ketika belajar, tidak cukup tekun mengerjakan tugas-tugas belajar dan adanya perasaan bosan pada materi pelajaran. Masalah juga
timbul akibat mahasiswa merasa was-was memikirkan biaya kuliah yang berat, adanya ketidakpuasan akan penilaian yang dilakukan
oleh dosen, anggapan bahwa dosen tidak cukup menguasai materi, cara-cara kuliah yang kurang menarik dan kesulitan memahami
perkuliahan karena mereka berasal dari latar belakang pendidikan yang konsentrasinya kurang mendukung perkuliahan atau jurusan
yang dipilihnya Suparno, 2001. Pada umumnya permasalahan bersumber dari dalam dan luar
mahasiswa. Permasalahan yang berasal dari dalam diri mahasiswa tersebut adalah rasa bosan, semangat belajar turun, sulit mencerna
pelajaran, sulit mengatur waktu, sukar berkonsentrasi, tidak cakap menganalisis soal, sulit memahami buku teks, sulit memahami tugas-
tugas dan tidak memiliki cukup keterampilan belajar. Sumber kesulitan eksternal meliputi dosentenaga pengajar, penyiapan
pengajaran monoton, penilaian tidak adil, tuntutan terhadap jawaban tes tepat seperti yang ada dalam buku dan perkuliahan terlalu teoritis.
Selain kedua sumber kesulitan tersebut lingkungan fisik dan sosial ekonomi juga mempengaruhi proses belajar. Hal yang berhubungan
dengan lingkungan fisik dan sosial ekonomi diantaranya fasilitas laboratorium tidak memadai, ruang belajar tidak nyaman, suara
bising, mahasiswa lain mencontek saat ujian, buku diperpustakaan kurang, biaya kuliah mahal dan biaya hidup mahal Suparno, 2001.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang
diantaranya oleh Chabibi 2004, Widiyanti 2005, dan Syafrudin 2006. Penelitian Chabibi 2004 dengan menggunakan pendekatan regresi linier.
Hasil pengujian parsial dengan menggunakan regresi linier terhadap masing- masing peubah dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
IPK pada mahasiswa jurusan TPG meliputi jalur masuk, pekerjaan orang
tua, pendapatan orang tua, nilai NEM dan STTB SMU, serta asal daerah SMU.
Widiyanti 2005 melakukan pemodelan keberhasilan studi mahasiswa dengan model logistik ordinal. Hasil analisis model logistik
ordinal menunjukkan bahwa lama masa studi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal mahasiswa pendidikan ayah dan pendapatan
orang tua mahasiswa per bulan dan faktor internal setelah masuk ke IPB nilai rataan MIPA TPB dan nilai rataan mata kuliah wajib statistika. Pada
peubah IPK, faktor yang berpengaruh hanya faktor internal setelah masuk ke IPB IP TPB dan nilai rataan mata kuliah wajib statistika.
Penelitian Syafrudin 2006 dilakukan dengan menggunakan pendekatan SEM. Model keberhasilan studi menggunakan empat peubah
laten dengan sembilan peubah manifest, peubah laten sukses hanya diukur oleh peubah IPK. Peubah laten proses diukur oleh total SKS, status
pekerjaan, PT asal dan jenis tempat tinggal. Paubah laten eksternal meliputi pendidikan ayah dan penghasilan orang tua. Peubah laten internal meliputi
usia dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses studi berpengaruh langsung terhadap keberhasilan studi, baik untuk model SEM
IPK dan model SEM masa studi. Status pekerjaan dapat menjadi penduga terbaik untuk proses studi pada kedua model tersebut. Peubah eksternal dan
internal berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberhasilan studi mahasiswa IPK dan masa studi, tetapi berpengaruh langsung terhadap
proses studi. Adapun peubah-peubah yang berpengaruh signifikan adalah penghasilan orang tua dan usia.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Kurikulum tahun 2004 atau yang lebih dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan sumber
daya pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Kurikulum ini secara keseluruhan diterapkan dalam tingkat pendidikan tinggi, pendidikan
menengah dan pendidikan dasar. Penerapan pada tingkat pendidikan dasar dilakukan pada tingkat
taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Penerapan pada tingkat pendidikan menengah dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas. Output yang diharapkan dari penerapan kurikulum ini adalah peningkatan kualitas SDM yang nantinya akan menjadi input pada
jenjang selanjutnya. Penerapan sistem kurikulum berbasis kompetensi khususnya di
Institut Pertanian Bogor disesuaikan berdasarkan tujuan, visi dan misi perguruan tinggi ini. Adapun tujuan dari penyelenggaraan program
pendidikan sarjana S1 di Institut Pertanian Bogor adalah menyiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki integritas kepribadian yang tinggi, terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan masalah yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan tujuan dan kualifikasi lulusan yang diharapkan maka
bidang keahlian pada pendidikan program sarjana diselenggarakan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor,
terdiri dari 34 Mayor dengan 37 Departemen Pengampu. Jumlah Departemen Pengampu lebih banyak dikarenakan pada Fakultas Kedokteran
Hewan yang memiliki 3 Departemen Pengampu hanya menawarkan satu mayor. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran
konseptual dalam penelitian ini, yang ditunjukkan pada Gambar 1.