Dampak perubahan iklim terhadap pendapatan dan faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim: studi kasus di Desa Kemukten, kecamatan Kersana, kabupaten Brebes

(1)

DAMPAK PERUBAH

DAN FAKTOR-FA

TERHA

Studi Kasus di Desa K

RE

DEPARTEMEN EKO FAKULTAS

INST

AHAN IKLIM TERHADAP PENDAPAT

AKTOR PENENTU ADAPTASI PETAN

ADAP PERUBAHAN IKLIM :

Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupa

Brebes

RESTI ARIESTA FESTIANI

ONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN AS EKONOMI DAN MANAJEMEN

NSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

TAN

NI

paten


(2)

RINGKASAN

RESTI ARIESTA FESTIANI. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.

Perubahan iklim merupakan salah satu isu yang sedang hangat dibicarakan di berbagai level baik lokal, regional, nasional bahkan internasional. Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, berubahnya pola curah hujan dan makin meningkatnya intensitas kajadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman, terutama pada bawang merah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji persepsi petani di Desa Kemukten terhadap perubahan iklim, mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani di Desa Kemukten sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim, mengestimasi perubahan input, output dan pendapatan petani di Desa Kemukten akibat perubahan iklim dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim.

Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan secara langsung dari petani melalui wawancara dan kuesioner dan data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, media cetak, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Brebes, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tegal, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes, dan sumber-sumber yang relevan dengan topik yang diteliti.

Sebanyak 27 orang mengetahui mengenai perubahan iklim dan 17 orang tidak mengetahui istilah perubahan iklim. Sebanyak 31 responden melakukan adaptasi berupa mengganti jenis tanaman, 5 responden memperbaiki pengolahan tanah serta 8 responden memperbanyak obat-obatan. Penggunaan input mengalami peningkatan dan penerimaan mengalami penurunan, sehingga pendapatan petani mengalami penurunan dan pendapatan rata-rata petani yang melakukan perubahan pola tanam lebih tinggi dibandingkan petani yang tidak melakukan perubahan pola tanam. Faktor yang signifikan mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam yaitu lama bertani dan pemahaman petani mengenai perubahan iklim, sedangkan faktor yang tidak signifikan mempengaruhi perubahan pola tanam yaitu tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan luas lahan pertanian.

Kata kunci : perubahan iklim, curah hujan, produksi bawang merah, adaptasi, pendapatan petani


(3)

iii

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN

DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI

TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten

Brebes

RESTI ARIESTA FESTIANI H44070079

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim : Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Resti Ariesta Festiani H44070079


(5)

iv Judul Skripsi : Dampak Perubahan Ikim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor

Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim:

Studi kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes

Nama : Resti Ariesta Festiani

NRP : H44070079

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP.19631227198811 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717199203 1 003


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya serta jalan dan kemudahan yang Engkau tunjukkan kepada penulis. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta (Bapakku Supriyadi dan Ibuku Nurhayati), adik-adikku (Tri Setyadi Badruz Z dan Alfian Didik Rizaldi) yang telah memberikan doa, dukungan, serta kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga karya ini dapat menjadi salah satu persembahan terbaik untuk Bapak dan Ibu. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Pini Wijayanti, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan serta semangat dalam akademik selama masa perkuliahan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

4. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skipsi ini.

5. Staff pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

6. Bude Siti Pujiati, Pade Agus Slamet, Om Yusuf Setiadi, Om Giri, Bulik Retno, Om Dirman, Mba Indah dan Dewi, atas bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian di Desa


(7)

vi 7. Bapak Rusnali selaku ketua Gapoktan Tirta Desa Kemukten dan Bapak Wirjo selaku Kepala Desa Kemukten, atas waktu, kesempatan, informasi, pelajaran dan dukungan yang diberikan selama penelitian.

8. Bapak-bapak tani di Desa Kemukten sebagai responden, atas waktu, informasi dan kesempatan yang diberikan pada penulis selama penelitian.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan di ESL, Ratih Trianita, Raisa, Chichi Rizky, Nurul Fadillah, Fenny Kurniawati, Fachrunnisa, Norita, atas segala kebersamaan, perhatian dan persahabatan yang telah kalian berikan selama ini. 10. Sahabat-sahabat Pochan Crew, Henni Helmayanti, Ratna Puspita, Setia Wahyu C, Rahmi Khalida, Sri Wahyuni, Retno DJ, Dewi Murni dan Nia Nuzul, atas kegembiraan, keceriaan, semangat, dukungan, dan kekompakkan yang telah diberikan pada penulis selama ini.

11. Sahabat-sahabat satu bimbingan skripsi Nurul Fadillah, Fenny Kurniawati, Syifa Azizah, Maeda Niella dan Riony Rihardika P, atas masukan, semangat, dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi.

12. Sahabat-sahabat ESL 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas semangat, kekompakkan, kebersamaan dan keceriaan yang telah diberikan bagi penulis serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semua bantuannya.


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya selalu kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes”.Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2011


(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN... i

RINGKASAN... ii

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1 Ekonomi Perubahan Iklim... .. 11

2.1.1 Pengertian Perubahan Iklim... 11

2.1.2 Dampak Perubahan Iklim di Bidang Pertanian ... 14

2.1.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Pangan ... 15

2.1.4 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Hortikultura... 15

2.1.5 Dampak Perubahan Ikim Terhadap Pola Tanam ... 17

2.1.6 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas... 18

2.2 Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim ... 19

2.3 Prinsip Ekonomi ... 20

2.3.1 Konsep Usahatani ... 20

2.3.2 Pendapatan Usahatani... 21

2.4 Strategi Petani Dalam Menanggulangi Perubahan Iklim ... 22

2.6.1 Strategi Antisipasi ... 22

2.6.2 Strategi Mitigasi ... 23

2.6.3 Strategi Adaptasi ... 23

2.5 Penelitian Terdahulu ... 24

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30

4.3 Metode Pengumpulan Data ... ... 31

4.4 Metode Analisis Data ... ... 31

4.4.1 Analisis Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim ... ... 32

4.4.2 Estimasi Perubahan Pendapan Petani Akibat Perubahan Iklim ... ... 32


(10)

4.4.3 Analisis Adaptasi yang Dilakukan Oleh Petani Terhadap

Perubahan Iklim ... ... 34

4.4.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam... 34

4.4.4.1 Model Regresi Logistik... ... 34

4.4.4.2 Pengujian Model Regresi Logistik... ... 38

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN... ... 40

5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten... ... 40

5.1.1 Letak Geografis... ... 40

5.1.2 Kondisi Pertanian di Desa Kemukten... 41

5.2 Karakteristik Umum Responden ... 42

5.2.1 Usia... 43

5.2.2 Pendidikan Formal Terakhir... 43

5.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 43

5.2.4 Pengalaman Berusahatani... 44

5.2.5 Luas dan Status Kepemilikan Lahan ... 44

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 46

6.1 Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim ... 46

6.1.1 Persepsi Petani terhadap Suhu Udara ... 46

6.1.2 Persepsi Petani terhadap Curah Hujan... 47

6.1.3 Persepsi Petani terhadap Perubahan Pola Tanam ... 48

6.2 Strategi dan Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim ... 49

6.3 Estimasi Perubahan Input, Output dan Pendapatan Petani Di Desa Kemukten Akibat Perubahan Iklim ... 51

6.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Untuk Melakukan Perubahan Pola Tanam ... 63

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 68

7.1 Kesimpulan ... 68

7.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA... 70

LAMPIRAN... 73


(11)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Harga Komoditas Bawang Merah dan Gabah Tahun

2008-Tahun 2011... 3

2 Perubahan Pola Tanam oleh Petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes... 8

3 Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian………... 31

4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 32

5 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Di Kecamatan Kersana Tahun 2003-Tahun 2010... 42

6 Usia Responden Di Desa Kemukten Tahun 2011... 43

7 Pendidikan Formal Terakhir Responden Tahun 2011... 43

8 Jumlah Tanggungan Keluarga... 44

9 Pengalaman Berusahatani Responden... 44

10 Luas Lahan Sawah Responden... 45

11 Produksi Bawang Merah, Jagung Manis, Cabai dan Padi di Desa Kemukten Tahun 2009 dan Tahun 2010... 53

12 Perbandingan Pendapatan Petani Tahun 2009 dan Tahun 2010... 55

13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam... 63


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Curah Hujan Tahunan Kabupaten Brebes Tahun 2002-2010... 5

2 Kenaikan Suhu Rata-rata di Bumi Selama 157 Tahun Terakhir... 12

3 Kerangka Pemikiran... 29

4 Suhu Rata-rata di Kabupaten Brebes Selama 10 Tahun Terakhir... 47

5 Curah Hujan Bulanan Kabupaten Brebes Tahun 2009 dan 2010... 48


(13)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Luas Panen, Status Kepemilikan dan Pola Tanam Responden

Desa Kemukten Tahun 2009 dan 2010... 75 2 Karakteristik Responden Desa Kemukten... 76 3 Produksi Bawang Merah, Jagung Manis, Cabai dan Padi Petani

Responden di Desa Kemukten... 77 4 Penerimaan Petani di Desa Kemukten Tahun 2009 dan 2010... 79 5 Biaya Penggunaan Input Petani di Desa Kemukten Tahun 2009

Dan 2010... 80 6 Dokumentasi Kondisi Pertanian di Desa Kemukten... 81


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki jumlah penduduk kurang lebih 44 persen bermata pencaharian di sektor pertanian1. Namun demikian, kontribusi terhadap sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian semakin menurun, dimana pada tahun 2005 kontribusinya hanya 7,14 persen padahal tahun 2001 kontribusi ini mencapai 15,79 persen2.

Salah satu komoditas pertanian yaitu komoditas holtikultura yang mempunyai potensi utuk dikembangkan baik produksi maupun ekspornya serta untuk menekan impornya yang tinggi. Hal ini didukung oleh kecocokan iklim wilayah Indonesia terhadap tanaman holtikultura. Holtikultura juga merupakan salah satu komoditas yang sedang dikembangkan oleh pemerintah dalam rangka kebijakan pembangunan pertanian yang berorientasi pasar domestik dan ekspor.

Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Mengingat iklim adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian. Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu naiknya suhu udara yang juga berdampak

1


(15)

2 terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, berubahnya pola curah hujan dan makin meningkatnya intensitas kajadian iklim ekstrim (anomali iklim) sepertiEl-NinodanLa-Nina, dan naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara (Las, 2007).

Bawang merah merupakan komoditas yang ditanam di daerah dataran rendah dengan curah hujan yang sedikit. Terjadinya perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Pola tanam juga akan mengalami pergeseran. Selain itu kerusakan pertanian terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman, terutama pada bawang merah. Petani perlu menambah penggunaan obat-obatan dan pupuk untuk mengatasi tanaman yang terserang hama dan penyakit tanaman, sedangkan harga-harga pupuk dan obat-obatan terus mengalami peningkatan. Pemerintah tidak memberikan subsidi untuk pupuk dan obat-obatan sehingga petani merasa dirugikan karena mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli input pertanian tersebut. Banyaknya produk impor yang masuk dari Filipina dan Thailand juga sangat merugikan petani di Kabupaten Brebes karena produk import tersebut memberikan harga yang lebih murah tetapi dengan kualitas yang lebih rendah dibandingkan produk lokal atau domestik. Hal ini menyebabkan harga produk dalam negeri jatuh dan merugikan petani karena biaya penggunaan input pertanian besar terutama untuk bawang merah dan cabai.


(16)

Perubahan pola tanam menyebabkan terjadinya perubahan pendapatan bagi petani, karena akan terjadi perubahan komoditas pertanian yang ditanam oleh petani. Jika dalam setahun penanaman bawang merah dilakukan sebanyak 3 kali, maka setelah terjadi perubahan iklim penanaman bawang merah hanya dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun. Komoditas lain seperti cabai, palawija dan padi yang juga mengalami perubahan pola tanam dapat mempengaruhi pendapatan petani di Desa Kemukten, Kabupaten Brebes.

Dampak adanya perubahan iklim, terutama pada 10 tahun terakhir yang menyebabkan penurunan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes. Penurunan produksi bawang merah berpengaruh terhadap perubahan harga bawang merah dan dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa telah terjadi peningkatan harga bawang merah dan harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Brebes dari tahun 2008 hingga awal tahun 2011. Walaupun harga bawang merah dan gabah berfluktuatif, tapi dari tahun ke tahun lebih menunjukkan pada kenaikan harga yang cukup signifikan. Hal tersebut diakibatkan karena pasokan bawang merah dan beras makin berkurang sedangkan permintaan tetap. Berkurangnya pasokan bawang merah dan beras di Kabupaten Brebes diakibatkan karena banyak petani yang mengalami gagal panen akibat rusaknya tanaman mereka yang banyak tersiram air hujan. Petani tidak memprediksikan akan turun hujan pada bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau sehingga berpengaruh juga terhadap pendapatan petani.


(17)

4 Tabel 1. Harga Komoditas Bawang Merah dan Gabah di Kabupaten Brebes

Tahun 2008 - Tahun 2011

No Tahun Bawang Merah

(Rp/Kg)

Gabah (Rp/Kg)

1 2008 7700 2500

2 2009 9000 3000

3 2010 11000 3800

4 2011 14000 4400

Sumber : Deptan, 20113 1.2 Perumusan Masalah

Permintaan bawang merah nasional sebagian besar dipenuhi oleh produksi Jawa Tengah, dimana perannya cukup besar dalam hal produksi nasional pada tahun 2009 yaitu ada di peringkat ke-2 setelah DI Yogyakarta dengan luas panen 38.280 ha, produksi sebesar 406.725 ton dan produktivitasnya sebesar 10,63 ton/ha. DI Yogyakarta berada di peringkat pertama dalam produktivitasnya sebesar 12,14 ton/ha dengan luas panen 1.628 ha dan produksi sebesar 19.763 ton. Dari data tersebut terlihat bahwa Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi bawang merah terbesar dalam skala nasional. Kabupaten Brebes merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di provinsi Jawa Tengah. Tahun 2006 Kabupaten Brebes tercatat sebagai penghasil bawang merah terbesar di provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Brebes memiliki produktivitas terbesar yaitu 11,87 ton/ha, diikuti oleh Kabupaten Magelang (11,74 ton/ha) dan Kabupaten Pemalang (9,94 ton/ha) (Badan Pusat Statistik Pusat, 2009)4.

Sektor pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan iklim, terutama tanaman bawang merah. Data dari BMKG Stasiun Klimatologi Tegal menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir suhu udara dan curah

3

http://database.deptan.go.id/smsharga/qryreport.asp[diakses pada 11 Januari 2011]

4


(18)

1638

1741 2082 1909

1763 1642

1685 1503 2429

0 1000 2000 3000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Curah Hujan Rata-rata


(19)

6 penggunaan pupuk organik dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah. Obat-obatan yang digunakan seperti fungisida diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak karena jamur dan penyakit tanaman bawang merah banyak yang muncul saat musim penghujan. Selain itu, bibit bawang merah yang baik memiliki harga yang relatif mahal.

Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara 300-1500 mm/tahun dengan intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/hari dan suhu yang ideal untuk penanaman bawang merah adalah antara 25-30 derajat celcius (Wiyatiningsih, 2007). Oleh sebab itu, tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh. Bawang merah sangat cocok ditanam di daerah dengan suhu udara yang hangat atau panas, kering, dan cerah. Bawang merah yang ditanam di daerah dengan suhu udara rendah atau dingin akan membuat pertumbuhannya terhambat. Saat terjadi perubahan iklim dimana semakin singkatnya musim hujan namun curah hujannya tinggi, bawang merah tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik karena tanaman bawang merah yang tergenang banyak air, tidak akan tumbuh secara optimal. Umbi bawang merah akan berbentuk kecil sehingga kualitasnya tidak memuaskan. Curah hujan yang meningkat juga menyebabkan penularan penyakit pada bawang merah lebih cepat.

Pertumbuhan bawang merah di Kabupaten Brebes juga dipengaruhi oleh terjadinya anomali iklim yaituLa NinadanEl Nino, dimana ketikaLa Ninaangin panas (bagian laut yang suhunya tinggi) bergerak masuk ke arah Indonesia bagian timur dan demikian juga anginya berhembus lebih kuat ke arah Indonesia


(20)

sehingga laut di Indonesia meningkat suhunya, hal ini diikuti dengan penguapan yang lebih banyak dan terjadi konveksi kuat yang membentuk awan hujan (kumulus), sehingga daerah Indonesia curah hujanya di atas normal. El Nino

munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). Angin monsun (muson) yang datang ke Indonesia dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang (Budianto, 2001).

Bawang merah tidak memerlukan banyak air dalam pertumbuhannya. Dengan adanya perubahan iklim, maka dengan adanya curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan munculnya berbagai penyakit tanaman dan cepat membusuknya tanaman bawang merah.Fungisidayang beredar di pasaran belum bisa menekan perkembangan penyakit ini. Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas bawang merah dan perubahan harga bawang merah akibat kualitas yang tidak baik yang dihasilkan petani. Penanaman bawang merah di Kabupaten Brebes terutama di Desa Kemukten juga berkurang, petani lebih memilih untuk menanam komoditas lain selain bawang merah yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi seperti jagung manis. Tanaman jagung manis membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan memberikan hasil produksi yang baik, sehingga jagung manis menjadi alternatif bagi petani sebagai pengganti tanaman bawang merah di saat curah hujan tinggi. Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-pohonan


(21)

8 atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 –

270 C (Ashari, 1995). Cara bertanam dan pemeliharaan tanaman jagung manis juga relatif mudah. Jumlah pupuk dan obat-obatan yang digunakan dalam menanam bawang merah tidak sebanyak yang digunakan pada bawang merah atau cabai. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap tingkat pendapatan petani di Desa Kemukten. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah perubahan iklim menyebabkan perubahan tingkat produksi dan berimplikasi terhadap perubahan pendapatan petani khususnya petani bawang merah di Kabupaten Brebes.

Perubahan iklim telah mempengaruhi pola penanaman bawang merah di Kabupaten Brebes. Jika sebelumnya petani bisa menanam bawang merah sebanyak 3 kali dalam setahun, sekarang petani hanya bisa menanam 2 kali saja dalam setahun, itupun dengan resiko terjadinya gagal panen. Tabel 2 menunjukkan terjadinya perubahan pola tanam yang dilakukan oleh petani di Desa Kemukten akibat adanya perubahan iklim.

Tabel 2. Perubahan pola tanam oleh petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes

Tahun Pola Tanam

2009 Bawang merah–bawang merah–cabai–bawang merah

Bawang merah–bawang merah–bawang merah–Jagung manis 2010 Bawang merah–bawang merah–cabai–jagung manis

Bawang merah–bawang merah–jagung manis–jagung manis Sumber : Data Primer, 2011

Perubahan pola tanam pada tahun 2010 menyebabkan adanya perubahan penerimaan yang diperoleh dari produksi bawang merah dengan penerimaan yang diperoleh dari produksi padi, jagung manis ataupun cabai dibandingkan pada tahun 2009. Penggunaan input diantara komoditas juga pasti akan berbeda yang


(22)

menyebabkan perubahan pendapatan petani. Adanya penurunan produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes terutama di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana akan mengurangi persediaan bawang merah di pasaran Kabupaten Brebes bahkan di skala nasional yang menyebabkan naiknya harga bawang merah. Masuknya bawang merah impor dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan bawang merah lokal juga akan berimplikasi terhadap perubahan pendapatan petani.

Keputusan petani untuk melakukan perubahan pola tanam juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pola tanam dapat berasal dari internal maupun eksternal petani. Perubahan pola tanam tersebut merupakan salah satu strategi yang dilakukan petani untuk mengantisipasi kerugian akibat perubahan iklim. Secara terperinci, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi petani bawang merah terhadap perubahan iklim? 2. Bagaimana adaptasi yang dilakukan oleh petani bawang merah di

Kecamatan Kersana sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim?

3. Bagaimana dampak perubahan iklim, khususnya perubahan curah hujan terhadap input, output dan pendapatan petani di Desa Kemukten Kecamatan Kersana, Kabupatan Brebes?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :


(23)

10 1. Menganalisis persepsi petani di Desa Kemukten terhadap perubahan iklim 2. Menganalisis adaptasi yang dilakukan oleh petani di Desa Kemukten,

Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim.

3. Mengestimasi perubahan input, output dan pendapatan petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes akibat perubahan iklim relatif terhadap kondisi curah hujan normal.

4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk melakukan adaptasi sebagai respon akibat adanya perubahan iklim.

1.4 Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan maka hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :

1. Bahan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap pertanian dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah. 2. Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji pengaruh

perubahan iklim terhadap sektor pertanian yang lebih luas.

3. Bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan komoditas bawang merah terutama bagi pemerintah di Kabupaten Brebes dalam mengatasi pengaruh perubahan iklim terhadap pertanian terutama bawang merah sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Brebes.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekonomi Perubahan Iklim

Bank Pembangunan Asia (ADB) menilai perubahan iklim dapat berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi di Asia. Hasil studi ADB baru-baru ini tentang perubahan iklim di Asia Tenggara menunjukkan, kerugian biaya total akibat perubahan iklim cukup besar. Jika tak ada yang dilakukan, maka total cost dari perubahan iklim bagi negara Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam dapat mencapai 6,7 persen dari gabungan GDP setiap tahun sampai 2100. Perekonomian yang berkelanjutan tak akan bisa berjalan apabila masing-masing negara tidak menurunkan angka emisi karbon. Penanganan dampak perubahan iklim harus berjalan dan dilakukan satu persatu secara bersama-sama5.

Perubahan iklim mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, terutama di bidang pertanian yang memberikan kontribusi paling besar bagi perekonomian di Indonesia. Perubahan iklim menyebabkan adanya penurunan produksi pertanian sehingga berdampak terhadap kenaikan harga komoditas pertanian. Perubahan iklim juga memicu adanya adaptasi yang dilakukan petani terutama mengubah pola tanam. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pendapatan bagi petani.

2.1.1 Pengertian Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi


(25)

http://economy.okezone.com/read/2011/06/13/213/467938/perubahan-iklim-ancam-pertumbuhan-ekonomi-dalam kurun waktu yang panjang. Perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu6. Istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. IPCC (2007) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih).

Pengamatan selama 157 tahun terakhir menunjukkan bahwa suhu permukaan bumi mengalami peningkatan sebesar 0,05 oC/dekade. Selama 25 tahun terakhir peningkatan suhu semakin tajam, yaitu sebesar 0,18oC/dekade.

Sumber : IPCC (2007)

Gambar 2. Kenaikan Suhu Rata-Rata di Bumi Selama 157 Tahun Terakhir Pemanasan global terjadi akibat dari peningkatan efek rumah kaca yang disebebakan oleh naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Semakin tinggi konsentrasi gas rumah kaca maka semakin banyak radiasi panas dari bumi yang terperangkap di atmosfer dan dipancarkan kembali ke bumi. Hal tersebut dapat

6

http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=79[diakses pada 10 Oktober 2010]


(26)

terjadi melalui proses internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu di permukaan bumi. Peningkatan suhu iklim juga bisa dikarenakan peningkatan radiasi matahari, namun efeknya relatif sangat kecil. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Perubahan iklim global sebagai peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi (Budianto, 2001).

El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru – Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling (arus dari dasar laut menuju permukaan). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). Angin monsun (muson) yang datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang.

La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino

mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru – ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal


(27)

14 kembali. La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejalaEl Nino. Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadiLa Ninakarena mungkin bisa terjadi banjir7. 2.1.2 Dampak Perubahan Iklim di Bidang Pertanian

Dampak perubahan iklim mempengaruhi beberapa sektor ekonomi masyarakat, seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan kurangnya cadangan air. Terlambatnya musim hujan dan naiknya intensitas hujan, membawa kerugian cukup besar bagi masyarakat. Salah satu sektor yang paling terpengaruh dengan perubahan iklim adalah sektor pertanian. Pertama, perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami pergeseran. Kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin. Kedua, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Ketiga, menurunnya kesejahteraan ekonomi petani8. Dua hal diatas jelas merugikan petani dan sektor pertanian karena akan semakin menyusutkan dan menurunkan hasil pertanian yang berefek pada menurunnya pendapatan petani.

7

http://DampakEl Nino dan La Nina Terhadap Indonesia<<Ojanmaul’s Blog.htm[diakses pada 10 Oktober

2010]

8


(28)

Sebab perekonomian petani bergantung pada keberhasilan panen, jika terjadi kegagalan maka petani akan rugi.

2.1.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Pangan

Peng et al. (2004) menemukan interaksi antara variabel iklim seperti peningkatan konsentrasi CO2, peningkatan suhu, peningkatan curah hujan, kondisi cuaca yang ekstrem dengan pertumbuhan tanaman, biomasa dan hasil panen tanaman pangan. Dampak yang ditimbulkan perubahan iklim yaitu (i) peningkatan CO2 di udara meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen tanaman pangan. Hubungan ini terjadi karena CO2 dan udara diperlukan untuk tumbuhan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat. Semakin bertambah CO2 maka semakin banyak karbohidrat yang diproduksi; (ii) peningkatan suhu akan menurunkan hasil panen tanaman pangan. Hal ini terjadi karena proses fotosintesis yang berlangsung memiliki batasan temperatur. Jika temperatur berada di atas batas, maka fotosintesis berhenti; (iii) peningkatan curah hujan akan meningkatkan hasil panen. Hubungan ini terjadi karena dalam proses fotosintesis tanaman membutuhkan air, curah hujan yang tinggi akan menambah persediaan air bagi tanaman pangan; (iv) peningkatan variasi cuaca dan kondisi cuaca yang ekstrem akan menurunkan hasil panen tanaman pangan. Hubungan ini terjadi karena tanaman pangan yang ditanam akan rusak jika terjadi variasi cuaca dan kondisi cuaca yang ekstrem.

2.1.4 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Hortikultura

Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek. Meningkatnya siklus anomali musim


(29)

16 kering dan hujan dan berkurangnya kelembaban tanah akan menganggu sektor pertanian. Curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia diprediksikan akan meningkat sekitar 2 persen sampai 3 persen per tahun. Di Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi, Maluku dan Papua curah hujan akan berkurang. Kecenderungan yang akan terjadi adalah musim kemarau lebih panjang. Khusus di Pulau Jawa, perubahan musim akan sangat ekstrem dimana musim hujan akan menjadi sangat basah dan musim kering akan menjadi sangat kering dan lebih panjang. Hal ini menyebabkan Jawa menjadi rawan banjir dan kekeringan (BMKG, 2011).

Tanaman bawang merah pada dasarnya tidak membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya. Adanya peningkatan curah hujan jelas akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kondisi fisik bawang merah. Tanaman bawang merah yang tergenang banyak air, tidak akan tumbuh secara optimal. Umbi bawang merah akan berbentuk kecil sehingga kualitasnya tidak memuaskan. Selain itu, curah hujan yang meningkat menyebabkan penularan penyakit pada bawang merah lebih cepat. Salah satu penyakit penting pada bawang merah yang menimbulkan banyak kerugian di beberapa sentra produksi. Penyakit penting yang menyerang tanaman bawang merah yaitu penyakitMoler, yang biasa disebut oleh masyarakat Brebes sebagai penyakit Inul, dan Bahasa Latinnya adalah

Twisting Disease. Penyakit ini disebabkan oleh cendawanFusarium oxysporum. Gejala yang ditimbulkan oleh cendawan ini yaitu busuk pada pangkal batang, sehingga tanaman menjadi layu dan busuk kemudian tanaman mati. Penyakit


(30)

pada musim kemarau penyakit ini tidak menyebabkan kerugian yang besar (Wiyatiningsih, 2007).

Tanaman cabai lebih tahan panas daripada tomat dan terung. Temperatur yang cocok untuk pertumbuhannya antara 16-23oC. Kegagalan pembentukan buah tanaman cabai seperti pada tomat tergantung pada perubahan iklim menjelang pembuangan. Perubahan ini mungkin dapat menghalangi produksi tepung sari, penyerbukan/pembuahan. Beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman cabai adalah bercak daun yang disebabkan oleh cendawan patogen Alternaria solani, busuk daun oleh cendawan patogen Phytophtora infestans, mati bujang oleh cendawan patogenPythiumdan cendawan Rizhoctonia sp. Sedangkan hama yang sering menyerang cabai adalah ulat penggerek daun (Epilachna dodecastigma), ulat penggerek buah (Heliotis sp), ulat penggerek leher batang (Agrotis ypsilon), dan kutu daun (Aphis gossipii). Beberapa penyakit dan hama tersebut muncul saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi (Ashari, 1995). 2.1.5 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pola Tanam

Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan dengan mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata letak dan dan tata urutan tanaman pada sebidang lahan selama periode tertentu, termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah dan bera (Setjana, 1983). Selanjutnya Tahir (1974) menyatakan bahwa pola tanam adalah suatu pola bercocok tanam selama setahun atau lebih dan atau kurang yang terdiri dari beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir, bersisipan, atau secara bertumpangsari dengan maksud untuk meningkatkan produksi usahatani atau meningkatkan pendapatan petani tiap satuan luas per satuan waktu. Pada dasarnya


(31)

18 yang perlu diperhatikan dalam perencanaan prediksi atau pengaturan pola tanam adalah bahwa semua kombinasi tanaman harus dapat memenuhi persyaratan teknis, lingkungan, ekonomi dan sosial seperti pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan sifat-sifat lahan, iklim dan memiliki komoditas yang ekonomis. Penentuan pola tanam merupakan salah satu prinsip yang digunakan petani sebagai manajer dalam mengelola usahataninya (Hernanto, 1989).

Perubahan iklim yang terjadi telah mengubah pola pengusahaan tanaman (pola tanam) yang dilakukan oleh petani. Secara umum, dua provinsi di Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur) yang pasokan airnya lebih tersedia memiliki intensitas tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan empat provinsi lainnya di luar Jawa. Namun, di Jawa Barat dan Jawa Timur telah terjadi perubahan pola tanam, yang sebelumnya padi-padi-padi menjadi padi-padi-palawija. Hal ini mengindikasikan bahwa petnai sudah responsif terhadap adanya gejala-gejala perubahan iklim dengan menyesuaikan jenis tanaman yang mereka usahakan (Handokoet al, 2008).

2.1.6 Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas

Dampak perubahan iklim terhadap produktivitas (hasil panen) tanaman ternyata sangat bervariasi antar daerah. Hal ini terjadi karena produktivitas tidak saja dipengaruhi oleh perubahan iklim tersebut, tetapi juga oleh faktor lain seperti ketersediaan pupuk dan pestisida tepat waktu, atau sarana irigasi yang mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal (Handokoet al, 2008).

Produktivitas padi mengalami penurunan di Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Gorontalo serta Sumatra Utara (dengan variasi antara 1,8% hingga 20,5%); sementara di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mengalami peningkatan (antara


(32)

6,2% hingga 14,3%). Produktivitas palawija juga sebagian besar mengalami penurunan, kecuali di Jawa Timur yang mengalami peningkatan. Perubahan produktivitas yang mencolok justru terjadi pada komoditas tebu. Di Jawa Barat, produktivitas tebu mengalami penurunan sebesar 25,0%, sementara di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 93,9%.

2.2 Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim

Persepsi dalam arti sempit merupakan suatu penglihatan bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas yaitu pandangan atau pengertian bagaimana seseorang memandang atau mengerti sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut Muchtar (1998) dalam Yuwono (2006), persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu obyek atau peristiwa yang diinformasikan sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada dan dapat menentukan tindakannya.

Menurut Schiffman and Kanuk (1987), setiap individu mempunyai pandangan yang spesifik dalam melihat suatu realita. Empat orang yang secara bersama-sama melihat suatu kejadian yang sama, dapat menuliskan empat macam laporan yang ditulis secara jujur tetapi isinya berbeda-beda satu sama lain. Hal ini terjadi karena bagi setiap orang realita adalah suatu fenomena yang bersifat individual tergantung dari kebutuhan, keinginan, nilai yang dipegang dan pengalaman dari individu tersebut. Jadi, bagi individu, realita bukanlah merupakan realita objektif. Cara memandang suatu kenyataan yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan lainnya disebut persepsi.


(33)

20 Salah satu pihak yang paling terkena dampak akibat perubahan iklim adalah petani. Keterbatasan informasi yang dimiliki petani diduga menyebabkan petani memiliki persepsi tersendiri mengenai perubahan iklim.

2.3 Prinsip Ekonomi

Proses produksi merupakan hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produksi atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut hubungan antara input dengan output. Selain itu, dalam menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk yang lain, bahkan untuk menghasilkan produk tertentu dapat digunakan input yang satu maupun input yang lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi tersebut dapat diterapkan secara luas sebab dapat menjelaskan hubungan-hubungan yang dapat menyelesaikan masalah mengenai berbagai upaya perbaikan usahatani (Suratiyah, 2006).

Pengetahuan tentang ilmu ekonomi dapat memberikan dasar untuk perencanaan usahatani dan pemilihan alternatif usaha. Usahatani merupakan kegiatan untuk menghasilkan produk dengan menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien pada sektor pertanian, perikanan atau peternakan.

2.3.1 Konsep Usahatani

Menurut Vink (1984), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yag membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan atau perikanan. Selain itu, usahatani juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau


(34)

perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani/peternak tersebut (Prawirokusumo, 1990).

Melalui produksi pertanian yang berlebih dapat diharapkan memperoleh pendapatan yang tinggi, maka usahatani harus dimulai dengan perencanaan untuk menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga dapat memperoleh pendapatan yang maksimal. Definisi tersebut juga memperlihatkan adanya pertimbangan ekonomis disamping pertimbangan teknis (Suratiyah, 2006).

2.3.2 Pendapatan Usahatani

Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Karena dalam kegiatan itu bertindak seorang petani yang berperan sebagai pengelola, sebagai pekerja dan sebagai seorang penanam modal pada usahanya, maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi (Soeharjo, 1972).

Bagi seorang petani, analisa pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Analisa pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.

Penerimaan usahatani berwujud tiga hal yaitu (a) hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual, (b) produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan, (c) kenaikan nilai inventaris. Nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani berubah-ubah setiap tahun, sehingga ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan akhir tahun perhitungan. Jika ada


(35)

22 kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani itu, maka selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan usahatani (Soeharjo, 1972).

Pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Biaya tetap ini terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, sewa tanah dan lain-lain. Biaya variabel sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya variabel terdiri dari bibit, makanan ternak, biaya menggembala, pembelian sarana produksi, dan lain-lain (Soeharjo, 1972).

2.4 Strategi Petani Dalam Menanggulangi Perubahan Iklim 2.4.1 Strategi Antisipasi

Strategi antisipasi ditujukan untuk menyiapkan strategi mitigasi dan adaptasi berdasarkan kajian dampak perubahan iklim terhadap (a) sumberdaya pertanian seperti pola curah hujan dan musim (aspek klimatologis), sistem hidrologi dan sumberdaya air (aspek hidrologis), keragaan dan penciutan luas lahan pertanian di sekitar pantai, (b) infrastruktur/sarana dan prasarana pertanian, terutama sistem irigasi, dan waduk, (c) sistem usahatani dan agribisnis, pola tanam, produktivitas, pergeseran jenis dan varietas dominan, produksi, dan (d) aspek sosial-ekonomi dan budaya. Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan strategi yang harus ditempuh dalam upaya mengurangi laju perubahan iklim (mitigasi) melalui penyesuaian dan perbaikan aktivitas/praktek dan teknologi pertanian dan mengurangi dampak perubahan iklim terhadap sistem dan produksi pertanian melalui penyesuaian dan perbaikan infrastruktur (sarana dan prasarana) pertanian dan penyesuaian dan teknologi pertanian (adaptasi) (Las, 2007).


(36)

2.4.2 Strategi Mitigasi

Indonesia selain sebagai emitor terbesar oksigen (O2) dari hutan dan areal pertaniannya, Indonesia juga dituding sebagai negara terbesar ketiga dalam mengemisi Gas Rumah Kaca (GRK), terutama dari sistem pertanian lahan sawah dan rawa, kebakaran hutan/lahan, emisi dari lahan gambut. Oleh sebab itu, Indonesia dituntut (sesuai dengan Kiyoto Protocol) untuk senantiasa berupaya mengurangi (mitigasi) GRK, antara lain melalui; (a) CDM (Clean Development Mechanism), (b) perdagangan karbon (carbon trading) melalui pengembangan teknologi budidaya yang mampu menekan emisi GRK, dan (c) penerapan teknologi budidaya seperti penanaman varietas dan pengelolaan lahan dan air dengan tingkat emisi GRK yang lebih rendah (Sinar Tani, 2010).

2.4.3 Strategi Adaptasi

Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif dengan situasi yang terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya infrastruktur dan lain lain melalui (a) reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air, (b) penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air, (c) penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan tanah (Las, 2007). Proses adaptasi merupakan suatu bagian dari proses evolusi kebudayaan yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaiakan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi secara temporal. Perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap sistem adaptasi manusia adalah perubahan lingkungan yang


(37)

24 berupa bencana, yaitu kejadian yang mengancam kelangsungan hidup organisme termasuk manusia, sehingga dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan akibat bencana tersebut, manusia mengembangkan pola adaptasi yang berbentuk pola-pola tingkah laku yang salah satunya adalah perubahan strategi (Mulyadi, 2005).

2.5 Penelitian Terdahulu

Asikin (2010) melakukan peneltian mengenai analisis dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur. Perubahan iklim mempengaruhi kondisi lingkungan di Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat. Terbatasnya informasi yang diperoleh petani padi mengenai perubahan iklim menyebabkan persepsi antar petani mengenai perubahan iklim menjadi berbeda. Oleh karena itu, kajian mengenai sejauh mana persepsi petani padi terhadap perubahan iklim tersebut penting untuk dilakukan. Adaptasi petani padi terhadap perubahan iklim juga penting untuk dilakukan. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana petani padi mampu bertahan dan merespon kondisi iklim yang tidak menentu. Penelitian ini juga memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap tingkat pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur.

Mayangsari (2010) melakukan penelitian terhadap tingkat kesejahteraan nelayan perahu motor tempel di Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi akibat perubahan iklim. Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu (PPN Pelabuhanratu) merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun oleh pemerintah pusat guna menunjang aktivitas perikanan yang memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada di wilayah pengelolaan perikanan. PPN Pelabuhanratu


(38)

memiliki peranan strategis karena letaknya berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudra Hindia dan akses pemasaran domestik mapun ekspor. Dengan adanya perubahan iklim, peneliti melakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap sektor peikanan, mengestimasi besarnya perubahan tingkat kesejahteraan nelayan perahu motor tempel yang ada di Pelabuhanratu dan strategi adaptasi yang dilakukan nelayan perahu motor tempel akibat adanya perubahan iklim.

Handayani (2007) melakukan penelitian terhadap budidaya tanaman bawang merah organik terhadap tingkat permintaan konsumen. Budidaya organik mendorong terbentuknya tanah dan tanaman sehat dengan melakukan praktek-praktek budidaya tanaman seperti daur ulang unsur hara, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Peralihan sistem budidaya ini disebabkan oleh tingginya penggunaan pupuk dan pestisida sintetik sehingga mengakibatkan produktivitas tanah di Indonesia menjadi makin menurun dan konsumen bawang merah sudah mulai peduli akan bahaya dari penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan, sehingga konsumen mulai menggunakan produk organik. Penelitian tersebut menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif dari kedua teknik budidaya (konvenssional dan organik), untuk membandingkan teknik budidaya yang lebih efisien atau menguntungkan, serta untuk mengetahui apakah Indonesia lebih diuntungkan memproduksi bawang merah dalam negeri atau lebih diuntungkan apabila mengimpor dari luar negeri.

Sunarno (2004) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan optimalisasi pola tanam komoditas sayuran di Desa Sukatani, Kecamatan Pecet,


(39)

26 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pendapatan usahatani sayuran petani responden pada kondisi aktual menunjukkan bahwa pendapatan per hektar petani luas lebih rendah dibandingkan petani sempit. Nilai R/C rasio petani sempit lebih besar dibandingkan petani luas, hal ini menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan petani sempit lebih efisien dibandingkan petani luas. Tingkat produktivitas lahan petani sempit yang lebih besar dibandingkan petani luas disebabkan karena pemeliharaan yang dilakukan lebih intensif. Sedangkan hasil analisis optimalisasi untuk pertanian menunjukkan bahwa pola tanam yang dapat memberikan pendapatan yang optimal adalah tanaman horinso, brokoli dan wortel + bawang daun, sedangkan petani sempit adalah tanaman horinso, brokoli dan horinso. Hasil optimal petani luas lebih kecil dibanding petani sempit. Nilai R/C ratio optimal untuk petani luas juga lebih kecil dibandingkan petani petani sempit, tetapi tambahan pendapatan per hektar yang diperoleh petani luas lebih besar dibanding petani sempit. Petani luas lebih berdiversivikasi dibanding petani sempit.


(40)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Perubahan iklim dengan segala penyebabnya sudah terjadi di tingkat lokal, regional maupun global. Peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menyebabkan terjadi pemanasan global diikuti dengan meningkatnya permukaan air laut akibat pencairan es di wilayah kutub. Naiknya permukaan air laut akan menyebabkan meningkatnya energi yang terjadi dalam atmosfer, sehingga mendorong terjadinya perubahan iklim.

Perubahan iklim yang terjadi hampir 10 tahun terakhir telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor, terutama di sektor pertanian. Salah satu dampak akibat terjadinya perubahan iklim adalah curah hujan yang tinggi. Para petani bawang di Kabupaten Brebes merupakan salah satu pihak yang merasakan pengaruh dari perubahan iklim tersebut. Kesalahan strategi dari petani menjadi tidak tepat karena cuaca yang ekstrim tidak dapat diantisipasi.

Tanaman bawang merah tidak membutuhkan banyak air dan cukup mendapatkan sinar matahari dalam pertumbuhannya, sehingga pada saat terjadi perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan meningkat akan berakibat berubahnya struktur proporsi bawang merah. Bawang merah yang ditanam dalam kondisi tempat yang teduh mengakibatkan pembentukan umbi yang tidak sempurna sehingga ukuran bawangnya menjadi kecil dan kualitas bawang merah menjadi buruk. Hal ini akan berdampak negatif terhadap produktivitas bawang merah dan menyebabkan menurunnya tingkat persaingan bawang merah lokal terhadap bawang merah impor sehingga akan berimplikasi terhadap menurunnya pendapatan petani bawang merah di Kabupaten Brebes, maka kesejahteraan


(41)

28 mayarakat di Kabupaten Brebes semakin menurun karena bawang merah merupakan komoditas unggulan dari Kabupaten Brebes dimana petani bawang merah menjadi salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat Kabupaten Brebes.

Perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan pola tanam terhadap pertanian di Kabupaten Brebes khususnya di Desa Kemukten. Jika pada tahun sebelum terjadinya perubahan iklim penanaman bawang merah dilakukan 3 kali dalam setahun, namun setelah perubahan iklim penanaman bawang merah hanya sebanyak 2 kali dalam setahun. Hal ini dilakukan sebagai salah satu adaptasi petani terhadap peningkatan curah hujan yang terjadi di Kabupaten Brebes. Penanaman palawija seperti jagung manis menjadi pilihan pengganti bagi petani. Adanya perubahan pola tanam juga berimplikasi terhadap pendapatan petani. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani saat musim penghujan lebih banyak dibandingkan dengan saat musim kering pada saat menanam bawang merah yang menyebabkan berubahnya harga bawang merah dan penerimaan yang didapat oleh petani mengalami perubahan, sehingga pendapatan petani juga mengalami perubahan.

Analisis mengenai pengaruh perubahan iklim terhadap komoditas bawang merah di Kabupaten Brebes merupakan salah satu indikator seberapa pentingnya perubahan iklim terhadap pertanian di Kabupaten Brebes terutama pertanian bawang merah yang menjadi sentra utama kegiatan pertanian di wilayah Kabupaten Brebes. Kajian tentang strategi bertujuan untuk mengidentifikasi rencana yang dilakukan petani bawang merah di Kabupaten Brebes sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim, selanjutnya dilakukan analisis variabel yang


(42)

mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam sebagai akibat perubahan iklim, sehingga dari hasil penelitian dirumuskan rekomendasi kebijakan bagi stakeholder dan pemerintah Kabupaten Brebes dalam mengatasi perubahan iklim terutama terhadap komoditas bawang merah.

dibandingkan

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Perubahan iklim pada tahun 2010

Tidak merubah pola tanam (tanpa adaptasi)

Adanya perubahan pola tanam (adaptasi)

Perubahan pendapatan petani dengan adaptasi dan tanpa

adaptasi

Pemahaman dan persepsi petani mengenai perubahan

iklim

Perbandingan kinerja usahatani dan rekomendasi kebijakan

Kabupaten Brebes merupakan salah satu sentra produksi bawang merah tertinggi dalam skala nasional

Sistem pengusahaan bawang merah dan tanaman lainnya

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam

melakukan perubahan pola tanam :

Tingkat pendidikan

Jumlah tanggungan keluarga

Pengalaman berusahatani

Pendapatan petani

Luas lahan pertanian

Pemahaman petani


(43)

30 IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah dengan responden adalah para petani. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), karena Kabupaten Brebes merupakan penghasil bawang merah terbesar dalam skala nasional dan bawang merah merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Brebes yang menjadi salah satu sumber pendapatan daerah dan sumber penghasilan bagi petani bawang merah di Kabupaten Brebes. Penelitian dilakukan selama 2 bulan dan pengambilan data primer dilakukan pada bulan Maret 2011 - April 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani di Kabupaten Brebes dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, media cetak, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Brebes, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes, dan sumber-sumber yang relevan dengan topik yang diteliti.


(44)

Tabel 3. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian

Data Jenis Sumber Metode

Persepsi petani terhadap perubahan iklim

Primer Petani Wawancara dan

kuesioner Strategi petani untuk

mengantisipasi perubahan iklim

Primer Petani Wawancara dan

kuesioner Perubahan penggunaan

input, output dan pendapatan petani

Primer dan Sekunder

Petani dan BPS Kabupaten Brebes Wawancara, kuesioner dan studi literatur Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam

Primer Petani Wawancara dan

kuesioner

4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan metode non probability sampling

secara purposive. Secara umum, sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Responden berasal dari Desa Kemukten yang ada di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes yaitu sebanyak 44 orang. Petani yang akan menjadi responden adalah petani yang telah bekerja kurang lebih 10 tahun, sehingga dapat diketahui informasi yang lebih mendalam mengenai perubahan iklim terhadap pertanian. 4.4 Metode Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu proses lanjutan setelah dilakukannya pengumpulan data. Menganalisis data ditujukan agar data yang telah dikumpulkan dapat lebih berarti serta dapat memberikan informasi. Adanya hasil analisis terhadap data ini dapat memberikan jawaban atas perumusan masalah yang terdapat dalam perumusan ini. Langkah awal sebelum menganalisis data adalah dengan mengelompokkan data yang diperoleh dari sampling menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan


(45)

32 secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007danMinitab 14.0 for Windows.

Tabel 4. Metode Pengolahan dan Analisis Data dalam Penelitian

Tujuan Metode Analisis Data

Menganalisis persepsi petani bawang merah terhadap perubahan iklim

Analisis Deskriptif Menganalisis adaptasi yang dilakukan petani

untuk mengantisipasi perubahan iklim

Analisis Deskriptif Mengestimasi besarnya perubahan pendapatan

petani

Analisis Pendapatan Usahatani Mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam

Regresi Logistik

4.4.1 Analisis Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim

Analisis data yang digunakan untuk mengkaji dengan menggunakan analisis deskriptif. Bentuk pertanyaan yang akan diberikan pada responden untuk mengkaji analisis tersebut berupa kombinasi pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Hal-hal yang akan ditanyakan pada responden adalah mengenai masalah perubahan iklim. Seberapa jauh para petani mengetahui mengenai perubahan iklim serta dampak-dampak yang timbul, seperti bagaimana kondisi tanaman bawang merah akibat perubahan iklim tersebut dan membandingkan dengan beberapa tahun lalu saat perubahan iklim belum terlalu dirasakan.

4.4.2 Estimasi Perubahan Pendapatan Petani Akibat Perubahan Iklim

Estimasi perubahan produktivitas bawang merah melalui perubahan tingkat produksi dan perubahan pendapatan petani. Perubahan tingkat produksi bawang merah dapat dianalisis melalui data-data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) pusat maupun pusat informasi pertanian yang ada di Kabupaten Brebes.


(46)

Perubahan pendapatan petani dapat diestimasi melalui analisis pendapatan usahatani. Analisis ini digunakan untuk mengukur dan membandingkan besarnya pendapatan usahatani pada beberapa komoditas yang diusahakan pada saat sebelum terjadi perubahan iklim dan setelah terjadi perubahan iklim. Analisis tersebut menggunakan bantuan tabel arus kas seperti arus penerimaan dan biaya yang digunakan. Harga yang digunakan merupakan harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan yaitu setelah terjadinya perubahan iklim dan harga yang berlaku pada saat sebelum terjadi perubahan iklim. Secara umum, perhitungan tingkat pendapatan dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Pd = TR–TC TR =∑ . Yi TC = TFC + TVC

TVC =∑ ∑ . Xij

Pd =∑ . Yi-∑ ∑ . Xij Keterangan :

Pd : Pendapatan TR : Total Penerimaan

Yi : Output tanaman i yang dihasilkan pada musim tanam tertentu Pyi : Harga output yang diproduksi

TC : Total Biaya TFC : Total Biaya Tetap TVC : Total Biaya Variabel

Xij : Input j yang digunakan pada tanaman i Pxij : Harga input j yang digunakan pada tanaman i

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Penerimaan merupaka perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan didefinisikan sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Biaya total


(47)

34 dalam produksi. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap tidak bergantung pada besarnya produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Hernanto, 1989). Biaya variabel jumlahnya berubah sebanding dengan besarnya produksi. Biaya yang termasuk dalam biaya variabel adalah bibit/benih, pupuk, obat-obatan dan sewa tenaga kerja. Biaya tetapterdiri dari sewa lahan, pajak, penyusutan dan bunga modal kredit.

4.4.3 Analisis Adaptasi Yang Dilakukan Oleh Petani Terhadap Perubahan Iklim

Jenis analisis untuk mengkaji strategi dan inovasi yang dilakukan petani adalah dengan memberikan pertanyaan mengenai bentuk strategi dan inovasi apa yang dilakukan oleh petani akibat adanya pengaruh perubahan iklim terhadap perubahan produktivitas bawang merah serta hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat melakukan strategi dan inovasi tersebut.

4.4.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam

4.4.4.1 Model Regresi Logistik

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim menggunakan pendekatan model regresi logistik. Model tersebut dirumuskan sebagai berikut (Pindyck dan Rubinfeld, 1998) :


(48)

Dimana :

Pi = peluang individu dalam mengambil keputusan

β₀ = intersept

β₁ = koefisien regresi Xi = variabel bebas

Untuk melihat model pada persamaan (1) dapat diestimasi hal yang pertama dilakukan adalah mengalikan kedua sisi persamaan dengan 1 + untuk mendapatkan (1 + )Pi= 1 ... (2) Persamaan (2) dibagi dengan Pi dan kemudian dikurangi 1 akan menghasilkan persamaan :

= - 1 =

Atau dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan : =

( ) ... (3)

Persamaan (3) kemudian ditransformasi menjadi model logaritma natural sehingga menghasilkan persamaan :

Zi= ln ( ) ... (4)

Dengan ln = Zi, maka persamaan (4) dapat dituliskan sebagai berikut :

Zi= ln ( ) = β₀ + β₁Xi ... (5) Persamaan (5) di atas dikenal sebagai model logit atau model regresi logistik.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam adalah tingkat pendidikan (X1), jumlah tanggungan keluarga (X2), lama pengalaman bertani (X3), pendapatan (X4), luas lahan pertanian (X5), dan pemahaman petani mengenai perubahan iklim (X6). Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya, maka model logit


(49)

36 ln ( ) = Zi= β₀ + β₁X1+ β2X2+ β3X3-β4X4+ β5X5+ β6X6

Dimana :

Pi = peluang kesediaan petani untuk melakukan perubahan pola tanam 1 - Pi = peluang ketidaksediaan petani untuk melakukan perubahan pola tanam Zi = keputusan petani

β₀ = intersep

β₁ = parameter peubahX1 X1 = tingkat pendidikan

X2 = jumlah tanggungan keluarga X3 = pengalaman berusahatani X4 = pendapatan petani X5 = luas lahan pertanian

X6 = pemahaman petani mengenai perubahan iklim

Hipotesis dari faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim :

1. Tingkat Pendidikan Formal Petani

Pendidikan formal petani diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin mudah untuk memahami adanya perubahan iklim dan dampaknya terhadap pertanian dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah petani dalam melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim.

2. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga petani diharapkan bernilai positif. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung akan menyebabkan semakin banyak kebutuhan hidup yang harus dipenuhi sehingga tekanan untuk meningkatkan pendapatan semakin tinggi. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah tanggungan keluarga diharapkan mendorong petani untuk melakukan perubahan pola tanam.


(50)

3. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani diharapkan bernilai positif. Semakin lama petani berpengalaman dalam usahatani, diharapkan petani semakin dapat memilih usahatani yang paling menguntungkan ditengah terjadinya perubahan iklim. Jika terdapat perubahan pola tanam yang dapat memberikan keuntungan dan meminimalisasi terajdinya kerugian, maka petani akan melakukan perubahan tersebut.

4. Pendapatan Petani

Pendapatan petani diharapkan bernilai negatif. Petani yang berpendapatan rendah diharapkan akan lebih mudah untuk diarahkan pada perubahan pola tanam. Petani akan berusaha untuk meningkatkan pendapatannya, sehingga apabila ada sistem baru yang menawarkan pendapatan lebih tinggi petani cenderung akan melakukan perubahan pola tanam.

5. Luas Lahan Pertanian

Luas lahan pertanian diharapkan bernilai positif. Semakin luas lahan yang diusahakan maka diharapkan akan mendorong petani untuk melakukan perubahan pola tanam karena dengan merubah pola tanam, petani yang memiliki lahan yang luas akan semakin banyak memperoleh keuntungan. 6. Pemahaman Petani Mengenai Perubahan Iklim

Pemahaman petani mengenai perubahan iklim diharapkan bernilai positif. Semakin banyak petani yang memahami perubahan iklim, maka semakin besar keinginan petani untuk melakukan perubahan pola tanam karena dengan merubah pola tanam petani dapat mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan pada usahatani mereka akibat adanya perubahan iklim.


(51)

38 4.4.4.2 Pengujian Model Regresi Logistik

a) Uji Likelihood Ratio

Pengjian model logit dapat dilakukan secara keseluruhan atau individual. Uji likelihood ratio adalah uji secara keseluruhan model logit dimana rasio fungsi kemungkinan modelUR(lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR(H0benar). Fungsi kemungkinan tersebut adalah (Juanda, 2009) :

G = -2ln[ _

_ ] = 2ln[

_

_ = χ

2 (k-1) = 2[ln(likelihood_ModelUR)–ln(likelihood_ModelR)] Dengan hipotesis :

H0:β1=β2= ….=βk

H1: minimal adaβj≠0, untuk j=1,2,3,..k

Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis Ho ditolak (model signifikan) jika statistik G >χ2α,(k-1)dan jika H0ditolak maka dapat disimpulkan minimal ada β≠0, dengan pengertian model regresi logistik dapat menjelaskan atau memprediksi pilihan individu pengamatan.

b) Uji Wald

Pengujian faktor (βj≠0) yang berpengaruh nyata terhadap pilihannya, perlu uji statistik lanjut. Uji signifikasi dari parameter koefisien secara parsial dapat dilakukan dengan statistik uji Wald yang serupa dengan statistik uji-t atau uji Z dalam regresi linier biasa (Juanda, 2009). Hipotesisnya adalah :

H0: βj= 0 untuk j=1,2,3,...,k H1: βj≠ 0


(52)

Statistik uji yang digunakan adalah : W =

^

(

^

)

Dimana : ^

j = koefisien regresi se (

^

j) = standard error of β (galat lesalahan dari β) c) Odds Ratio

Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Makin besar nilai Odds maka makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai Odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis dapat dituliskan (Juanda, 2009) :

Zi= ln atau dapat dituliskan

Odds Ratio = Dimana :

P = peluang kejadian yang terjadi 1–P = peluang kejadian yang tidak terjadi


(53)

40 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis

Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 desa yaitu Desa Kersana, Ciampel, Cigedog, Cikandang, Kubang Pari, Pende, Keradenan, Krama Sampang, Sukamaja, Sindangjaya, Jakapura, Limbangan dan Kemukten. Jumlah penduduk Kecamatan Kersana terdiri dari 31.625 jiwa penduduk laki-laki dan 31.173 jiwa penduduk perempuan.

Desa Kemukten terdiri dari 26 RT dan 5 RW. Luas wilayah Desa Kemukten adalah 161.606 ha/m2. Desa Kemukten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sengon, Kecamatan Tanjung Sebelah Selatan : Desa Kersana, Kecamatan Kersana Sebelah Timur : Desa Limbangan. Kecamatan Kersana Sebelah Barat : Desa Kersana, Kecamatan Kersana

Jumlah penduduk Desa Kemukten sebesar 4.493 jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar 2.148 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 2.345 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Kemukten adalah petani dan buruh tani. Jumlah petani di Desa Kemukten sebesar 592 jiwa dan buruh tani sebesar 787, yang lainnya adalah Pegawai Negeri Sipil, TNI dan Karyawan Swasta.

Desa Kemukten memiliki suhu rata-rata 330C dan curah hujan rata-rata sebesar 8 Mm/hari pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2009 suhu udara


(54)

rata-rata di Desa Kemukten adalah 320C dan curah hujan rata-rata sebesar 6 Mm/hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan suhu dan curah hujan di Desa Kemukten yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama kondisi pertanian di Desa Kemukten. Penggunaan lahan di Desa Kemukten berupa lahan persawahan seluas 117.640 ha/m2, lahan pemukiman seluas 36.100 ha/m2, dan lahan untuk sarana dan prasarana lainnya seluas 7.866 ha/m2. Penduduk Desa Kemukten yang mayoritas bermata pencaharian petani, hidupnya sangat bergantung terhadap pertanian. Sebagian besar petani di Desa Kemukten menanam bawang merah sebagai salah satu komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Brebes. Kondisi lingkungan lahan yang kering dengan pancaran sinar matahari yang cukup, membuat Desa Kemukten menjadi daerah yang cocok untuk penanaman bawang merah. Perubahan suhu dan curah hujan akan mempengaruhi pertanian dan pendapatan petani di Desa Kemukten.

5.1.2 Kondisi Pertanian di Desa Kemukten

Petani di Desa Kemukten pada umumnya menanam jenis komoditas tanaman yang cocok ditanam di daerah kering, seperti bawang merah, jagung, cabai dan padi sawah. Tahun 2009 luas tanam bawang merah yaitu 74 ha, padi sawah 30 ha, dan jagung 5 ha, sedangkan pada tahun 2010 luas tanam bawang merah menjadi 65 ha, padi sawah 52 ha dan jagung 11 ha.

Jenis tanah sawah yang ada di Desa Kemukten yaitu sawah irigasi teknis seluas 114.140 ha/m2, sawah tadah hujan seluas 3.500 ha/m2dan tidak ada jenis tanah tegalan. Adanya perubahan iklim antara tahun 2009 dan 2010 menyebabkan perubahan produktivitas bawang merah di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan. Tabel 5 menunjukkan adanya perubahan luas panen, produksi dan


(55)

42 produktivitas bawang merah di Kabupaten Kersana dari tahun 2003 hingga 2010 yang menggambarkan adanya penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahunnya di Kecamatan Kersana dan Desa Kemukten merupakan salah satu penyumbang produksi bawang merah terbesar di Kecamatan Kersana.

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes Tahun 2003-2010 Tahun Luas Panen

(ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

Perubahan (ton)

2003 251 8088,0 32,2

-2004 230 2040,4 8,9 -23,3

2005 334 2808,5 8,4 -0,5

2006 400 3050,3 7,6 -0,8

2007 727 6090,7 8,4 0,8

2008 639 7792,2 12,2 3,8

2009 975 11567,6 11,9 -0,3

2010 480 5383,0 11,2 -0,7

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Brebes 5.2 Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden di Desa Kemukten diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 44 orang petani yang mewakili rumah tangga. Karakteristik responden ini dilihat dari beberapa variabel yang meliputi usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, lama bertani serta luas dan status kepemilikan lahan.

5.2.1 Usia

Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari 31 tahun hingga 67 tahun. Usia responden sebagian besar berada pada kisaran 35-45 tahun sebanyak 41% dan 46-55 tahun sebanyak 36% yang merupakan usia produktif petani. Responden dengan usia kurang dari 35 tahun sebanyak 11% dan usia lebih dari 65 tahun sebanyak 0,5%.


(56)

Tabel 6. Usia Responden di Desa Kemukten Tahun 2011 Usia

(tahun)

Jumlah Responden (orang)

Presentase (%)

<35 5 11

35-45 18 41

46-55 16 36

56-65 3 11,5

>65 2 0,5

Sumber : Data Primer (diolah), 2011 5.2.2 Pendidikan Formal Terakhir

Tingkat pendidikan responden di Desa Kemukten masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya responden yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) sebanyak 75% dan yang tidak tamat SD sebanyak 2%. Sementara yang berpendidikan terakhir SLTP dan SLTA masing-masing hanya sebanyak 14% dan 7%, sedangkan yang berpendidikan setingkat Perguruan Tinggi sebanyak 2%.

Tabel 7. Pendidikan Formal Terakhir Responden Desa Kemukten Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang)

Presentase (%)

SD 33 75

SLTP 6 2

SLTA 3 14

Perguruan Tinggi 1 7

Tidak Sekolah 1 2

Sumber : Data Primer (diolah), 2011

5.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Salah satu karkteristik responden adalah mewakili rumah tangga, maka dari itu, responden memiliki tanggungan keluarga. Tanggungan keluarga responden ditentukan dari jumlah anggota rumah tangga yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di dalam satu rumah.


(1)

76

30 Cahyono 55 SD 3 31

31 Karmen 45 SD 3 12

32 Draup 43 SD 3 21

33 Tarmad 66 - 1 45

34 Sunarto 48 SD 4 40

35 Trisno 34 SD 3 14

36 Kurdi 50 SD 3 20

37 Wasjum 53 SMA 3 29

38 Ratono 48 SD 3 34

39 Ridwan 60 SD 3 52

40 Carsan 40 SD 3 26

41 Daryono 42 SLTP 4 20

42 Tumeri 36 SLTP 3 20

43 Waan 50 SD 4 10

44 Taswadi 48 SD 3 27

Lampiran 3. Produksi Bawang Merah, Jagung Manis, Cabai, dan Padi Per Hektar Petani Responden di Desa Kemukten

No Nama

Produksi Tahun 2009 (Ton) Produksi Tahun 2010 (Ton) Bawang

Merah

Jagung

Manis Cabai Padi

Bawang Merah

Jagung

Manis Cabai Padi

1 Rusnali 6.5 0 4.1 0 5 2.5 3 0

2 Carudin 6.5 2.5 1.5 0 7 2.5 1.1 0

3 Lijo 3.2 3.2 0 0 2.7 2.7 0 0

4 Sakwad 4.5 2 0 0 4.5 1 0 0

5 Tono 4.5 2.7 0 0 4.5 1.5 0 1.2

6 Mulyadi 11.5 0 2 0 5 4 0 0

7 Wija 4 0 1 0 3.5 0 1 0

8 Samad 7.8 1.85 0 0 3.89 6.1 0 0

9 Taroni 6.5 0 1.5 0 3.6 4 0 0

10 Ratmani 14.5 0 0 0 3.2 0 0 0

11 Daryono 3 0 4.1 1.5 2 1.2 0 1.2

12 Sukardi 5.5 0 0.8 0 3.6 3 1.2 0

13 Ali 5 0 1.5 0 3 1.2 1.1 0

14 Tarjono 5 0 0 1.4 1.7 1.9 0 0

15 Sumarto 4.6 0 1 0 2.2 1.5 1 0

16 Warnadi 4.6 0 1 0 2.2 1.5 1 0

17 Tarwad 3 2.5 1.5 0 2.65 1.4 0 0

18 Raswan 5 0 0 0 2.2 9 0 0


(2)

77

20 Suwandi 4.5 0 2 0 3.2 2 0 0

21 H. Ahmad S 4 0 2 0 2.5 1 0.5 0

22 Katab 5.5 0 1.5 0 3.3 0 1.2 0

23 Warjan 4.5 1.3 0 0 2.9 1.3 0.3 0

24 Sukardi 4 0 0 0 2 0 0 0

25 Dasmin 5.2 0 1 0 2.5 0 1.5 0

26 Durman 6 0 0 0 4 1 1 0

27 Castra 3.8 0 1 0 1.3 1.5 0 0

28 Rohman 7 0 10 0 4 0 0 0

29 Tarjoni 6.3 0 5 0 4 0 1.5 0

30 Cahyono 6 0 1 0 4 1 1 0

31 Karmen 10.3 2 0 0 4.3 4 5 0

32 Draup 4.5 7 0 0 3.6 2.4 18.6 0

33 Tarmad 6 2.2 0 0 4 3.5 0 0

34 Sunarto 8.5 0 1 0 6.25 0 1.5 0

35 Trisno 6 0 0.5 0 3 3.2 0 0

36 Kurdi 4.7 0 1 0 2.7 1.5 1.5 0

37 Wasjum 12 0 4.5 0 7.5 5 0 0

38 Ratono 4.9 1.6 0 0 2.7 3.4 0.8 1.6

39 Ridwan 15 0 0.2 0 3.5 6 0 0

40 Carsan 5 0 0 0 3.4 0 0 1.2

41 Daryono 2.2 1.7 0 1.3 2.4 1.5 0 0

42 Tumeri 6.7 1.3 0 0 2.2 2.1 0 0

43 Waan 4 1.2 0 0 3.7 1.2 0 0

44 Taswadi 3 2 1 0 2.7 2.2 0.6 0


(3)

78 Lampiran 4. Penerimaan Petani di Desa Kemukten Tahun 2009 dan Tahun 2010 Serta Penerimaan Berdasarkan Perubahan

PolaTanam Tahun 2010

No PT tahun

2009 Responden

TR (Rp/hektar/

tahun) PT tahun 2010

Berubah pola tanam

Tidak berubah pola tanam

TR (Rp/hektar/ tahun) 1

BM-BM-BM-CB

23

71.855.186

BM-BM-JM-CB 13 109.447.278

BM-BM-JM-JM 3 64.184.500

1 76.250.000

Lainnya 6 66.900.000

2 BM-BM-BM-JM

12

56.451.806

BM-BM-JM-JM 3 50.772.333

BM-BM-CB-JM 3 55.000.000

3 36.003.333

Lainnya 3 33.467.500

3 Lainnya 9 56.471.667 9 47.383.000


(4)

79 Lampiran 5. Biaya Penggunaan Input Petani di Desa Kemukten Tahun 2009 dan 2010 Serta Biaya Penggunaan Input Berdasarkan

Perubahan Pola Tanam

No PT tahun

2009 Responden

TC (Rp/hektar/

tahun) PT tahun 2010

Berubah pola tanam

Tidak berubah pola

tanam

TC (Rp/hektar/ tahun) 1

BM-BM-BM-CB 23 35.370.000

BM-BM-JM-CB 13 20.930.586

BM-BM-JM-JM 3 28.095.167

1 43.500.000

Lainnya 6 37.900.000

2

BM-BM-BM-JM 12 22.438.389

BM-BM-JM-JM 3 11.731.000

BM-BM-CB-JM 3 26.510.000

3 23.698.333

Lainnya 3 14.161.000

3 Lainnya 9 26.260.556 Lainnya 9 16.260.000


(5)

(6)

ii RINGKASAN

RESTI ARIESTA FESTIANI. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.

Perubahan iklim merupakan salah satu isu yang sedang hangat dibicarakan di berbagai level baik lokal, regional, nasional bahkan internasional. Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, berubahnya pola curah hujan dan makin meningkatnya intensitas kajadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman, terutama pada bawang merah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji persepsi petani di Desa Kemukten terhadap perubahan iklim, mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani di Desa Kemukten sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim, mengestimasi perubahan input, output dan pendapatan petani di Desa Kemukten akibat perubahan iklim dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim.

Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan secara langsung dari petani melalui wawancara dan kuesioner dan data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, media cetak, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Brebes, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tegal, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes, dan sumber-sumber yang relevan dengan topik yang diteliti.

Sebanyak 27 orang mengetahui mengenai perubahan iklim dan 17 orang tidak mengetahui istilah perubahan iklim. Sebanyak 31 responden melakukan adaptasi berupa mengganti jenis tanaman, 5 responden memperbaiki pengolahan tanah serta 8 responden memperbanyak obat-obatan. Penggunaan input mengalami peningkatan dan penerimaan mengalami penurunan, sehingga pendapatan petani mengalami penurunan dan pendapatan rata-rata petani yang melakukan perubahan pola tanam lebih tinggi dibandingkan petani yang tidak melakukan perubahan pola tanam. Faktor yang signifikan mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam yaitu lama bertani dan pemahaman petani mengenai perubahan iklim, sedangkan faktor yang tidak signifikan mempengaruhi perubahan pola tanam yaitu tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan luas lahan pertanian.

Kata kunci : perubahan iklim, curah hujan, produksi bawang merah, adaptasi, pendapatan petani