Fenomena Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

10 lokal, yang kemudian lebih dikenal sebagai elemen iklim, yaitu suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, angin, radiasi matahari, dan penguapan. Sedangkan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia adalah daya kehidupan, pembukaan dan pemakaian lahan, polusi, dan sebagainya.

2.2.1 Fenomena Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Menurut Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Dekimpraswil 2002, pemanasan global global warming pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca greenhouse effect yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida CO 2 , metana CH 4 , dinitrooksida N 2 O, dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,5 –4 C pada akhir abad 21. Iklim bumi dipengaruhi oleh suhu global rata-rata dan peka terhadap perubahan suhu. Suhu bumi ditentukan oleh keseimbangan antara energi yang datang dari matahari dan energi yang diemisikan dari permukaan bumi ke luar angkasa. Radiasi inframerah dari permukaan bumi sebagian diserap oleh beberapa gas rumah kaca khususnya CO 2 dan uap air diatmosfer dan sebagian diemisikan ke permukaan untuk memanasi permukaan bumi dan atmosfer bawah. Menurut Lembaga Penelitian Antariksa Nasional 2002, gas rumah kaca GRK merupakan gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan dalam menyerap gelombang radiasi gelombang panjang yang dipancarkan kembali ke atmosfer oleh permukaan bumi. Sifat termal radiasi inilah penyebab pemanasan global. Tanpa GRK suhu bumi akan lebih dingin 33 C dibandingkan pada kondisi 11 sekarang. Akumulasi konsentrasi GRK yang cepat di atmosfer dapat mengakibatkan penyimpangan iklim. Menurut Koesmaryono 1999, perubahan iklim dan pemanasan global diduga akan meningkatkan kekerapan dan intensitas peristiwa El-Nino Southern Oscillation ENSO. Peristiwa ini sering dikaitkan dengan penghangatan atau pendinginan suhu muka laut yang menyimpang dari normal yang berakibat pada cuaca atau sering disebut dengan El-Nino dan La-Nina. Kejadian kekeringan akibat El-Nino telah menyebabkan meningkatnya luas daerah tanam yang terkena kekeringan sampai 8-10 kali lipat dan sebaliknya La-Nina menyebabkan meningkatnya luas tanaman yang terkena banjir sempai 4-5 kali lipat dari kondisi normal. Studi yang dilakukan Ratag et al. 1998 dalam laporan akhir Kementerian Lingkungan Hidup 2001, menunjukkan bahwa apabila konsentrasi CO 2 meningkat dua kali lipat dari konsentrasi CO 2 saat ini, maka diperkirakan konsentrasi kejadian ENSO yang saat ini terjadi sekali dalam 3-7 tahun akan meningkat menjadi 2-5 tahun. Dengan demikian, perubahan iklim akan mengarah pada terjadinya penurunan atau peningkatan curah hujan yang berlebihan pada suatu lokasi tertentu.

2.2.2 Perubahan Iklim di Indonesia