2.4.2 Prestasi dalam Belajar
Menurut Slameto 2003, Prestasi belajar merupakan output yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan
kognitif siswa. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di sekitar
kehidupannya baik yang terjadi di rumah tangga maupun di dalam pergaulan masyarakat. Cara belajar juga menentukan keberhasilan
anak dalam mencari prestasi. Belajar teratur dan bertahap mencicil akan lebih menanamkan ilmu tersebut dalam diri anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain keadaan gizi adalah hereditas, keadaan sosial ekonomi keluarga,
faktor lingkungan, stimulus, fasilitas belajar dan daya tahan tubuh. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh cara belajar dan disiplin diri
dalam belajar. Belajar disiplin diri sebaiknya diterapkan semenjak usia muda, agar kebiasaan disiplin sudah terbentuk dan memudahkan
anak dalam pergaulan dan hubungan sosial dengan teman-teman. Kebiasaan
disiplin diri
menjadi pendukung
kelancaran perkembangan kognitif dan prestasi belajar di sekolah. Kognitif yang
tinggi tidak menjamin keberhasilan sepenuhnya bila tidak didukung oleh faktor lain yaitu motivasi Slameto, 2003.
Metode pembelajaran yang dilaksanakan seorang anak, akan menentukan hasil belajar. Jika hasil yang diperoleh tidak memuaskan
dapat karena sifat malas belajar seorang anak atau sikap orang tua yang memperlihatkan rasa kecewa atau menekan anak. Anak akan
berhasil dalam belajar, bila orang tua mendampingi, membimbing serta mendorong dalam mencapai prestasi yang memuaskan
Gunarsa Gunarsa, 2004. Keberhasilan prestasi belajar anak tidak hanya dari dukungan orang tua dan kecerdasan kognitif, akan tetapi
didukung dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Kecerdasan emosional memiliki peran yang besar dalam
memperoleh prestasi. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri anak baik fisik maupun psikis akan mempengaruhi keseluruhan pola
perilaku termasuk dalam hal pencapaian prestasi belajar Goleman, 1999.
Berdasarkan hasil penelitian Nurani 2004, aspek kecerdasan emosional yang dapat mendorong prestasi belajar, yaitu variabel
motivasi diri, yang meliputi ketekunan, kemauan contoh dalam mencapai tujuan belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, mencapai
prestasi, menyelesaikan tugas sesuai dengan target. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi
oleh kualitas perkawinan, pengasuhan anak, kecerdasan emosional anak.
Prestasi belajar yang dimiliki seorang anak, tidak hanya dilihat dari keberhasilan anak di kelas. Kemampuan remaja dalam
bersosialisasi dapat menjadi suatu prestasi juga untuk remaja. Remaja dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki dengan
mengikuti berbagai aktivitas, baik aktivitas yang ada di sekolah maupun di luar sekolah Hurlock, 1994.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Suparno 2001 pada siswa tingkat sekolah dasar, diperoleh fakta terkait
dengan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar diantaranya disebabkan adanya gangguan emosi yang dialami oleh
anak terutama disebabkan orang tua yang sibuk bekerja. Kemudian pengamatan lain yang dilakukan oleh Utomo dan Ruijter terhadap
mahasiswa menunjukkan bahwa masalah belajar disebabkan banyak mahasiswa di rumah tidak mempersiapkan diri untuk belajar, tidak
mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan hal lain yang berhubungan dengan cara mengajar dosen.
Hasil survei menunjukkan bahwa permasalahan dapat disebabkan mahasiswa merasa sukar mencerna materi yang dianggap
sulit, merasa kehilangan gairah belajar karena nilai dari berbagai mata kuliah yang diperolehnya rendah, tidak bisa berkonsentrasi
ketika belajar, tidak cukup tekun mengerjakan tugas-tugas belajar dan adanya perasaan bosan pada materi pelajaran. Masalah juga
timbul akibat mahasiswa merasa was-was memikirkan biaya kuliah yang berat, adanya ketidakpuasan akan penilaian yang dilakukan
oleh dosen, anggapan bahwa dosen tidak cukup menguasai materi, cara-cara kuliah yang kurang menarik dan kesulitan memahami
perkuliahan karena mereka berasal dari latar belakang pendidikan yang konsentrasinya kurang mendukung perkuliahan atau jurusan
yang dipilihnya Suparno, 2001. Pada umumnya permasalahan bersumber dari dalam dan luar
mahasiswa. Permasalahan yang berasal dari dalam diri mahasiswa tersebut adalah rasa bosan, semangat belajar turun, sulit mencerna
pelajaran, sulit mengatur waktu, sukar berkonsentrasi, tidak cakap menganalisis soal, sulit memahami buku teks, sulit memahami tugas-
tugas dan tidak memiliki cukup keterampilan belajar. Sumber kesulitan eksternal meliputi dosentenaga pengajar, penyiapan
pengajaran monoton, penilaian tidak adil, tuntutan terhadap jawaban tes tepat seperti yang ada dalam buku dan perkuliahan terlalu teoritis.
Selain kedua sumber kesulitan tersebut lingkungan fisik dan sosial ekonomi juga mempengaruhi proses belajar. Hal yang berhubungan
dengan lingkungan fisik dan sosial ekonomi diantaranya fasilitas laboratorium tidak memadai, ruang belajar tidak nyaman, suara
bising, mahasiswa lain mencontek saat ujian, buku diperpustakaan kurang, biaya kuliah mahal dan biaya hidup mahal Suparno, 2001.
2.5. Penelitian Terdahulu