Respon fluks selama proses pemekatan

1 Rejeksi 70 80 90 Suhu oC 100 -2 -1 -1 -2 1 TMP kPa Kuadrat Interaksi Residual error Lack-of-fit Pure error Total 3 3 7 5 2 16 227,927 357,644 117,046 113,126 3,919 726,396 227,927 357,644 117,046 113,126 3,919 75,976 119,215 16,721 22,625 1,960 4,54 7,13 11,55 0,045 0,016 0,082 Respon rejeksi terhadap pengaruh TMP, suhu,dan pH juga dapat lihat pada bentuk permukaan respon. Rejeksi sebagai fungsi suhu, dan pH disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 Permukaan respon rejeksi terhadap TMP dan suhu

4.3 Proses Pemekatan

Proses pemekatan limbah cair pasteurisasi rajungan menghasilkan konsentrat. Kinerja proses juga diteliti berdasarkan indikator kinerja membran yaitu fluks dan rejeksi yang terjadi. Setelah itu dilakukan karakterisasi pada konsentrat yang dihasilkan.

4.3.1 Respon fluks selama proses pemekatan

Nilai optimum parameter dari hasil perhitungan empiris yaitu TMP 771 kPa dan suhu 35 o C selanjutnya diaplikasikan untuk proses pemekatan limbah cair rajungan. Nilai pH yang digunakan adalah 5, yang merupakan pH titik isoelektik, dimana kelarutan protein paling rendah. Hal ini sama dengan yang dilaporkan oleh Wenten 1999 bahwa kelarutan terendah protein albumin berada pada titik isoelektriknya pH 4,7. Hasil yang konsisten juga dilaporkan oleh Rao et al. 2002, dimana karakterisasi konsentrat protein kedelai yang dilakukan melalui ultrafiltrasi menghasilkan kelarutan terendah pada nilai pH 4,0 - 5,0. Kondisi kelarutan yang rendah dari protein berakibat protein tetap tertahan di jalur retentat sebagai konsentrat yang lebih pekat. y = -1,00Lnx + 2,8117 R 2 = 0,97 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 10 20 25 30 35 40 45 50 Waktu Menit ke- Fl u k s L m 2 .j a m Proses pemekatan dilakukan dengan mengoperasikan proses membran tanpa mensirkulasikan kembali permeat yang lolos dari membran RO, sehingga retentat menjadi lebih keruh atau pekat. Hasil proses pemekatan disajikan pada Gambar 8 dan 9. Gambar 8 Hubungan antara waktu pemekatan dengan nilai fluks Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin lama waktu proses pemekatan, nilai fluks semakin turun, dan menjadi stabil pada menit-menit terakhir. Penurunan fluks tertinggi terjadi pada awal proses dibandingkan dengan menit-menit berikutnya. Hal ini disebabkan pengaruh tekanan sebagai driving force yang mendorong partikel-partikel terlarut lebih cepat sehingga terjadi penumpukan partikel pada permukaan membran. Penumpukan partikel tersebut yang menyebabkan nilai fluks menurun. Peningkatan konsentrasi ini akan menimbulkan aliran balik secara difusi menuju umpan tetapi setelah beberapa waktu kondisi steady state akan tercapai Wenten 1999. Kondisi kejenuhan steady state membran terhadap penumpukan partikel ditunjukkan dengan nilai fluks yang stabil pada menit-menit akhir pemekatan. Kondisi ini sama dengan hasil penelitian Widoretno 2005 dimana penurunan fluks secara tajam terjadi pada menit-menit awal proses dan relatif stabil menjelang akhir proses. y = -1,00Lnx + 2,8117 R 2 = 0,97 1.5 2 2.5 3 3.5 Lm 2 .j a m 0.5 1 1 1.26 1.53 1.67 1.81 1.96 2.12 2.28 2.46 Faktor konsentrasi VfVt Fl uk s Gambar 9 Hubungan antara faktor konsentrasi dengan fluks Gambar 9 memperlihatkan fenomena penurunan nilai fluks, dimana semakin besar faktor konsentrasi umpan, dalam arti semakin pekat hasil proses pemekatan, maka nilai fluks akan makin menurun. Bertambahnya konsentrasi umpan akan meningkatkan jumlah partikel. Partikel-partikel tersebut pada akhirnya akan menumpuk di permukaan membran karena daya dorong dari tekanan. Akibatnya partikel akan tertahan di permukaan membran dan tidak dapat melewati atau menembus membran, sehingga permeat yang keluar menjadi sedikit. Sedikitnya permeat yang keluar berarti nilai fluks juga kecil. Cheryan 1986 melaporkan bahwa konsentrasi bahan yang tinggi dapat meningkatkan viskositas dan menurunkan daya difusi bahan melalui membran sehingga nilai fluks akan menurun. Fluks dari feed yang mengandung asam-asam amino, akan mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya waktu filtrasi dan pemekatan, sebagai akibat perbedaan tekanan dan konsentrasi. Penyumbatan pada membran bisa terjadi karena adanya peristiwa penyerapan peptida dan asam amino yang terakumulasi pada dinding pori membran, umumnya peptida pendek dan asam amino yang mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan ukuran pori membran, sehingga partikel dengan mudah masuk ke dalam pori membran sebagai penyebab penyumbatan internal Guell dan Davis 1996. Gambar 8 dan 9 menunjukkan kecenderungan yang sama dimana pola penurunan fluks terbesar terjadi pada awal proses pemekatan dan stabil pada akhir proses. Fenomena ini menunjukkan terjadinya polarisasi konsentrasi pada awal proses pemekatan. Semakin tinggi konsentrasi, maka terjadinya polarisasi semakin mudah terjadi. Beberapa peneliti sebelumnya juga menjelaskan bahwa polarisasi konsentrasi terjadi pada 10 menit awal proses pemekatan Jayarajah dan Lee 1999; Wenten 1999; Widoretno 2005. Peristiwa tersebut didukung oleh Wenten 1999 dimana penurunan fluks secara cepat pada awal filtrasi disebabkan oleh konsentrasi polarisasi, sedangkan penurunan fluks dalam jangka waktu panjang merupakan kontribusi dari peristiwa fouling.

4.3.2 Respon rejeksi selama proses pemekatan