klasifikasi tabel alpha George 2003, maka nilai perhitungan tersebut berada pada kesimpulan baik, sehingga dapat diandalkan sebagai alat ukur
dalam penelitian. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4. Klasifikasi tabel alpha George dapat dilihat pada Tabel 4
berikut. Tabel 4. Klasifikasi Tabel Alpha George
r alpha Klasifikasi
0,9 Sempurna
0,8 Baik
0,7 Dapat Diterima
0,6 Dipertanyakan
0,5 Buruk
0,5 Tidak Dapat Diterima
5.5. Analisis Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor
1. Persepsi Mahasiswa terhadap Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor
Sistem mayor-minor merupakan sistem yang didalammya setiap mahasiswa wajib memilih mayor sebagai kompetensi utama dan dapat
memilih minor sebagai kompetensi penunjang. Berdasarkan hal tersebut, berikut disajikan Tabel 5 mengenai persepsi mahasiswa tentang penerapan
sistem mayor-minor yang meliputi penguasaan mayor, pemilihan minor atau SC dan praktikum sebagai penunjang pemahaman materi kuliah.
Tabel 5. Persepsi Mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor
No Deskripsi Pernyataan tentang Mayor-Minor
Skor Rataan
Keterangan
1. Mengikuti perkuliahan mendukung pemahaman
mayor sebagai kompetensi utama 3,04
Setuju 2.
Minor atau SC mendukung pemahaman mayor 2,97
Setuju 3.
PraktikumPraktek lapang menunjang pemahaman materi kuliah mayor
3,40 Sangat Setuju
Total 3,14
Setuju
Persepsi mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan mayor yang mereka ambil adalah perkuliahan tersebut dapat membantu penguasaan
mayor sebagai kompetensi utama dan minor yang mereka ambil harus sesuai dengan mayor yang dipilih sehingga dapat menunjang pemahaman
mahasiswa terhadap mayornya. Praktikum dan praktek lapang merupakan
variabel yang menurut mahasiswa sangat membantu dalam pemahaman dan penguasaan mayor yang mereka ambil.
2. Persepsi Mahasiswa Berdasarkan Kendala dalam Melaksanakan Kurikulum Sistem Mayor-Minor
Penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor dirasakan oleh para mahasiswa memiliki banyak kendala, oleh
karena itu melalui pertanyaan terbuka yang diajukan dalam kuesioner, maka dapat diketahui kendala yang dihadapi mahasiswa diantaranya:
a. Jadwal kuliah antara mayor-dan minor yang berbenturan
b. Ruang kelas yang tidak memadai
c. Padatnya materi perkuliahan sehingga materi menjadi sulit dipahami
dengan baik d.
Biaya kuliah yang tinggi e.
Sistem KRS Online yang bermasalah f.
Birokrasi yang rumit g.
Tenaga pengajar kurang tersedia h.
Kesulitan mengambil minor yang diinginkan Kendala di atas hanya sebagian dari seluruh pernyataan yang
dikemukakan oleh mahasiswa, yaitu kendala yang secara kuantitas dialami oleh lebih dari satu mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang
mengemukakan kendala tersebut di atas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor
Kendala Jumlah Responden
Persentase
Jadwal kuliah antara mayor dan minor yang berbenturan
88 74,6
Ruang kelas yang tidak memadai 22
18,64 Padatnya materi perkuliahan sehingga
materi menjadi sulit dipahami dengan baik 12
10.17 Biaya kuliah yang tinggi
12 10,17
Sistem KRS Online yang bermasalah 14
11,86 Birokrasi yang rumit
13 11
Tenaga pengajar kurang tersedia 5
4,24 Kesulitan mengambil minor yang
diinginkan 5
4,24
Merujuk pada Tabel 6 diketahui bahwa dalam pelaksanaannya kurikulum sistem mayor-minor masih dirasakan memiliki kendala.
Kendala terbesar yang terjadi adalah jadwal yang berbenturan antara mayor dan minor, hal ini terlihat dari jumlah mahasiswa yang menyatakan
permasalahan ini yaitu sebesar 88 orang atau sekitar 74,6 dari total mahasiswa. Kendala jadwal yang berbenturan ini meliputi jadwal kuliah
mayor yang sama waktunya dengan jadwal kuliah minor, jadwal ujian mayor yang sama waktunya dengan jadwal ujian minor, serta ruang kelas
yang dipakai untuk mayor digunakan juga untuk minor dalam waktu yang bersamaan. Jadwal kuliah yang berbenturan antara mayor yang diambil
dengan minor yang diinginkan ini menyebabkan banyak mahasiswa yang akhirnya harus mengganti minor yang diinginkan dengan minor lain yang
jadwalnya tidak berbenturan dengan mayor yang diambil. Kendala yang menjadi urutan kedua adalah tidak tersedianya ruang
kelas yang memadai. Jumlah Mahasiswa yang menyatakan kendala ini mencapai 22 orang atau 18,64 dari total mahasiswa. Menurut
pemaparan mahasiswa hal ini terjadi karena sering kali kuliah mayor, kuliah minor bahkan kuliah mata kuliah pilihan SC digabung menjadi
satu, sehingga kelas menjadi sangat padat. Selain itu ada beberapa minor dan mata kuliah pilihan SC yang memiliki banyak peminat, sehingga
kelas menjadi padat dan mahasiswa mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi mendengarkan materi kuliah yang disampaikan dosen
misalnya pada mata kuliah ekonomi syariah. Pada pelaksanaan KRS online mahasiswa masih merasa kesulitan
ketika melakukan pengisian KRS online, hal ini terjadi karena pengisian KRS dilakukan secara serempak sehingga jaringan menjadi sangat sibuk
dan akhirnya mengakibatkan kekacauan dan waktu tunggu yang cukup lama. Kendala berikutnya adalah birokrasi yang rumit. Apabila terjadi
jadwal yang bentrok dan ketidaksesuaian minor atau SC maka untuk mengubahnya membutuhkan proses yang rumit dan membutuhkan waktu
tunggu yang cukup lama, sehingga bagi mahasiswa ini menjadi permasalahan yang cukup banyak dirasakan yaitu sebanyak 13 orang atau
sekitar 11 dari total mahasiswa memaparkannya.
Kendala kepadatan materi perkuliahan yang harus dikuasai disebabkan mahasiswa yang ingin lulus dengan waktu lulus standar yaitu
4 tahun harus memenuhi SKS minimal tiap semesternya yaitu sekitar 25 SKS. Selain itu mahasiswa juga dituntut untuk dapat menguasai mayor
sebagai kompetensi utama dan minor sebagai kompetensi penunjang mayor. Kedua hal inilah yang menyebabkan kesulitan bagi mahasiswa
untuk menguasai setiap mata kuliah yang dipilihnya. Biaya kuliah yang tinggi merupakan hal yang menjadi kendala bagi
mahasiswa dalam kelancaran studinya. Berdasarkan data jumlah mahasiswa yang melakukan penundaan SPP, terlihat jumlah yang semakin
berkurang. Pada semester ganjil periode 20062007 jumlahnya mencapai 139 orang, kemudian pada semester genap periode 20062007 berkurang
menjadi 100 orang dan pada data terakhir yaitu untuk periode semester ganjil 20072008 jumlahnya hanya 59 orang. Jumlah yang semakin
berkurang ini dikarenakan adanya program pemberian beasiswa yang semakin efektif dan sistem pembayaran SPP melalui auto debet. Namun
demikian masih terdapat mahasiswa yang melakukan penundaan SPP. Hal ini menunjukkan bagi beberapa mahasiswa SPP masih tinggi. Terlihat
pada tabel sekitar 12 orang atau 10,17 dari total keseluruhan mahasiswa menyatakan biaya kuliah semakin berat setelah diterapkannya sistem
mayor-minor. Terkait dengan ketersediaan tenaga pengajar ini sangat
berhubungan dengan jumlah optimum yang ditetapkan untuk masing- masing departemen dan terkait juga dengan jumlah SKS Maksimum 12
SKS, nilai ini termasuk aktivitasnya sebagai tenaga pengajar dan sebagai pejabat dalam struktur institusi yang dipegang oleh dosen tersebut. Hal
ini menyebabkan butuh kajian yang mendalam dari pihak institusi karena dengan posisi tersebut mahasiswa merasakan permasalahan ketersediaan
tenaga pengajar
ini sangat
mempengaruhi kelancaran
proses pembelajaran.
Berdasarkan kedua poin yang telah dipaparkan terkait pelaksanaan mayor-minor di IPB maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan mayor-
minor dinilai positif oleh para responden namun dalam penerapannya dirasakan masih kurang efektif sehingga perlu dilakukan perbaikan terutama
pada aspek pengaturan jadwal, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas, sistem teknologi informasi dan fasilitas
penunjang lainnya.
5.6. Persepsi Mahasiswa terhadap Prestasi Belajar