kebijakan,
perlindungan terhadap
kebakaran, dan
peramalan musim. 2.
Pemasaran, perencanaan, dan perdagangan karbon.
3. Pengendalian terpadu dan
penyemprotan. 4.
Merubah teknik usaha tani dan industri.
Hortikultura Dampak campuran dan
tergantung spesies dan lokasi.
Relokasi
Perikanan Perubahan tangkapan.
Monitoring dan pengelolaan Perumahan
dan Industri
Peningkatan dampak banjir, badai, dan kenaikan muka air
laut. Pewilayahan dan perencanaan
bencana.
Kesehatan 1.
Ekspansi dan perluasan vektor penyakit.
2. Peningkatan
polusi fotokimia udara.
1. Karantina, eradikasi atau
pengendalian penyakit. 2.
Pengendalian emisi.
Sumber: United Nations Development Program –Indonesia, 2007
17
2.3 Dampak Terhadap Perikanan Budidaya