Pengaruh tekanan transmembran dilihat dengan mencobakan beberapa nilai tekanan pada proses recovery pada kisaran 345 – 552 kPa. Setiap tekanan
yang dicobakan diukur nilai fluks dan rejeksinya.
3.3.3 Pengaruh suhu
Pengaruh suhu dilihat dengan mencobakan beberapa nilai suhu pada proses recovery yaitu 30, 35, dan 40
o
C. Setiap tekanan yang dicobakan diukur nilai fluks dan rejeksinya.
3.3.4 Pengaruh pH
Dicobakan beberapa nilai pH pada proses recovery yaitu 4; 6,5; dan 9. Setiap pH yang dicobakan diukur nilai fluks dan rejeksinya.
3.4 Analisis dan Karakterisasi
Variabel parameter operasi proses yang diteliti meliputi pengaruh tekanan transmembran, suhu, dan nilai pH. Indikator kinerja membran dilihat
dengan mengukur fluks permeat, sedangkan indikator kualitas produk retentat yang dihasilkan ditentukan dengan mengukur nilai rejeksi membran. Sampling
dan pengukuran nilai rejeksi dilakukan pada keadaan kondisi fluks steady state.
Analisis bahan dilakukan pada raw material, pre-filtrasi, dan hasil akhir proses RO produk utamaretentat. Analisis meliputi uji fisik dengan melihat
warna dan bau, dan analisis kimia meliputi uji proksimat, non protein nitrogen NPN, dan asam amino. Analisis komponen flavor asam amino menggunakan
HPLC, sedangkan kandungan protein dengan metode Bradford.
Persentase bahan terlarut hasil recovery dari proses pengkonsentrasian dapat dihitung berdasarkan rumus berikut ini Sheu dan Wiley 1983:
100 bahan
x volume terlarut
konsentrat x volume
terlarut x
Recovery =
3.4.1
Analisis non protein nitrogen NPN SNI 01-4413-2006
Penghitungan non protein nitrogen NPN menggunakan metode pengukuran nitrogen bebas. Senyawa nitrogen yang terdapat dalam contoh
diuraikan oleh NaOH, kemudian amoniak yang dibebaskan diikat dengan asam borat dan dititar dengan larutan asam standar. Sampel ditimbang sebanyak 5 g,
dimasukkan ke dalam labu didih 250 ml, kemudian ditambahkan 100 ml air suling dan 10 ml NaOH 30 natrium hidroksida dilarutkan ke dalam 350 ml air.
Selanjutnya dihubungkan dengan alat penyuling. Penyulingan dilakukan selama lebih kurang 20 menit, sebagai penampung digunakan 10 ml larutan asam borat
2 yang telah dicampur indikator 10 ml hijau bromkresol 0,1 dicampur dengan 2 ml merah metil 0,1 dalam alkohol 95. Setelah itu ujung pendingin dibilas
dengan air suling, kemudian dilakukan titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna larutan yang semula berwarna biru atau hijau berubah menjadi violet.
Larutan blanko dibuat sama dengan langkah di atas, hanya saja tidak ditambah dengan sampel.
Perhitungan : 100
x a
0,014 x
d x
a b
bebas Nitrogen
− =
dimana: a = bobot sampel g
b = volume HCl 0,1 N yang dipergunakan peniteran sampel ml c = volume HCl 0,1 N yang dipergunakan peniteran blanko ml
d = normalitas HCl 3.4.2 Analisis kandungan protein Bradford 1976
Konsentrasi protein ditentukan menggunakan metode Bovine Serum Albumin
BSA sebagai standar. Persiapan pereaksi Bradford dilakukan dengan melarutkan 25 mg comassie brilliant blue G-250 dalam 12,5 ml etanol 95, lalu
ditambahkan dengan 25 ml asam fosfat 85 wv. Jika sudah larut dengan sempurna, maka ditambahkan akuades hingga mencapai volume 0,5 l dan disaring
dengan kertas saring Whatman No 1 sesaat sebelum digunakan. Konsentrasi protein diukur dengan cara 0,1 ml sampel dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Selanjutnya sebanyak 5 ml pereaksi Bradford diinkubasi