Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Rancangan Percobaan

bersamaan dengan berbedanya bobot molekul larutan yang dilewatkan Mulder 1996. Nilai rejeksi membran dari suatu komponen dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut D’souza dan Wiley 2003; Kumar et al. 2003 : r p C C 1 R − = Keterangan : R = tingkat rejeksi membran C p = konsentrasi permeat C r = konsentrasi retentat 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 – Agustus 2008 di Laboratorium Industri Hasil Perikanan, Departemen Teknologi Hasil Perairan THP, FPIK IPB. Analisis proksimat dan NPN dilakukan di Laboratorium Pengolahan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan ITP, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Analisis kandungan protein dengan metode Bradford dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia, Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK IPB, dan analisis kandungan asam amino dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Pertanian Cimanggu Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah cair pasteurisasi dari industri pasteurisasi rajungan. Sumber bahan baku tersebut diambil dari industri pengolahan rajungan di wilayah Losari dan Cirebon. Bahan untuk analisis proksimat dan NPN diantaranya asam borat, dietil eter, dan TCA 7. Analisis asam amino menggunakan standar murni asam amino, bufer asam asetat, larutan pengering dan derivatisasi berupa metanol, picolotiocianat, dan triethylamine. NaOH 0, 1 N digunakan untuk mencuci membran. Peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah : satu unit membran RO CSM Model No RE 75-1812-50GPD. Modul membran yang digunakan reverse osmosis dengan nilai 95 NaCI. Peralatan dan bahan pendukung lain yang digunakan meliputi pemanas listrik, gelas ukur, pH meter, stop watch dan termometer, thermostat, filter ukuran 0,3 mikron. Alat-alat untuk analisis diantaranya : cawan porselen, desikator, timbangan analitik, biuret, labu erlenmeyer, gelas piala, gelas pengaduk, thermostat, 1 unit HPLC dengan kolom Pico tag 3,9 x 150 nm, pipet tetes, micro pipet, pH meter, dan spektrofotometer.

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam enam tahapan. Tahapan tersebut dalam rangka penentuan optimasi proses membran RO untuk recovery komponen flavor dengan rejeksi tertinggi. Tahapan tersebut adalah prefiltrasi, penentuan waktu tunak steady state, perlakuan tekanan transmembran, suhu dan pH bahan terhadap nilai fluks dan rejeksi untuk seleksi variabel, optimasi proses, pemekatan, dan karakterisasi flavor yang dihasilkan Gambar 4. Limbah Karakterisasi proksimat, NPN, Prefiltrasi dengan membran ukuran mesh 0,3 μm Penentuan waktu tunak steady state Penentuan pengaruh tekanan transmembran, suhu, dan pH bahan Optimasi proses Pemekatan Karakterisasi proksimat, NPN, Konsentr Karakterisasi komponen flavor proksimat, NPN, asam amino Gambar 4 Diagram alir tahapan proses penelitian Sebelum proses recovery, dilakukan pre-filtrasi dengan filter ukuran 0,3 mikron. Pada proses recovery sejumlah limbah cair dimasukkan ke dalam wadah kemudian dipanaskan pada suhu tertentu. Untuk memanaskan dan mempertahankan bahan pada suhu tertentu, wadah dilengkapi dengan pemanas listrik dan thermostat. Produk hasil proses membran permeat dan retentat diresirkulasikan ke dalam wadah. Pada waktu tertentu dilakukan sampling terhadap permeat untuk pengukuran fluks dan nilai rejeksi. Permeat hasil sampling ditampung untuk diukur kandungan protein dengan menggunakan metode Bradford. Nilai tunak fluks steady state yang diperoleh dari hasil pengukuran fluks, dijadikan dasar untuk memulai perhitungan fluks pada perlakuan seleksi variabel yaitu perlakuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja membran yaitu tekanan transmembran, suhu, dan pH. Selanjutnya dari variabel yang terpilih tersebut akan digunakan untuk proses optimasi RO. Kondisi optimum dari kinerja RO selanjutnya digunakan untuk proses pemekatan bahan. Proses pemekatan bahan dilakukan dengan cara memasukkan ± 0,8 l limbah cair ke dalam wadah bahan. Selama proses berlangsung fraksi permeat yang berupa air tidak diresirkulasikan tetapi dibiarkan dalam wadahnya, sehingga fraksi retentat sebagai konsentrat menjadi semakin pekat. Indikator proses dievaluasi dengan melihat hubungan antara faktor konsentrasi dengan nilai fluks. Faktor konsentrasi didefinisikan sebagai perbandingan antara volume umpan di awal proses dengan volume retentatnya Cheryan 1998. Proses akhir adalah karakteristik hasil recovery flavor yang didapatkan. Setiap proses membran selesai dilakukan, membran dicuci dengan cara meresirkulasikan larutan pembersih dengan NaOH 1 sehingga pH larutan menjadi 10,5 - 11,0. Fluks membran diuji kembali hingga mencapai fluks semula.

3.3.1 Penentuan waktu tunak steady state fluks Uju 2005

Waktu tunak fluks ditentukan dengan menghitung fluks permeat sejak kondisi variabel parameter proses terpasang. Jeda waktu pengukuran dan penghitungan fluks permeat dilakukan setiap satu menit sekali selama satu jam dan selanjutnya dilakukan setiap 5 menit. Fluks dianggap tunak jika 5-10 kali pengukuran memperoleh nilai yang sama.

3.3.2 Pengaruh tekanan transmembran

Pengaruh tekanan transmembran dilihat dengan mencobakan beberapa nilai tekanan pada proses recovery pada kisaran 345 – 552 kPa. Setiap tekanan yang dicobakan diukur nilai fluks dan rejeksinya.

3.3.3 Pengaruh suhu

Pengaruh suhu dilihat dengan mencobakan beberapa nilai suhu pada proses recovery yaitu 30, 35, dan 40 o C. Setiap tekanan yang dicobakan diukur nilai fluks dan rejeksinya.

3.3.4 Pengaruh pH

Dicobakan beberapa nilai pH pada proses recovery yaitu 4; 6,5; dan 9. Setiap pH yang dicobakan diukur nilai fluks dan rejeksinya.

3.4 Analisis dan Karakterisasi

Variabel parameter operasi proses yang diteliti meliputi pengaruh tekanan transmembran, suhu, dan nilai pH. Indikator kinerja membran dilihat dengan mengukur fluks permeat, sedangkan indikator kualitas produk retentat yang dihasilkan ditentukan dengan mengukur nilai rejeksi membran. Sampling dan pengukuran nilai rejeksi dilakukan pada keadaan kondisi fluks steady state. Analisis bahan dilakukan pada raw material, pre-filtrasi, dan hasil akhir proses RO produk utamaretentat. Analisis meliputi uji fisik dengan melihat warna dan bau, dan analisis kimia meliputi uji proksimat, non protein nitrogen NPN, dan asam amino. Analisis komponen flavor asam amino menggunakan HPLC, sedangkan kandungan protein dengan metode Bradford. Persentase bahan terlarut hasil recovery dari proses pengkonsentrasian dapat dihitung berdasarkan rumus berikut ini Sheu dan Wiley 1983: 100 bahan x volume terlarut konsentrat x volume terlarut x Recovery = 3.4.1 Analisis non protein nitrogen NPN SNI 01-4413-2006 Penghitungan non protein nitrogen NPN menggunakan metode pengukuran nitrogen bebas. Senyawa nitrogen yang terdapat dalam contoh diuraikan oleh NaOH, kemudian amoniak yang dibebaskan diikat dengan asam borat dan dititar dengan larutan asam standar. Sampel ditimbang sebanyak 5 g, dimasukkan ke dalam labu didih 250 ml, kemudian ditambahkan 100 ml air suling dan 10 ml NaOH 30 natrium hidroksida dilarutkan ke dalam 350 ml air. Selanjutnya dihubungkan dengan alat penyuling. Penyulingan dilakukan selama lebih kurang 20 menit, sebagai penampung digunakan 10 ml larutan asam borat 2 yang telah dicampur indikator 10 ml hijau bromkresol 0,1 dicampur dengan 2 ml merah metil 0,1 dalam alkohol 95. Setelah itu ujung pendingin dibilas dengan air suling, kemudian dilakukan titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna larutan yang semula berwarna biru atau hijau berubah menjadi violet. Larutan blanko dibuat sama dengan langkah di atas, hanya saja tidak ditambah dengan sampel. Perhitungan : 100 x a 0,014 x d x a b bebas Nitrogen − = dimana: a = bobot sampel g b = volume HCl 0,1 N yang dipergunakan peniteran sampel ml c = volume HCl 0,1 N yang dipergunakan peniteran blanko ml d = normalitas HCl 3.4.2 Analisis kandungan protein Bradford 1976 Konsentrasi protein ditentukan menggunakan metode Bovine Serum Albumin BSA sebagai standar. Persiapan pereaksi Bradford dilakukan dengan melarutkan 25 mg comassie brilliant blue G-250 dalam 12,5 ml etanol 95, lalu ditambahkan dengan 25 ml asam fosfat 85 wv. Jika sudah larut dengan sempurna, maka ditambahkan akuades hingga mencapai volume 0,5 l dan disaring dengan kertas saring Whatman No 1 sesaat sebelum digunakan. Konsentrasi protein diukur dengan cara 0,1 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya sebanyak 5 ml pereaksi Bradford diinkubasi selama 5 menit dan diukur dengan spektrofotometer pada λ 595 nm. Larutan standar diberi perlakuan yang sama dengan larutan sampel dengan konsentrasi 0,1 – 1,0 mgml. Tabel komposisi volume larutan dalam pembuatan larutan standar konsentrasi 0,1 – 1,0 mgml dari larutan stok BSA konsentrasi 2 mgml disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Pembuatan larutan standar BSA konsentrasi 0,1 – 1,0 mgml Konsentrasi BSA mgml Volume BSA ml Volume akuades ml 0,1 0,05 0,95 0,2 0,10 0,90 0,3 0,15 0,85 0,4 0,20 0,80 0,5 0,25 0,75 0,6 0,30 0,70 0,7 0,35 0,65 0,8 0,40 0,60 0,9 0,45 0,55 1,0 0,50 0,50

3.4.3 Analisis asam amino AOAC 1995

Pengukuran asam amino dilakukan dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography HPLC. Tahapan meliputi hidrolisis, derivatisasi, dan injeksi. Tahap hidrolisis, sampel ditimbang sebanyak 0,25 – 0,50 gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung 25 ml, setelah itu ditambahkan HCl 6N sebanyak 5 – 10 ml dan dipanaskan selama 24 jam pada suhu 100 o C kemudian disaring. Tahap derivatisasi, sampel diambil 30 ml dan ditambahkan larutan pengering berupa metanol, picolotiocianat, dan triethylamine, setelah itu dikeringkan atau divakumkan. Proses selanjutnya ditambahkan 30 ml larutan derivatisasi berupa metanol, picolotiocianat, dan triethylamine, lalu didiamkan selama 20 menit kemudian ditambahkan bufer 20 ml natrium asetat 1 M. Tahap akhir adalah diinjeksikan ke alat. Larutan standar yang digunakan adalah asam amino standar asam amino murni. Kondisi alat yang digunakan adalah sebagai berikut : Temperatur = suhu ruang Kolom = Pico tag 3,9 x 150 nm Kecepatan alir = 1,5 mlmenit Batas tekanan = 3000 Psi Program = gradien Fase gerak = asetonitril 60 buffer natrium asetat 1M Detektor = UV Panjang Gelombang = 254 nm Perhitungan : Fk BM sampel bobot standar i konsentras standar area luas contoh area luas mgg amino asam x x x = Kadar 3.4.4 Analisis proksimat a Kadar air Apriyantono et al. 1989 Cawan porselen kosong dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o C selama 12 jam. Kemudian cawan tersebut didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya A gram. Selanjutnya cawan tersebut diisi sampel dan ditimbang B gram. Cawan berisi sampel dimasukkan dalam oven pada suhu 105 o C sampai beratnya konstan kurang lebih 16 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan setelah dingin ditimbang C gram. Kadar air dapat dihitung dengan persamaan : 100 x A B C B air Kadar − − = b Kadar abu Apriyantono et al. 1989 Analisis kadar abu dilakukan dengan cara : cawan porselen kosong dipanaskan dalam oven tanur pengabuan selama 30 menit pada suhu 400 o C. Kemudian didinginkan dalam desikator, seteleh dingin ditimbang beratnya A gram. Dilanjutkan penimbangan sampel dan cawan bersama-sama B gram, kemudian dimasukkan dalam tanur pengabuan sampai beratnya tetap warna keabu-abuan. Pengabuan dilakukan dua tahap. Tahap pertama pada suhu 400 o C, dilanjutkan suhu 550 o C sampai bebas dari arang. Setelah itu sampel dan cawan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang beratnya C gram. Kadar abu dihitung dengan persamaan : x100 A B A C abu Kadar − − = c Kadar protein Apriyantono et al. 1989 Sampel ditimbang sebanyak 2 g dan dimasukkan dalam labu Kjeldahl 100 ml, dan ditambahkan 2 buah tablet Kjeldahl, kemudian ditambah 15 ml H 2 SO 4 lalu didestruksi selama ± 30 menit sampai diperoleh cairan hijau jernih. Cairan didinginkan, kemudian ditambah akuades 5 ml dan dipindahkan ke tabung destilasi dengan hati-hati, lalu dibilas lagi dengan akuades 5-10 ml. Selanjutnya ke dalam tabung destilasi ditambahkan 10-12 ml NaOH 60 gram NaOH + 5 g Na 2 S 2 O 3 .5H 2 O dalam 100 ml akuades sampai cairan berwarna coklat kehitaman. Hasil destilasi ditampung dengan gelas erlenmeyer 125 ml yang berisi 10 ml larutan H 3 BO 3 dan 2-3 tetes indikator campuran metil merah dan metil biru. Hasil destilasi ini kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Larutan blanko juga dibuat tanpa menggunakan sampel. Kadar protein dapat dihitung dengan rumus : 100 mg sampel berat 4,007 x1 HCl N x blanko HCl ml sampel HCl ml N x − = Protein = N x 6,25 d Kadar lemak Apriyantono et al. 1989 Labu lemak dikeringkan dalam oven, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang W 1 . Sampel ditimbang 5 g W 2 dimasukkan dalam kertas saring kemudian ditutup dengan kapas. Kertas saring berisi sampel tersebut kemudian dimasukkan dalam alat ekstrak soxhlet lalu dipasang alat kondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut dietil eter dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya. Refluks dilakukan minimal 5 jam sampai pelarut turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Destilasi pelarut yang ada dalam labu lemak ditampung pelarutnya. Selanjutnya labu lemak yang berisi hasil ekstrasi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o C. Setelah dikeringkan sampai berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator, labu lemak ditimbang kembali W 3 . Berat lemak dihitung dengan rumus : x100 g W g W W lemak Kadar 2 1 3 − = e Kadar karbohidrat Karbohidrat dihitung by difference dengan persamaan : Karbohidrat = 100 - kadar abu + kadar air + kadar protein + kadar lemak

3.5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam tahap penelitian ini adalah two level factorial design Box et al. 1979; Montgomery 2001. Tiga parameter atau variabel yang dipilih meliputi tekanan transmembran, suhu dan pH, sedangkan respon yang diukur adalah fluks J dan rejeksi R obs . Sementara itu, batasan taraf nilai variabel yang digunakan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Penentuan taraf nilai variabel yang digunakan Nilai pengkodean dan taraf sebenarnya Parameter -1 0 -1 TMP x1 kPa 345 103,5 552 Suhu x2 o C 30 35 40 pH x3 4 6,5 9 Model rancangan percobaan untuk mengetahui hubungan linier dari variabel tekanan transmembran dan laju alir bahan terhadap respon nilai fluks dan rejeksi diberikan pada persamaan di bawah ini : Y = a o + ∑a i x i + ∑a ij x i x j i ij Keterangan: Y = respon dari masing-masing perlakuan x i ; x j = variabel bebas a o = intersep a i = koefisien regresi orde pertama a ij = koefisien interaksi untuk interaksi variable i dan j

3.6 Penentuan Optimasi Proses