Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

(1)

MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SKRIPSI

Oleh :

INDAH MULYANI H24104009

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Sjafri Mangkuprawira dan Siti Rahmawati.

Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia, oleh karena itu IPB memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk SDM yang berkualitas. Sumber daya manusia berkualitas dapat terbentuk melalui jalur pendidikan yang berkualitas pula. Hal ini mendorong IPB untuk menyusun kurikulum sistem mayor-minor yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor, (2) Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor, (3) Menganalisis hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

Penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diteliti adalah perkuliahan mayor, pemilihan minor atau Supporting Course yang mendukung pemahaman mayor dan praktikum sebagai penunjang mayor. Ketiga komponen tersebut kemudian dihubungkan dengan indikator prestasi belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

Rank Spearman. Gambaran tentang penerapan mayor-minor di IPB diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor meliputi penerapan mayor-mayor, mayor-minor, mayor-minor dan Supporting Course, serta mayor dan Supporting Course. Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor dinilai positif oleh mahasiswa namun dalam penerapannya dirasakan masih perlu dilakukan perbaikan terutama pada aspek pengaturan jadwal, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas, sistem teknologi informasi dan fasilitas penunjang lainnya. Persepsi mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem mayor-minor secara keseluruhan memiliki hubungan yang positif dengan peningkatan pengetahuan, sikap pada penguasaan mayor dan pemilihan minor, serta keterampilan pada penguasaan mayor dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Hal ini berarti penerapan mayor-minor oleh Institut Pertanian Bogor baru dapat memfasilitasi mahasiswa secara optimal pada peningkatan pengetahuan dan belum optimal dalam memfasilitasi mahasiswa pada peningkatan sikap dan keterampilan yang sesuai dengan disiplin ilmu.


(3)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

INDAH MULYANI H24104009

Menyetujui, Januari 2009

Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira Dra. Siti Rahmawati, M. Pd Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(4)

MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh Indah Mulyani

H24104009

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Indah Mulyani, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Lukman (Alm) dan Ibu Indah Hartika.

Pada tahun 1998 penulis telah menyelesaikan masa studinya di SDN Cilebut V, kemudian pada tahun 2001 menyelesaikan studi di SLTPN 11 Bogor. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 6 Bogor. Penulis melanjutkan studinya ke tingkat perguruan tinggi dengan mengambil jenjang Strata satu (S1) dengan program studi Manajemen, Departemen Manajemen di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Penulis pernah menerima penghargaan sebagai anak karyawan berprestasi sejak tahun 1992-2004 karena menduduki peringkat 3 besar selama menjalani studi pada tingkat SD, SMP sampai tingkat SMU. Pada tahun 2007, penulis mendapat penghargaan sebagai finalis lomba simulasi bisnis tingkat IPB.

Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam forum alumni SMUN 6 dan lembaga da’wah fakultas (FORMASI), serta Sharia Economic Student Club (SES-C) sebagai sekretaris divisi. Penulis aktif dalam ketiga organisasi tersebut sampai tahun 2008. Selain pengalaman dalam organisasi kemahasiswaan penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb yang telah mencurahkan Rahmat, Karunia, Nikmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul “Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor”. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira selaku dosen pembimbing I atas segala bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M. Pd. selaku dosen pembimbing II atas segala bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Anggraini Sukmawati, S. Pt, MM selaku dosen penguji atas .saran dalam perbaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tua, kedua kakakku dan adikku atas segala do’a dan dukungannya.

5. Direktorat AJMP yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian.

6. Bagian SDM IPB dan Kantor Pelayanan Hukum IPB yang telah membantu melengkapi data dalam skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat Manajemen 41 atas dukungan semangat, bantuan, saran dan kebersamaannya selama ini. Semoga tali silaturahmi tetap terjaga.

8. Sahabat-sahabat angkatan 42 IPB yang telah bersedia membantu dalam melengkapi data penelitian.

9. Segenap pihak yang telah membantu dan memberikan sarannya selama penelitian dan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman ABSRAK

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kurikulum ... 7

2.2. Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 7

2.3. Kurikulum Sistem Mayor Minor ... 10

2.4. Belajar ... 11

2.4.1. Jenis-jenis Belajar ... 12

2.4.2. Prestasi dalam Belajar. ... 16

2.5. Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 20

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 21

3.2. Hipotesis ... 23

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3. Metode Pengambilan Sampel ... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 27

4.5.1. Uji Validitas ... 27

4.5.2. Uji Reliabilitas ... 28

4.5.3. Korelasi Rank Spearman ... 29


(8)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Institut Pertanian Bogor ... 32

5.1.1. Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan Mutu ... 34

5.1.2. Standar Mutu Pendidikan IPB ... 36

5.1.3. Sarana Penunjang Pendidikan ... 38

5.1.4. Lembaga Kemahasiswaan ... 41

5.2. Pelaksanaan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor ... 41

5.3. Karakteristik Responden ... 43

5.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 44

5.5. Analisis Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor ... 45

5.6. Persepsi Mahasiswa terhadap Prestasi Belajar ... 49

5.7. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa ... 51

VI. IMPLIKASI MANAJERIAL ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 59

2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Sebaran Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Fakultas ... 26

2. Nilai Skor Rataan ... 27

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4. Klasifikasi Tabel Alpha George ... 45

5. Persepsi Mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem Mayor- Minor ... 45

6. Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor... 46

7. Persepsi Mahasiswa terhadap Pengetahuan Mayor... 49

8. Persepsi Responden terhadap Sikap Mayor ... 50

9. Persepsi Responden terhadap Keterampilan Mayor ... 51

10. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan Mayor ... 52

11. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Sikap Mayor ... 52

12. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Keterampilan Mayor ... 53

13. Rekap Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Mayor ... 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 21 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 23


(11)

MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SKRIPSI

Oleh :

INDAH MULYANI H24104009

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Sjafri Mangkuprawira dan Siti Rahmawati.

Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia, oleh karena itu IPB memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk SDM yang berkualitas. Sumber daya manusia berkualitas dapat terbentuk melalui jalur pendidikan yang berkualitas pula. Hal ini mendorong IPB untuk menyusun kurikulum sistem mayor-minor yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor, (2) Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor, (3) Menganalisis hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

Penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diteliti adalah perkuliahan mayor, pemilihan minor atau Supporting Course yang mendukung pemahaman mayor dan praktikum sebagai penunjang mayor. Ketiga komponen tersebut kemudian dihubungkan dengan indikator prestasi belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

Rank Spearman. Gambaran tentang penerapan mayor-minor di IPB diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor meliputi penerapan mayor-mayor, mayor-minor, mayor-minor dan Supporting Course, serta mayor dan Supporting Course. Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor dinilai positif oleh mahasiswa namun dalam penerapannya dirasakan masih perlu dilakukan perbaikan terutama pada aspek pengaturan jadwal, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas, sistem teknologi informasi dan fasilitas penunjang lainnya. Persepsi mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem mayor-minor secara keseluruhan memiliki hubungan yang positif dengan peningkatan pengetahuan, sikap pada penguasaan mayor dan pemilihan minor, serta keterampilan pada penguasaan mayor dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Hal ini berarti penerapan mayor-minor oleh Institut Pertanian Bogor baru dapat memfasilitasi mahasiswa secara optimal pada peningkatan pengetahuan dan belum optimal dalam memfasilitasi mahasiswa pada peningkatan sikap dan keterampilan yang sesuai dengan disiplin ilmu.


(13)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

INDAH MULYANI H24104009

Menyetujui, Januari 2009

Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira Dra. Siti Rahmawati, M. Pd Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(14)

MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh Indah Mulyani

H24104009

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Indah Mulyani, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Lukman (Alm) dan Ibu Indah Hartika.

Pada tahun 1998 penulis telah menyelesaikan masa studinya di SDN Cilebut V, kemudian pada tahun 2001 menyelesaikan studi di SLTPN 11 Bogor. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 6 Bogor. Penulis melanjutkan studinya ke tingkat perguruan tinggi dengan mengambil jenjang Strata satu (S1) dengan program studi Manajemen, Departemen Manajemen di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Penulis pernah menerima penghargaan sebagai anak karyawan berprestasi sejak tahun 1992-2004 karena menduduki peringkat 3 besar selama menjalani studi pada tingkat SD, SMP sampai tingkat SMU. Pada tahun 2007, penulis mendapat penghargaan sebagai finalis lomba simulasi bisnis tingkat IPB.

Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam forum alumni SMUN 6 dan lembaga da’wah fakultas (FORMASI), serta Sharia Economic Student Club (SES-C) sebagai sekretaris divisi. Penulis aktif dalam ketiga organisasi tersebut sampai tahun 2008. Selain pengalaman dalam organisasi kemahasiswaan penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006.


(16)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb yang telah mencurahkan Rahmat, Karunia, Nikmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul “Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor”. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira selaku dosen pembimbing I atas segala bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M. Pd. selaku dosen pembimbing II atas segala bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Anggraini Sukmawati, S. Pt, MM selaku dosen penguji atas .saran dalam perbaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tua, kedua kakakku dan adikku atas segala do’a dan dukungannya.

5. Direktorat AJMP yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian.

6. Bagian SDM IPB dan Kantor Pelayanan Hukum IPB yang telah membantu melengkapi data dalam skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat Manajemen 41 atas dukungan semangat, bantuan, saran dan kebersamaannya selama ini. Semoga tali silaturahmi tetap terjaga.

8. Sahabat-sahabat angkatan 42 IPB yang telah bersedia membantu dalam melengkapi data penelitian.

9. Segenap pihak yang telah membantu dan memberikan sarannya selama penelitian dan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(17)

DAFTAR ISI

Halaman ABSRAK

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kurikulum ... 7

2.2. Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 7

2.3. Kurikulum Sistem Mayor Minor ... 10

2.4. Belajar ... 11

2.4.1. Jenis-jenis Belajar ... 12

2.4.2. Prestasi dalam Belajar. ... 16

2.5. Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 20

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 21

3.2. Hipotesis ... 23

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3. Metode Pengambilan Sampel ... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 27

4.5.1. Uji Validitas ... 27

4.5.2. Uji Reliabilitas ... 28

4.5.3. Korelasi Rank Spearman ... 29


(18)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Institut Pertanian Bogor ... 32

5.1.1. Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan Mutu ... 34

5.1.2. Standar Mutu Pendidikan IPB ... 36

5.1.3. Sarana Penunjang Pendidikan ... 38

5.1.4. Lembaga Kemahasiswaan ... 41

5.2. Pelaksanaan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor ... 41

5.3. Karakteristik Responden ... 43

5.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 44

5.5. Analisis Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor ... 45

5.6. Persepsi Mahasiswa terhadap Prestasi Belajar ... 49

5.7. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa ... 51

VI. IMPLIKASI MANAJERIAL ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 59

2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(19)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Sebaran Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Fakultas ... 26

2. Nilai Skor Rataan ... 27

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4. Klasifikasi Tabel Alpha George ... 45

5. Persepsi Mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem Mayor- Minor ... 45

6. Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor... 46

7. Persepsi Mahasiswa terhadap Pengetahuan Mayor... 49

8. Persepsi Responden terhadap Sikap Mayor ... 50

9. Persepsi Responden terhadap Keterampilan Mayor ... 51

10. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan Mayor ... 52

11. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Sikap Mayor ... 52

12. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Keterampilan Mayor ... 53

13. Rekap Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Mayor ... 55


(20)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 21 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 23


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Struktur Organisasi IPB ... 63

2. Kuesioner Penelitian ... 64

3. Data Uji Validitas ... 67

4. Data Uji Reliabilitas ... 70

5. Data Korelasi Rank Spearman ... 71

6. Surat Keputusan Rektor Institut Pertanian Bogor ... 73

7. Daftar Fakultas, Mayor dan Departemen Pengampu IPB ... 83

8. Sebaran Responden (Mahasiswa) Berdasarkan Mayor yang Dipilih 84

9. Sebaran Responden (Mahasiswa) Berdasarkan Minor dan atau SC yang dipilih ... 85


(22)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini dunia telah memasuki era globalisasi, hal tersebut ditandai dengan semakin pesatnya perubahan dan perkembangan di berbagai aspek kehidupan. Hal ini menyebabkan setiap negara harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam beradaptasi untuk dapat bersaing menghadapi perubahan tersebut. Faktor utama yang berperan dalam perubahan dan perkembangan suatu negara adalah sumberdaya manusia. Negara yang ingin berhasil menghadapi tuntutan persaingan harus memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah sumberdaya manusia nomor empat terbesar setelah Cina, India dan Amerika Serikat, yang besarnya mencapai 219.205.000 jiwa (BPS, 2005). Sumberdaya manusia Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pembangunan jika dapat dikelola dengan baik. Salah satu pengelolaannya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan.

Dunia pendidikan berfungsi memproduksi tenaga-tenaga yang berkualitas untuk berbagai jenis dan tingkatan keahlian. Dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi diharapkan menghasilkan sarjana, tenaga-tenaga terpilih yang dapat menjadi dinamisator, motivator, inovator dan penggerak pembangunan. Gerak dan laju pembangunan banyak ditentukan oleh jumlah, mutu, kemampuan dan kecocokan sarjana dan lulusan dunia pendidikan yang dihasilkan dengan kebutuhan nyata dalam masyarakat.

Departemen Pendidikan Nasional adalah salah satu departemen dalam pemerintahan Indonesia. Departemen ini menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran di seluruh Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan beberapa penyesuaian dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang pernah berkembang diantaranya Sistem Pendidikan Nasional tahun 1947, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1968, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1975, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1984, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1994,


(23)

dan kemudian dikembangkan menjadi Sistem Pendidikan Nasional tahun 2004 atau yang dikenal dengan Sistem Pendidikan Berbasis Kompetensi.

Harapan masyarakat terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia adalah adanya komunikasi dua arah yang memungkinkan kegiatan pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan, baik bagi peserta didik maupun bagi tenaga pengajar. Belajar menyenangkan itulah sebenarnya konsep pendidikan yang dapat membawa peserta didik untuk menguasai kompetensi akademik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Harapan inilah yang seharusnya diakomodasi dalam penyusunan kurikulum, untuk itu maka lahirlah kurikulum berbasis kompetensi.

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sampai saat ini masih berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan pada dasarnya adalah merupakan gagasan dari Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar (KBKD) yang pernah diperkenalkan oleh Boediono dan Ella (1999), yang memfokuskan pada wujud pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. Berhubung kurikulum 2004 yang memfokuskan aspek kompetensi peserta didik, maka prinsip pembelajaran adalah terpusat pada peserta didik dan menggunakan pendekatan menyeluruh dan kemitraan, serta mengutamakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Pada pelaksanaan kurikulum yang memegang peran penting adalah pengajar. Keberhasilan kurikulum lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kompetensi pengajar. Pada pelaksanaan KBK dibutuhkan model pengajaran yang lebih interaktif dengan peran yang lebih besar diberikan kepada peserta didik. Tenaga pengajar hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai penceramah. Seorang fasilitator (tenaga pengajar) harus kreatif mengelola proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan kondisi kelas yang hidup dan menarik, menciptakan suasana belajar yang rileks, bervariasi dan membangkitkan rasa keingintahuan yang tinggi. KBK juga bertujuan mengoptimalkan daya pikir peserta didik melalui dengar, lihat dan rasakan, serta mengembangkan daya nalar kritis sehingga mampu menemukan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran.


(24)

Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Terdapat 81 perguruan tinggi negeri dan 2.391 perguruan tinggi swasta di Indonesia (BPS, 2005). Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Indonesia. IPB didirikan pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965. Pada perjalanannya IPB senantiasa melakukan penyesuaian dan pengembangan sistem pendidikan yang ada.

Program pendidikan yang diselenggarakan di IPB terdiri atas Program Diploma, Sarjana, Dokter Hewan, Spesialis Magister Sains, Doktor Sains, Magister Profesi, Doktor Profesi dan Program Khusus. Program Sarjana merupakan pendidikan tinggi yang menekankan pada kemampuan lulusan dalam penguasaan dasar-dasar keilmuan dan keprofesian dibidangnya, serta memiliki kesiapan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi atau untuk dilatih lebih lanjut agar mampu memasuki lapangan kerja.

Mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kebijakan dasar pendidikan Program Sarjana, IPB mencoba mengembangkan sistem mayor-minor. Penerapan sistem ini dilakukan mulai tahun 2005 yaitu pada kepemimpinan Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc. Kurikulum sistem mayor-minor diterapkan dengan tujuan untuk menjamin fleksibilitas guna meningkatkan kompetensi dan soft skill lulusan terbaik di Indonesia. Pada sistem ini mahasiswa difasilitasi untuk memiliki kompetensi utama (mayor) dan kompetensi pelengkap (minor).

Berdasarkan hasil prastudi terungkap bahwa sistem mayor-minor yang telah dilaksanakan oleh Institut Pertanian Bogor belum menampakkan hasil seperti yang diinginkan oleh institusi. Diduga masalah tersebut disebabkan oleh pihak penyelenggara pada tatanan teknis belum memahami dengan baik terkait sistem mayor-minor dan fasilitas penunjang sistem mayor-minor yang belum memadai sehingga hasilnya kurang sesuai dengan


(25)

yang diharapkan. Hal tersebut yang melatarbelakangi pentingnya penelitian ini dilakukan, dengan harapan akan memberikan manfaat dan informasi bagi institusi tentang pendapat mahasiswa terhadap pelaksanaan sistem mayor-minor dan informasi mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki oleh pihak institusi dalam melaksanakan sistem mayor-minor.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil kajian Tim Penyiapan Proposal Otonomi IPB tahun 2000 menunjukkan bahwa kurikulum program pendidikan sarjana yang ada terlalu terspesialisasi atau memberikan kompetensi yang kurang relevan dengan yang diperlukan untuk program pendidikan sarjana dan tidak efisien. Hal tersebut dapat terjadi bila kurikulum disusun tidak berdasarkan pada kompetensi lulusan yang dibutuhkan, tapi berdasarkan mata kuliah yang ditawarkan oleh dosen. Berdasarkan ketentuan pada Keputusan Mendiknas RI Nomor 045/U/2002 bahwa kurikulum inti ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi bersama-sama masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Terkait dalam hal ini departemen dengan koordinasi fakultas dan Institut mempunyai keleluasaan untuk meramu kurikulum menurut kompetensi lulusan yang dibutuhkan masyarakat dan sesuai strata pendidikannya.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan jawaban atas keinginan meningkatkan mutu dan relevansi program pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja serta penguatan peranan departemen sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan akademik. Kurikulum yang demikian akan efektif dan efisien bila terdapat keleluasaan dalam meramu kurikulum guna memperluas wawasan kompetensi tanpa harus memperbanyak jumlah mata kuliah yang ditawarkan dalam suatu departemen. Tujuan kurikulum tersebut dapat tercapai dengan menerapkan kurikulum sistem mayor-minor.

Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan sistem mayor-minor merupakan hal yang pertama dilakukan di Indonesia. Kemampuan adaptasi yang tinggi dari pihak institusi dibutuhkan untuk menerapkan suatu sistem yang baru. Penerapan kurikulum sistem mayor-minor dapat berjalan dengan baik bila prasyarat tertentu dipenuhi, yaitu: (1) Organisasi yang mantap, (2) Departemen yang distinct, (3) Sistem Informasi akademik yang


(26)

handal, (4) Dukungan IT yang kuat dan (5) Dukungan segenap stakeholder. Berdasarkan laporan penilaian kinerja manajemen akademik pimpinan institut periode 2002-2007 oleh senat akademik diperoleh pelaksanaan poin 3 dan 4 masih belum memadai. Indikasi lain dari belum berjalannya sistem ini dengan efektif adalah berdasarkan persepsi mahasiswa yang merasakan masih banyak mengalami kendala dalam menjalankan sistem ini, yang berakibat pada kurang tercapainya tujuan sistem ini.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor?

2. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor?

3. Bagaimana hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian disusun sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor.

2. Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor.

3. Menganalisis hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan lebih mudah dipahami, maka penulis membatasi masalah yang mencakup beberapa hal yaitu:

1. Responden adalah populasi sampel mahasiswa jenjang strata satu Institut Pertanian Bogor tahun ajaran 2005-2006

2. Kurikulum sistem mayor-minor yang dikaji hanya sebatas persepsi dari responden


(27)

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, seperti:

1. Bagi pihak institusi, penelitian ini sebagai alat untuk melihat bagaimana penerapan kurikulum sistem mayor-minor dan sebagai bahan masukan, serta pertimbangan dalam melakukan manajemen SDM sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

2. Bagi pembaca, penelitian ini sebagai bahan informasi, wawasan dan sebagai sumber referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan penerapan teori yang telah

diperoleh selama di bangku kuliah ke dalam praktik yang sebenarnya dan diharapkan dapat mencari solusi dalam setiap permasalahan yang terjadi di dunia nyata.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Kurikulum dapat diartikan juga sebagai perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus (Kamus Bahasa Indonesia II, 1983).

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sudjipto, 2004). Menurut Brady (1995) dalam Sutjipto, Kurikulum adalah hasil mental curriculum sekumpulan ahli bidang studi, guru dan masyarakat belajar lainnya tentang apa yang direncanakan dan akan dilaksanakan oleh guru dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

2.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan kurikulum 1994. KBK dirancang sejak tahun 2000. KBK mulai diterapkan pada tahun 2004. Secara sederhana Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah (R. Nurhadi, 2004).

Ada enam dimensi pengembangan kurikulum untuk pendidikan tinggi yaitu pengembangan ide dasar untuk kurikulum, pengembangan program, rencana perkuliahan/satuan pembelajaran, pengalaman belajar, penilaian dan hasil. Keenam dimensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu perencanaan kurikulum, implementasi kurikulum dan evaluasi kurikulum. Perencanaan


(29)

kurikulum berkenaan dengan pengembangan pokok pikiran/ide kurikulum dimana wewenang menentukan pada pengambil kebijakan untuk suatu lembaga pendidikan. Implementasi kurikulum berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum di lapangan (lembaga pendidikan/kelas) dimana yang menjadi pengembang dan penentu adalah dosen/tenaga kependidikan. Evaluasi kurikulum merupakan kategori ketiga dimana kurikulum dinilai apakah kurikulum memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang sudah dirancang ataukah ada masalah lain baik berkenaan dengan salah satu dimensi ataukah keseluruhannya (Nurhadi, 2004).

Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Kepmendiknas No. 045/U/2002). Kompetensi juga diartikan sebagai hasil standar dari pekerjaan atau perilaku dalam peran kerja tertentu. Penilaian berbasis kompetensi berarti kumpulan bukti yang memadai mengenai hasil kerja atau kinerja pribadi seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut dapat melakukan atau berperilaku sesuai standar tertentu. Penilaian berbasis kompetensi menurut Nurhadi (2004), meliputi:

1. Fokus pada hasil;

2. Penialian bersifat individual; 3. Tidak ada nilai persentase;

4. Tidak ada perbandingan dengan hasil individu lain; 5. Semua standar (persyaratan) harus terpenuhi

6. Proses berkelanjutan (mengarahkan pada pengembangan dan penilaian lebih lanjut)

7. Penilaian hanya bersifat ’kompeten’ dan ’belum kompeten’

Berdasarkan Mangkuprawira (2006), di USA terdapat model kompetensi yang dikembangkan oleh Hay McBer, McBer, dalam Fletcher (2005), mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik individu. Kompetensi adalah sesuatu yang ”dikuasai” atau ”dimiliki”


(30)

individu dan dibawa dalam menjalankan peran pekerjaannya.

Menurut Sutjipto (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dengan perubahan, pertentangan, ketidakpastian dan kerumut-rumitan dalam kehidupan. Penyusunan KBK ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten untuk membangun kehidupan

dirinya, masyarakatnya, bangsanya dan negaranya. KBK

mengakomodasikan berbagai kepentingan sosio-edukatif baik tingkat nasional maupun kepentingan dan kemampuan daerah bahkan sekolah.

Berbasis berarti memfokuskan pada atau berdasarkan pada. Kompetensi didefinisikan sebagai hasil dari pengalaman dan pelatihan dari pada hasil yang dapat didemonstrasikan (Brady, 1995 dalam

Sutjipto). Definisi lain tentang kompetensi adalah sejumlah kemampuan yang dibutuhkan seseorang dalam melakukan sesuatu secara efektif. Kompetensi adalah performa yang tampak pada kemampuan yang ditunjukkan dan terukur. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2003 dalam Sutjipto).

Menurut Abdullah (2007), Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar

mengajar dan pemberdayaan sumberdaya pendidikan dalam

pengembangan kurikulum sekolah. Inti dari KBK atau kurikulum 2004 adalah terletak pada empat aspek utama, yaitu: (1) kurikulum dan hasil belajar, (2) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, (3) kegiatan belajar mengajar, (4) evaluasi dengan penilaian berbasis kelas.

Penerapan KBK di lembaga pendidikan dalam hal ini IPB didukung oleh sistem mayor-minor. Hal ini berarti IPB berusaha mewujudkan SDM yang berkualitas yang memiliki kompetensi utama dan kompetensi pendukung.


(31)

2.3 Kurikulum Sistem Mayor-Minor

Kurikulum sistem mayor-minor adalah kurikulum berbasis kompetensi dimana setiap mahasiswa mengikuti pendidikan dalam salah satu mayor sebagai bidang keahlian (kompetensi) utama dan dapat mengikuti pendidikan dalam salah satu bidang minor sebagai bidang keahlian (kompetensi) pelengkap. Mayor merupakan bidang keahlian berdasarkan disiplin (keilmuan) utamanya pada suatu departemen atau fakultas, dimana mahasiswa dapat memperdalam kompetensinya (ilmu pengetahuan, keterampilan dan perilaku) tertentu dalam suatu paket mata kuliah. Minor merupakan bidang keahlian pelengkap yang diambil oleh mahasiswa yang berasal dari departemen lain di luar departemen utamanya (mayor) (IPB, 2006).

Dasar penerimaan mahasiswa pada program mayor adalah prestasi akademik yang memenuhi patokan (persyaratan) prestasi akademik yang ditetapkan IPB, daya tampung mayor yang bersangkutan dan kemampuan memenuhi syarat khusus yang ditentukan oleh mayor yang menjadi pilihan mahasiswa tersebut (IPB, 2006).

Penerapan kurikulum sistem mayor-minor memiliki keuntungan bagi mahasiswa, negara/pemerintah dan bagi pihak IPB (Laporan Penilaian Kinerja Manajemen Akademik Pimpinan Institut Periode 2002-2007 oleh Senat Akademik). Keuntungan bagi mahasiswa meliputi:

1. Rencana studi disusun berdasarkan bakat dan minat 2. Memiliki kompetensi yang jelas dan meluas

3. Pada satu masa studi, bisa menambah satu kompetensi baru 4. Peluang pengembangan soft skill lebih besar

5. Peluang mempercepat masa studi lebih besar 6. Peluang lapangan pekerjaan lebih besar Keuntungan bagi negara/pemerintah adalah:

1. Dihasilkannya kompetensi lulusan yang sesuai dengan kebutuhan negara/pemerintah


(32)

2. Adaptif dalam memenuhi tuntutan kompetensi yang diharapkan tanpa harus membentuk program studi

3. Memperkuat kembali peran perguruan tinggi dalam pemecahan permasalahan bangsa.

Keuntungan bagi IPB sendiri berupa:

1. Efisiensi penyelenggaraan kegiatan akademik

2. Memiliki daya respon yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi 3. Departemen lebih fokus mengenai kompetensinya

4. Meningkatkan kapasitas institusi.

2.4. Belajar

Menurut Suparno 2001, pengertian umum belajar adalah aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Belajar juga dihasilkan melalui kegiatan-kegiatan meniru hal-hal yang diamati dari lingkungan.

Beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para pakar psikologi bidang pendidikan dalam Suryabrata (2004) yaitu:

a. Menurut Gronbach

Belajar yang sebaik-baiknya adalah yang mengalami dan dalam mengalami itu si pembelajar menggunakan panca inderanya.

b. Menurut Harorld Spears

Belajar adalah suatu proses mengobservasi, membaca, meniru, mencoba beberapa hal sendiri, mendengarkan dan kemudian mengikuti petunjuk. c. Menurut McGeoh

Belajar adalah sebuah perubahan dari sikap sebagai hasil dari sebuah penerapan.

d. Menurut Hilgard

Belajar adalah proses dari aktivitas yang biasa atau perubahan yang dialami akibat adanya pelatihan (misalnya di dalam laboratorium atau di lingkungan alam).

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hal-hal pokok sebagai berikut:


(33)

b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru; c. Perubahan itu terjadi karena usaha.

2.4.1 Jenis-jenis belajar

Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang sering kita kenal dengan taksonomi belajar. Salah satu yang dikenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom. Jenis-jenis belajar juga disusun oleh Robert M. Gagne dan yang paling mutakhir dilakukan oleh suatu komisi yang dibentuk oleh Badan Pendidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu UNESCO yang dikenal dengan empat pilar fondasi pendidikan yang disusun oleh sebuah komisi yang diketuai oleh Jacques Delors.

1. Taksonomi Bloom

Taksonomi bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal dengan domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah-ranah ini adalah perilaku yang memang diniatkan untuk ditujukan kepada peserta didik atau pembelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berfikir (ranah kognitif), bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik).

a. Ranah kognitif

Pada ranah kognitif ini terdapat tingkatan yang mulai dari hanya bersifat pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang tinggi yaitu dapat mengevaluasi sejumlah fakta. Tingkatan tersebut adalah: 1) Pengetahuan;

2) Pemahaman; 3) Aplikasi;

4) Analisis dan sintesis; 5) Evaluasi.


(34)

b. Ranah Afektif

Komponen afektif merupakan keyakinan individu dan penghayatan orang tersebut tentang objek sikap, apakah ia merasa senang atau tidak senang, bahagia atau tidak bahagia. Berdasarkan taksonomi yang dikemukakan (Karthwol, Bloom dan Masia, 1964) sikap disusun lagi sedemikian rupa hingga menunjukkan tahapan yang hirarkis. Tingkatan-tingkatan tersebut dimulai dengan pertama, menerima stimulus secara pasif; kedua memberi respon secara aktif; ketiga, memberi penilaian terhadap respon yang dilakukan; keempat, mengorganisasikan, artinya menjadikan objek tersebut sebagai bagian dari dirinya; kelima, Karakterisasi. Berikut dibahas lebih rinci mengenai hal-hal tersebut:

1) Menerima atau menaruh perhatian; 2) Memberi respon;

3) Memberi penilaian; 4) Pengorganisasian; 5) Karakterisasi; c. Ranah psikomotorik

Belajar psikomotorik menekankan keterampilan motorik yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot.

2. Kategori jenis belajar menurut Robert M. Gagne

Kategori belajar menurut Gagne meliputi lima jenis kemampuan manusia yaitu:

a. Kecakapan intelektual

Gagne membagi-bagi jenis belajar ini ke dalam hirarki yang dimulai dengan belajar membedakan kemudian belajar konsep-konsep, dilanjutkan dengan belajar aturan-aturan dan pada tingkatan akhir adalah belajar memecahkan masalah.


(35)

b. Strategi kognitif

Strategi kognitif merupakan cara yang digunakan individu yang belajar mengatur proses dalam dirinya.

c. Strategi kognitif

Verbal karena informasi dirumuskan dalam kalimat dan dinyatakan dalam tulisan atau percakapan.

d. Belajar kecakapan motoris

Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu. Kelancaran serta ketepatan waktu kecakapan motoris dapat diperbaiki dengan latihan yang terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang.

e. Belajar sikap dan nilai

Sikap didefinisikan sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya. Sikap memiliki komponen afektif atau emosional, aspek konatif dan berakibat pada tingkah laku. 3. Kategori jenis belajar menurut UNESCO

Menyikapi perkembangan dunia yang sangat cepat berubah, UNESCO membentuk komisi untuk menggali konsep reformasi dalam bidang pendidikan melalui kegiatan penelitian ke berbagai negara anggota. Komisi ini diketuai oleh Jacques Delors. Laporan komisi Delors mengidentifikasikan empat pilar sebagai fondasi yang merupakan pembaharuan dan reformasi pendidikan. Keempat pilar tersebut adalah :

a. Learning to Know

Pada learning to know terkandung makna belajar bagaimana belajar. Dalam hal ini tercakup paling tidak tiga aspek yaitu apa yang dipelajari, bagaimana caranya agar seseorang bisa


(36)

mengetahui dan belajar, serta siapa yang melakukan kegiatan belajar.

b. Learning to Do

Konsep ini menekankan kepada bagaimana mempelajari berbagai keterampilan yang berhubungan dengan dunia kerja, profesi dan perdagangan termasuk bagaimana interaksi antara pendidikan dan pelatihan. Secara konseptual, learning to do

mirip dengan learning by doing atau belajar dengan melakukan/mengerjakan, artinya bukan hanya mendengar atau melihat semata-mata. Dalam hal ini pengalaman mempraktekkan suatu kegiatan merupakan alat atau jalan untuk memperoleh pengetahuan dan bukan merupakan hasil kegiatan. Learning to do termanifestasikan oleh berbagai bentuk program latihan dan pendidikan kejuruan.

c. Learning to Live Together

Konsep ini memiliki pengertian belajar hidup bersama secara harmonis dengan menyikapi perbedaan kultur, geografis dan etnik secara arif sehingga mampu mengatasi berbagai konflik. d. Learning to Be

Jenis belajar ini merujuk kepada pengembangan potensi insani secara maksimal. Adanya kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya, dengan kebebasan yang lebih besar dan kearifan melakukan pilihan-pilihan yang terpadu dengan rasa tanggung jawab yang kuat.

Menurut Mangkuprawira (2006), paradigma pendidikan (proses pembelajaran) yang terbaru menekankan bahwa sasaran pendidikan diarahkan pada (1) learning to know, (2) lerning to do, (3)

learning to be dan (4) learning to live together (UNESCO). Di masa depan dan siapa pun peserta dan penyelenggaranya maka proses pembelajaran perlu diarahkan pada kegiatan ”belajar untuk belajar” sehingga terbentuk suatu masyarakat belajar.


(37)

2.4.2 Prestasi dalam Belajar

Menurut Slameto 2003, Prestasi belajar merupakan output yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan kognitif siswa. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di sekitar kehidupannya baik yang terjadi di rumah tangga maupun di dalam pergaulan masyarakat. Cara belajar juga menentukan keberhasilan anak dalam mencari prestasi. Belajar teratur dan bertahap (mencicil) akan lebih menanamkan ilmu tersebut dalam diri anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain keadaan gizi adalah hereditas, keadaan sosial ekonomi keluarga, faktor lingkungan, stimulus, fasilitas belajar dan daya tahan tubuh. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh cara belajar dan disiplin diri dalam belajar. Belajar disiplin diri sebaiknya diterapkan semenjak usia muda, agar kebiasaan disiplin sudah terbentuk dan memudahkan anak dalam pergaulan dan hubungan sosial dengan teman-teman. Kebiasaan disiplin diri menjadi pendukung kelancaran perkembangan kognitif dan prestasi belajar di sekolah. Kognitif yang tinggi tidak menjamin keberhasilan sepenuhnya bila tidak didukung oleh faktor lain yaitu motivasi (Slameto, 2003).

Metode pembelajaran yang dilaksanakan seorang anak, akan menentukan hasil belajar. Jika hasil yang diperoleh tidak memuaskan dapat karena sifat malas belajar seorang anak atau sikap orang tua yang memperlihatkan rasa kecewa atau menekan anak. Anak akan berhasil dalam belajar, bila orang tua mendampingi, membimbing serta mendorong dalam mencapai prestasi yang memuaskan (Gunarsa & Gunarsa, 2004). Keberhasilan prestasi belajar anak tidak hanya dari dukungan orang tua dan kecerdasan kognitif, akan tetapi didukung dengan kecerdasan emosional.

Kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Kecerdasan emosional memiliki peran yang besar dalam


(38)

memperoleh prestasi. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri anak baik fisik maupun psikis akan mempengaruhi keseluruhan pola perilaku termasuk dalam hal pencapaian prestasi belajar (Goleman, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian Nurani (2004), aspek kecerdasan emosional yang dapat mendorong prestasi belajar, yaitu variabel motivasi diri, yang meliputi ketekunan, kemauan contoh dalam mencapai tujuan belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, mencapai prestasi, menyelesaikan tugas sesuai dengan target. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh kualitas perkawinan, pengasuhan anak, kecerdasan emosional anak.

Prestasi belajar yang dimiliki seorang anak, tidak hanya dilihat dari keberhasilan anak di kelas. Kemampuan remaja dalam bersosialisasi dapat menjadi suatu prestasi juga untuk remaja. Remaja dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki dengan mengikuti berbagai aktivitas, baik aktivitas yang ada di sekolah maupun di luar sekolah (Hurlock, 1994).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Suparno (2001) pada siswa tingkat sekolah dasar, diperoleh fakta terkait dengan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar diantaranya disebabkan adanya gangguan emosi yang dialami oleh anak terutama disebabkan orang tua yang sibuk bekerja. Kemudian pengamatan lain yang dilakukan oleh Utomo dan Ruijter terhadap mahasiswa menunjukkan bahwa masalah belajar disebabkan banyak mahasiswa di rumah tidak mempersiapkan diri untuk belajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan hal lain yang berhubungan dengan cara mengajar dosen.

Hasil survei menunjukkan bahwa permasalahan dapat disebabkan mahasiswa merasa sukar mencerna materi yang dianggap sulit, merasa kehilangan gairah belajar karena nilai dari berbagai mata kuliah yang diperolehnya rendah, tidak bisa berkonsentrasi


(39)

ketika belajar, tidak cukup tekun mengerjakan tugas-tugas belajar dan adanya perasaan bosan pada materi pelajaran. Masalah juga timbul akibat mahasiswa merasa was-was memikirkan biaya kuliah yang berat, adanya ketidakpuasan akan penilaian yang dilakukan oleh dosen, anggapan bahwa dosen tidak cukup menguasai materi, cara-cara kuliah yang kurang menarik dan kesulitan memahami perkuliahan karena mereka berasal dari latar belakang pendidikan yang konsentrasinya kurang mendukung perkuliahan atau jurusan yang dipilihnya (Suparno, 2001).

Pada umumnya permasalahan bersumber dari dalam dan luar mahasiswa. Permasalahan yang berasal dari dalam diri mahasiswa tersebut adalah rasa bosan, semangat belajar turun, sulit mencerna pelajaran, sulit mengatur waktu, sukar berkonsentrasi, tidak cakap menganalisis soal, sulit memahami buku teks, sulit memahami tugas-tugas dan tidak memiliki cukup keterampilan belajar. Sumber kesulitan eksternal meliputi dosen/tenaga pengajar, penyiapan pengajaran monoton, penilaian tidak adil, tuntutan terhadap jawaban tes tepat seperti yang ada dalam buku dan perkuliahan terlalu teoritis. Selain kedua sumber kesulitan tersebut lingkungan fisik dan sosial ekonomi juga mempengaruhi proses belajar. Hal yang berhubungan dengan lingkungan fisik dan sosial ekonomi diantaranya fasilitas laboratorium tidak memadai, ruang belajar tidak nyaman, suara bising, mahasiswa lain mencontek saat ujian, buku diperpustakaan kurang, biaya kuliah mahal dan biaya hidup mahal (Suparno, 2001).

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang diantaranya oleh Chabibi (2004), Widiyanti (2005), dan Syafrudin (2006). Penelitian Chabibi (2004) dengan menggunakan pendekatan regresi linier. Hasil pengujian parsial dengan menggunakan regresi linier terhadap masing-masing peubah dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi IPK pada mahasiswa jurusan TPG meliputi jalur masuk, pekerjaan orang


(40)

tua, pendapatan orang tua, nilai NEM dan STTB SMU, serta asal daerah SMU.

Widiyanti (2005) melakukan pemodelan keberhasilan studi mahasiswa dengan model logistik ordinal. Hasil analisis model logistik ordinal menunjukkan bahwa lama masa studi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal mahasiswa (pendidikan ayah dan pendapatan orang tua mahasiswa per bulan) dan faktor internal setelah masuk ke IPB (nilai rataan MIPA TPB dan nilai rataan mata kuliah wajib statistika). Pada peubah IPK, faktor yang berpengaruh hanya faktor internal setelah masuk ke IPB (IP TPB dan nilai rataan mata kuliah wajib statistika).

Penelitian Syafrudin (2006) dilakukan dengan menggunakan pendekatan SEM. Model keberhasilan studi menggunakan empat peubah laten dengan sembilan peubah manifest, peubah laten sukses hanya diukur oleh peubah IPK. Peubah laten proses diukur oleh total SKS, status pekerjaan, PT asal dan jenis tempat tinggal. Paubah laten eksternal meliputi pendidikan ayah dan penghasilan orang tua. Peubah laten internal meliputi usia dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses studi berpengaruh langsung terhadap keberhasilan studi, baik untuk model SEM IPK dan model SEM masa studi. Status pekerjaan dapat menjadi penduga terbaik untuk proses studi pada kedua model tersebut. Peubah eksternal dan internal berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberhasilan studi mahasiswa (IPK dan masa studi), tetapi berpengaruh langsung terhadap proses studi. Adapun peubah-peubah yang berpengaruh signifikan adalah penghasilan orang tua dan usia.


(41)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Kurikulum tahun 2004 atau yang lebih dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Kurikulum ini secara keseluruhan diterapkan dalam tingkat pendidikan tinggi, pendidikan menengah dan pendidikan dasar.

Penerapan pada tingkat pendidikan dasar dilakukan pada tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Penerapan pada tingkat pendidikan menengah dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Output yang diharapkan dari penerapan kurikulum ini adalah peningkatan kualitas SDM yang nantinya akan menjadi input pada jenjang selanjutnya.

Penerapan sistem kurikulum berbasis kompetensi khususnya di Institut Pertanian Bogor disesuaikan berdasarkan tujuan, visi dan misi perguruan tinggi ini. Adapun tujuan dari penyelenggaraan program pendidikan sarjana (S1) di Institut Pertanian Bogor adalah menyiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki integritas kepribadian yang tinggi, terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan masalah yang dihadapi masyarakat.

Berdasarkan tujuan dan kualifikasi lulusan yang diharapkan maka bidang keahlian pada pendidikan program sarjana diselenggarakan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor, terdiri dari 34 Mayor dengan 37 Departemen Pengampu. Jumlah Departemen Pengampu lebih banyak dikarenakan pada Fakultas Kedokteran Hewan yang memiliki 3 Departemen Pengampu hanya menawarkan satu mayor. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini, yang ditunjukkan pada Gambar 1.


(42)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Berdasarkan kualifikasi lulusan jenjang strata satu yang diharapkan oleh Institut Pertanian Bogor sebagai berikut:

1. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya;

2. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif

Lulusan yang berkualitas, input bagi tingkat

pendidikan menengah Sistem Pendidikan

AS dan Jepang Kurikulum Nasional Tahun

2004/ Kurikulum Berbasis Kompetensi Penerapan pada tingkat pendidikan dasar Penerapan pada tingkat pendidikan menengah Penerapan pada tingkat pendidikan tinggi Kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem

mayor-minor di IPB

Peningkatan kualitas lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi utama (mayor) dan kompetensi penunjang (minor atau SC)

Tujuan, Visi dan Misi IPB

Tujuan pendidikan Program sarjana (S1) IPB

Kualifikasi lulusan yang dibutuhkan pasar

Tingkat TK dan Sekolah Dasar

Tingkat SMP dan SMA

Tingkat Perguruan tinggi

Tujuan, Visi dan Misi sekolah

Lulusan yang berkualitas, input bagi perguruan


(43)

dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama;

3. Mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di dalam bidang keahliannya maupun dalam kehidupan bersama dalam masyarakat;

4. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni yang merupakan keahliannya.

dikaitkan dengan Keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002, maka dalam rangka pencapaian kualifikasi lulusannya IPB mendapatkan keleluasaan dalam merumuskan kurikulumnya. Sesuai dengan kualifikasi lulusan tersebutlah IPB merumuskan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor.

Kondisi penerimaan terhadap penerapan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor di IPB diketahui melalui analisis persepsi responden yang akan memberikan gambaran apakah sistem mayor-minor yang telah diterapkan sudah dipahami oleh seluruh mahasiswa khususnya pada jenjang strata satu tahun masuk 2005. Gambaran tersebut dapat diketahui dari beberapa variabel terkait penerapan mayor-minor yang meliputi penguasaan mayor sebagai kompetensi utama, pemilihan minor atau Supporting Course yang mendukung penguasaan mayor dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang.

Identifikasi dilakukan terhadap variabel-variabel yang dipengaruhi oleh penerapan mayor-minor, selanjutnya menganalisis persepsi responden terkait dengan prestasi belajar. Persepsi responden terkait dengan prestasi belajar ini meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Analisis hubungan antara variabel-variabel penerapan mayor-minor dengan variabel pangetahuan, sikap dan keterampilan dilakukan dengan menggunakan analisis Rank Spearman

Analisa ini dilakukan untuk membantu institusi dalam mencapai tujuannya yaitu mencetak mahasiswa yang berkualitas yang ditunjukkan dengan prestasi belajar yang dicapai sehingga menjadi lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja. Dari hasil analisa tersebut, dapat diketahui juga


(44)

implikasi manajerial yang perlu dilakukan oleh institusi maupun pihak manajemen sehingga strategi dan kebijakan dapat diambil secara tepat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat secara skematis kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 3.3. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang menyatakan adanya hubungan diantara variabel-variabel tertentu. Hipotesis dapat dirumuskan melalui latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan pengetahuan mayor mahasiswa

2. Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan sikap mayor mahasiswa

Penerapan sistem mayor-minor meliputi :

1. Penguasaan mayor 2. Pemilihan minor

3. Praktikum/Praktek Lapang

Prestasi belajar: a. Kognitif b. Afektif c. Psikomotorik

Peningkatan kualitas lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi utama (mayor) dan kompetensi penunjang (minor atau SC) Implikasi manajerial bagi institusi dan manajemen untuk mengelola setiap aspek yang dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah yang diambilnya.

Kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor Kualifikasi lulusan jenjang strata satu IPB

Rank

Spearman Persepsi

Keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002


(45)

3. Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan keterampilan mayor mahasiswa

4. Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supporting Course

dengan pengetahuan mayor mahasiswa

5. Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supoorting Course

dengan sikap mayor mahasiswa

6. Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supporting Course

dengan keterampilan mayor mahasiswa

7. Terdapat hubungan positif praktikum/praktek lapang dengan pengetahuan mayor mahasiswa

8. Terdapat hubungan positif praktikum/praktek lapang dengan sikap mayor mahasiswa

9. Terdapat hubungan positif praktikum/praktek lapang dengan keterampilan mayor mahasiswa.


(46)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Darmaga Bogor mulai bulan Februari 2008 sampai Juni 2008. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Indonesia, penerapan sistem mayor-minor hanya di IPB serta adanya kesediaan pihak institusi untuk memberikan informasi dan data yang diperlukan sesuai dengan penelitian.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui wawancara dengan mahasiswa, pengamatan secara langsung di lokasi penelitian serta melalui hasil pengisian kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa. Data sekunder dapat diperoleh melalui studi pustaka baik dari buku, internet dan literatur-literatur lain yang sesuai dengan tema penelitian serta data-data yang sudah ada di Institusi.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Menurut Sumarsono 2004, Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset. Menurut Umar 1996, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakter tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih untuk menjadi anggota sempel.

Populasi target merupakan sumber informasi representatif yang diinginkan. Sedangkan populasi contoh merupakan suatu contoh yang benar-benar diambil sebagaimana ditentukan oleh kerangka contoh. Kerangka contoh adalah suatu daftar dari unit-unit contoh yang merupakan representasi suatu populasi (Sumarsono, 2004).

Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan 9%. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara


(47)

pengambilan sampel ini digunakan karena sampel yang akan diambil tidak tersebar secara merata, adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga.

Responden yang berjumlah 118 orang ini tersebar di delapan fakultas. Masing-masing fakultas mendapatkan proporsi jumlah responden yang berbeda bergantung pada jumlah populasi di fakultas tersebut. Berikut disajikan tabel sebaran jumlah responden berdasarkan fakultas yang menerapkan sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor.

Tabel 1. Sebaran Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Fakultas

No Fakultas Jumlah populasi

(orang)

Jumlah sampel (orang)

1. Pertanian 355 16

2. Perikanan 322 15

3. Peternakan 172 8

4. Kehutanan 297 14

5. Teknologi Pertanian 324 15

6. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

532 24

7. Ekonomi dan Manajemen 368 17

8. Ekologi Manusia 196 9

Total 2566 118

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data yaitu pengamatan langsung, wawancara, membagikan kuesioner dan studi pustaka.

1. Kuesioner

Pada penelitian ini kuesioner yang disebarkan kepada 118 orang responden terdiri dari 27 pertanyaan. Terdapat 24 pertanyaan tertutup dan 3 pertanyaan terbuka. Pengisian kuesioner menggunakan skala likert. Skala likert berhubungan dengan sikap seseorang terhadap sesuatu, yaitu: 1. Sangat tidak setuju

2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju

Kemudian setiap jawaban dari responden dari pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner akan diberi bobot.


(48)

Bobot nilai pada setiap jawaban responden akan dihitung untuk mendapatkan nilai rataan. Nilai rataan tersebut menunjukkan tingkat kesetujuan mahasiswa seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Skor Rataan

Skor Rataan Penilaian

1,0 – 1,75 Sangat Tidak Setuju

1,75 – 2,5 Tidak Setuju

2,5– 3,25 Setuju

3,25 – 4,0 Sangat Setuju

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada beberapa mahasiswa yang dipilih secara sengaja. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara lebih cepat dan akurat bagi penguatan pengisian kuesioner. Selain itu wawancara dilakukan kepada staf penunjang yang berhubungan dengan kurikulum untuk mendapatkan informasi tambahan yang dapat mendukung penelitian.

3. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan buku-buku, literatur yang terkait dengan tema penelitian yang diangkat, dari internet, data yang diperoleh dari institusi diantaranya data jumlah mahasiswa, buku panduan tentang mayor-minor dan sumber pustaka lainnya.

4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 4.5.1. Uji Validitas

Validitas instrumen menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang diukur. Pengukuran validitas instrumen diarahkan ke validitas isi yakni sejauh mana alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep.

Uji validitas menggunakan rumus Korelasi Rank Spearman


(49)

) ( 2 2 2 2 2 2 y x d y x

rs i ... (1)

Dimana

:

r

s = koefisien korelasi Rank Spearman 2

i

d = selisih antara rank bagi X dan Y x = variabel penerapan mayor-minor y = variabel prestasi belajar

4.5.2. Uji Reliabilitas

Koefisien reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat tersebut reliabel.

Uji reliabilitas akan menggunakan rumus Cronbanch’s Alpha sebagai berikut:

... (2) Dimana :

reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan varian jumlah butir pertanyaan varian total

Untuk menghitung varian digunakan rumus sebagai berikut:

... (3) Dimana:

n = jumlah responden

x = nilai skor yang dipilih

Pada penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 13.0 for windows.


(50)

)

1

(

6

1

2 2

n

n

d

r

s i

2 2 2 2 2 . 2 6 y x d y x

rs i

4.5.3. Korelasi Rank Spearman

Langkah selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara sistem mayor-minor dengan prestasi belajar digunakan metode uji

Rank Spearman. Langkah yang harus dilakukan untuk melakukan korelasi Rank Spearman yaitu:

a.Menentukan Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini telah dijelaskan sebelumnya pada poin 3.3 diatas.

b.Perhitungan

………..………. (4) Dimana :

r

s = koefisien korelasi Rank Spearman 2

i

d = selisih antara rank bagi X dan Y

n = jumlah pasangan pengamatan antara satu peubah terhadap peubah yang lainnya.

Bila banyak terdapat angka bernilai sama, maka rumus yang digunakan adalah :

………...….( 5) x T n n x 12 3 2 ……….…(6) y T n n y 12 3 2 ………...(7) 12 3 x x x t t T ………...(8)


(51)

12

3 y y y

t t

T ………...(9)

Keterangan :

T = Faktor koreksi.

tx= Banyaknya observasi untuk X tertentu yang sama. ty= Banyaknya observasi untuk Y tertentu yang sama. Besarnya nilai r terletak antara -1 < r < 1, artinya :

r = +1 Hubungan X dan Y sempurna positif ( mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif ).

r = -1 Hubungan X dan Y sempurna negatif (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif ).

r = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan. Kalau r antara 0 sampai 1, maka kedua variabel berkorelasi dengan keeratan relatif. Semakin mendekati 1, maka keeratan hubungan semakin tinggi. Untuk koefisien korelasi pada rentang tersebut digunakan ketentuan sebagai berikut:

1.0,00-0,25 : No assosiation, menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

2.0,26-0,50 : Moderately low assosiation, menunjukkan hubungan yang agak lemah antara variabel X dengan variabel Y. 3.0,51-0,75 : Moderately high assosiation, menunjukkan

hubungan yang agak kuat antara variabel X dengan variabel Y. 4.0,76-1,00 : High assosiation, menunjukkan adanya hubungan yang

kuat antara variabel X dengan variabel Y.

Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0.15. Apabila probabilitas atau peluang < α (alpha) maka dapat diartikan terdapat hubungan yang nyata dan positif. Sebaliknya, jika terdapat nilai probabilitas atau peluang > α, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata. Nilai tersebut diambil terkait dengan jumlah sampel yang diambil yaitu hanya sebesar 118 orang dari 2566 orang dan nilai ini masih merupakan nilai yang wajar dalam penelitian sosial.


(52)

4.5.4. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan melalui pengujian hipotesis deskriptif. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasi atau tidak. Jika hipotesis nol (H0) diterima, berarti hasil

penelitian dapat digeneralisasi. Analisis deskriptif ini menggunakan satu variabel atau lebih tapi bersifat mandiri, oleh karena itu analisis ini tidak berbentuk perbandingan atau hubungan.

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menggambarkan secara rinci data yang diperoleh dengan membuat tabulasi hasil jawaban koresponden dan kemudian dipersentasekan. Data yang dianalisis dengan menggunakan tabulasi deskriptif adalah penerapan sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor, persepsi mahasiswa terhadap sistem mayor-minor dan indikator prestasi belajar dalam sistem mayor-minor Institut Pertanian Bogor.


(53)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Institut Pertanian Bogor

Institut Pertanian Bogor adalah kelanjutan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum perang dunia II lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouw School, Middelbare Bosbouw School dan Nederlandsch Indische Veearsen School.

Pada tahun 1940, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian di Bogor dengan nama Landbouw Hogeschool yang pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) ditutup. Pada masa itu Nederlandsch Indische Veeartsenschool tetap berjalan. Hanya namanya diubah menjadi Bogor Zui Gakku (Sekolah Dokter Hewan Bogor) yang pada tahun 1946 ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH).

Pada tahun 1947 Landbouw Hogeschool dibuka kembali dengan nama Faculteit voor landbouw-wetenschappen sebagai kelanjutan Landbouw Hogeschool, yang mempunyai jurusan Pertanian dan Kehutanan. Bersama dengan itu dibentuk faculteit der Diergeneskunde yang sebelumnya adalah Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH). Secara organik kedua fakulteit yang ada di Bogor tersebut bernaung di bawah Universiteit van Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Indonesia.

Pada tahun 1950 Fakulteit voor Landbouw-wetenschappen berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan tiga jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan serta pada tahun 1957 dibentuk Jurusan Perikanan Darat. Sedangkan Faculteit voor Diergeneeskunde berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia yang pada 1960 berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternaka, selanjutnya pada tahun 1962 menjadi fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan Universitas Indonesia. Pada tanggal 1 September 1963, berdasarkan Keputusan Mentri Pendidikan Tinggi dan


(54)

Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 91 tahun 1963, fakultas Pertanian dan Kedokteran hewan, Peternakan Universitas Indonesia melepaskan diri menjadi Institut Pertanian Bogor dan disahkan oleh Presiden RI dengan Keputusan No. 2791 tahun 1965.

Pada awalnya, IPB terdiri dari lima fakultas yaitu: Fakultas Pertanian dan Fakultas Kehutanan yang berasal dari Jurusan Pertanian dan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan yang berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan dan Perikanan Laut Universitas Indonesia, sedangkan Fakultas Perikanan merupakan gabungan Jurusan Perikanan Darat Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dan Jurusan Perikanan Laut Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia. Pada tahun 1964, IPB berkembang menjadi 6 fakultas dengan didirikannya Fakultas Teknologi dan Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (FATEMETA), yang pada tahun 1968 berubah menjadi fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian dan tahun 1981 hingga saat ini bernama fakultas Teknologi Pertanian.

Pada tahun 1975, Sekolah Pascasarjana pertama di Indonesia dibuka di IPB yang pada tahun 1980 diresmikan menjadi Fakultas Pascasarjana IPB. Berdasarkan PP 30/1990 Fakultas Pascasarjana IPB beralih status menjadi Program Pendidikan Pascasarjana yang dipimpin oleh Direktur Program Pascasarjana. Pada tahun 1981, IPB membuka Fakultas Sains dan Matematika yang pada tahun 1983 berubah nama menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas ini merupakan gabungan dari Departemen Ilmu Pengetahuan Alam , Departemen Botani , Departemen Statistika dan Komputasi Fakultas Pertanian IPB dan Departemen Biokimia dan Departemen Zoologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pada tahun 1979, IPB memulai menyelenggarakan Program Diploma yang pada tahun 1980 menjadi Fakultas Non-gelar Teknologi yang lebih dikenal dengan nama Fakultas Politeknik Pertanian. Berdasarkan PP 30 tahun 1990 fakultas Politeknik Pertanian ditiadakan. Selanjutnya program studi pendidikan diploma tersebut dikelola oleh Jurusan/Fakultas di lingkungan IPB. Pada


(55)

tahun 1992 IPB membuka program pendidikan Pascasarjana Profesional setingkat S2 dalam bidang Manajemen Agribisnis (MMA). Hasil pemikiran IPB di tingkat nasional adalah konsep kebijakan BIMAS yang telah membawa Indonesia menjadi negara swasembada beras. Dalam menghadapi era globalisasi IPB telah mencanangkan konsep Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri (PPBI) yang diharapkan dapat menjadi Indonesia sebagai negara industri yang berbasis pertanian yang tangguh.

Pada tahun 2000 IPB membuka fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan Jurusan Manajemen. Pada tanggal 26 Desember 2000, melalui peraturan pemerintah Nomor 154 IPB telah menetapkan menjadi Institut Pertanian Bogor sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dengan penetapan ini maka IPB dalam menyelenggarakan kegiatan bersifat otonom. Sejalan dengan kebijakan Dasar Pendidikan IPB, dilakukan penataan departemen-departemen dengan menetapkan kurikulum sistem mayor-minor dan mulai berlaku bagi mahasiswa tahun masuk 2005-2006. Melalui penataan departemen ini pula IPB pada tahun 2005 membentuk Fakultas Ekologi Manusia.

Pada tahun 2008 IPB telah memiliki sembilan Fakultas dan 36 Departemen Pengampu yang terdiri dari Fakultas Pertanian dengan 4 Departemen Pengampu, Fakultas Kedokteran Hewan dengan 3 Departemen Pengampu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan 5 Departemen Pengampu, Fakultas Peternakan dengan 2 Departemen Pengampu, Fakultas Kehutanan dengan 4 Departemen Pengampu, Fakultas Teknilogi Pertanian dengan 3 Departemen Pengampu, Fakultas Matematika dan IPA dengan 8 Departemen Pengampu, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan 4 Departemen Pengampu, serta Fakultas Ekologi Manusia dengan 3 Departemen Pengampu.

5.1.1. Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan Mutu

1. Visi

Institut Pertanian Bogor menjadi perguruan tinggi berbasis riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian tropika dan biosains, serta berkarakter kewirausahaan.


(56)

2. Misi

Agar dapat merealisasikan visinya maka Institut Pertanian Bogor menjalankan misi berikut:

a. Menyelenggarakan pendidikan tinggi bermutu tinggi dan pembinaan kemahasiswaan yang komprehansif dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa.

b. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kebutuhan masyarakat agraris dan bahari pada masa sekarang dan kecenderungan pada masa yang akan datang.

c. Membangun sistem manajemen perguruan tinggi yang berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

d. Mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan hak azasi manusia.

3. Tujuan

Beberapa hal yang ingin dicapai oleh IPB tertuang dalam tujuan Institusi (berdasarkan Panduan Program Sarjana edisi revisi, 2006) sebagai berikut:

a. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang mampu mengembangkan dan menerapkan IPTEKS

b. Inovasi IPTEKS ramah lingkungan untuk mendukung

pembangunan nasional dan memperbaiki kesejahteraan umat manusia

c. Menjadikan IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi yang siap menghadapi tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan yang berubah dengan cepat dan baik secara nasional maupun secara global

d. Menjadikan IPB sebagai kekuatan moral dalam masyarakat madani Indonesia.

4. Kebijakan Mutu

Pada proses pelaksanaan pendidikannya Institut Pertanian Bogor mengacu pada kebijakan mutu, yaitu ”Dengan komitmen tinggi terhadap mutu, IPB secara efisien dan akuntabel menghasilkan


(57)

lulusan yang kompeten dan IPTEKS yang relevan untuk kesejahteraan masyarakat”.

5.1.2. Standar Mutu Pendidikan IPB

Hal yang tertuang dalam strandar mutu pendidikan di IPB meliputi: a.Visi: visi terumuskan dengan jelas di tingkat institut.

b.Misi: misi terumuskan dengan jelas di tingkat institut, fakultas dan departemen, dan merupakan implementasi dari visi IPB, serta dimengerti oleh stakeholder.

c.Tujuan pendidikan dan kurikulum:

1) Tujuan dan sasaran kurikulum terumuskan dengan jelas berdasarkan kebutuhan stakeholder nasional dan global, dikomunikasikan dan dapat diimplementasikan

2) Tujuan dan sasaran kurikulum sesuai dengan kebutuhan

staheholder dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, yang ditunjukkan dengan suatu studi yang sistematis, untuk mencapai suatu kompetensi.

b.Calon mahasiswa: calon mahasiswa harus mengetahui persyaratan kemampuan akademik untuk mengikuti proses pembelajaran.

c.Perencanaan dan review kurikulum:

1) Kurikulum dirancang seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan stakeholder dalam hal lama studi, pola kehadiran, tempat, struktur dan urutan (sekuen penyampaian), mata kuliah pilihan, evaluasi dan beban studi

2) Kurikulum menawarkan keseimbangan yang sesuai antara kemampuan konseptual dan personal, kemampuan umum, kompetensi keahlian khusus serta keterampilan yang dialihkan 3) Kurikulum bersifat mutakhir dan dikaji ulang secara periodik

untuk menilai kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kebutuhan stakeholder untuk kemudian disesuaikan dengan rentang waktu yang rasional.


(58)

d.Dosen

1) Kuantitas dan kualitas dosen harus mencukupi untuk pelaksanaan kurikulum

2) Kebutuhan pengembangan dosen teridentifikasi secara sistematis dalam kaitannya dengan pengembangan diri, kurikulum dan persyaratan institusional.

3) Dosen ditugaskan secara efektif dimana peran dan fungsi mereka didefinisikan secara jelas, tugas yang diberikan sesuai dengan kualifikasinya.

4) Dosen secara teratur mengikuti pengembangan dosen yang terkait dengan kebutuhan yang teridentifikasi: pengangkatan, pelatihan jabatan akademik, pelatihan berkala, konsultasi, riset dan kegiatan pendidikan.

e.Sumber Belajar

1) Sumber fisik termasuk peralatan, bahan habis pakai dan teknologi informasi tersedia secara mencukupi untuk melaksanakan kurikulum dan dapat digunakan secara efektif

2) Perpustakaan, audiovisual, komputer dan pelayanan akademik lain memadai untuk kurikulum yang dilaksanakan.

f. Lingkungan Belajar

1) Lingkungan belajar kondusif untuk proses pembelajaran dan kegiatan pendidikan pada umumnya

2) Ruang dan fasilitas belajar mencukupi secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan kurikulum yang ditawarkan dan dikelola secara efisien dan efektif

3) Lingkungan, ruang dan sarana pembelajaran terawat dengan baik dalam hal keindahan, kebersihan, kerapihan, keselamatan dan keamanan serta ditingkatkan atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan.

g.Organisasi Pembelajaran


(59)

2) Proses pembelajaran dinyatakan secara jelas, dikomunikasikan kepada mahasiswa dan dipantau secara teratur

3) Perkuliahan, praktikum dan ujiannya terjadwal secara sistematis dan terkoordinasikan dengan seluruh komponen yang terkait.

5.1.3. Sarana Penunjang Pendidikan

Sarana penunjang kegiatan pendidikan di Institut Pertanian Bogor meliputi:

1. Perpustakaan

Perpustakaan Institut Pertanian Bogor merupakan unit pengelola informasi ilmiah untuk mendukung program pendidikan, pengajaran dan penelitian bagi civitas akademika IPB. Perpustakaan IPB juga menyediakan berbagai layanan informasi ilmiah yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

Perpustakaan IPB mempunyai visi yaitu menjadikan Perpustakaan IPB sebagai sistem layanan dan basis pengetahuan global berbasis teknologi informasi yang mendukung riset unggulan bertaraf Internasional. Misi dari perpustakaan IPB adalah:

1 Menyediakan pusat layanan perpustakaan modern bagi civitas akademika IPB dan masyarakat umumnya;

2 Menyediakan informasi yang mendukung tridharma perguruan tinggi;

3 Mengembangkan jaringan perpustakaan global pada lingkup nasional dan internasional;

4 Menciptakan lingkungan gemar baca yang tertib, nyaman dan bersahabat.

Sumber informasi yang tersedia terdiri dari berbagai jenis koleksi seperti buku, skripsi, tesis, disertasi, laporan dan jurnal, baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Koleksi yang terdapat di perpustakaan dapat ditelusuri secara cepat dan mudah melalui komputer OPAC (Online Public Access Catalogue) yang tersedia sebanyak 18 komputer.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)