pengusaha mebel ataupun masyarakat disekitarnya yang berhasil dalam usaha mebel tersebut.
Sarana komunikasi merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang penting, dan diperlukan baik antar individu maupun lingkungan antar
masyarakat. Dengan sarana komunikasi yang tersedia di daerah Bibis ini memudahkan warganya untuk memperoleh informasi yang baru. Sarana
komunikasi yang ada di Daerah Bibis antara lain adanya warung telefon wartel sebanyak 5 buah dan warung internet warnet sebanyak 1 buah.
b. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Di Kalurahan Gilingan terdapat prasarana kesehatan seperti puskesmas sebanyak 1 buah, sedangkan daerah Bibis sendiri terdapat posyandu sebanyak
3 buah. Para warga yang sedang sakit biasanya langsung berobat ke puskesmas Gilingan.
Salah satu penunjang kesehatan adalah prasarana olah raga. Hal ini juga terdapat di Daerah Bibis yaitu adanya lapangan bola basket sebanyak 1
buah, dan fitness center sebanyak 1 buah, yang biasanya sering digunakan para remaja khususnya untuk melakukan pertandingan. Sarana olah raga tidak
hanya dibiarkan begitu saja tetapi warga Daerah Bibis juga memanfaatkannya secara optimal. Warga Bibis juga sadar akan kesehatan dan peduli dengan
prestasi olah raga untuk memajukan Daerah Bibis. Hal ini terlihat dengan adanya perkumpulan-perkumpulan olah raga yang digunakan warga untuk
berpartisipasi, yaitu perkumpulan bola basket.
c. Prasarana Tempat Ibadah
Dari data kependudukan yang diperoleh dari Kalurahan Gilingan diketahui warganya tidak hanya beragama Islam tetapi juga ada warga yang
beragama non Islam. Sehingga terdapat perkumpulan agama selain Islam. Di Kalurahan Gilingan tepatnya di daerah Bibis terdapat masjid sebanyak 5 buah
dan mushola sebanyak 2 buah. Sedangkan perkumpulan agama yang terdapat di Daerah Bibis diantaranya majelis ta’lim sebanyak 3 kelompok dengan
anggota 90 orang, remaja masjid sebanyak 2 kelompok dengan anggota 30 orang dan majelis gereja sebanyak 1 kelompok dengan anggota 25 orang.
B. Sejarah Perkembangan Pasar Mebel
1. Sejarah Berdirinya Pasar Mebel
Menurut Bapak Gunawan Wawancara, 26 Mei 2009 , sejarah berdirinya pasar Mebel di Solo memang cukup panjang. Diawali dari 40
pedagang pengecer yang tersebar di hampir seluruh sudut kota Solo, seperti : Perlimaan 15 Balapan, Sekitar pasar Ngapeman, Di jalan Triwindu Jl.
Teuku Umar, Sekitar perempatan 14 Pasar Pon, Purwosari dan daerah Gading. Kesemua pedagang mebel akhirnya dikumpulkan di daerah Kepatihan
depan Kejaksaan Negeri Surakarta. Dalam mendirikan sebuah pasar khususnya pasar mebel di daerah
Bibis ini terdapat seseorang yang mulai mengawali usaha mebel atau sebagai perintis pasar mebel. Karena awal berdirinya itu dilakukan oleh para pedagang
pengecer mebel, maka pendirinya pun juga dari pedagang tersebut. Menurut Bapak Muttamin Wawancara, 21 Mei 2009 bahwa pendiri pasar mebel
yang sampai sekarang masih hidup adalah Bapak Hadi Tukijan, Ibu Hj. Siti Kartini, Ibu Sulastri, Ibu Parman, Ibu Dora, Ibu Ratmi dan Ibu Sugeng.
Sedangkan pendiri pasar mebel yang sudah meninggal diantaranya, Bapak Khumaidi, Bapak Mukhlas, Bapak Cipto, Bapak Asmo, Ibu Narso, Ibu Loso,
Ibu Rebo, Ibu Citro, Ibu Mitro dan Ibu Bei Harjasameto. Pasar mebel Bibis merupakan pindahan dari Kepatihan, maka pedagang atau pengusahanya
sebagian merupakan pendatang dari luar Solo dan sebagian asli warga Bibis. Dahulu Bibis ini daerah kuburan yang sangat angker dan di Bibis sendiri
awalnya sudah ada tradisi yang sering dilakukan setiap bulan Suro yaitu upacara bersih desa Bibis Kulon dengan mengadakan pertunjukkan wayang
kulit semalam suntuk. Secara tidak langsung sebagai warga pendatang harus mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan tiap tahunnya di Bibis
Kulon. Pada Tahun 1961 sewaktu Presiden Soekarno akan meninjau ke
Wonogiri melewati kota Solo, maka pedagang mebel yang berserakan di