50 mampu menggerakkan perekonomian daerah dimana usaha peternakan tersebut
berlangsung. Sasaran dalam aspek sosial dan ekologi dianggap akan tercapai apabila
sasaran dalam aspek ekonomi telah mampu dipenuhi. Peningkatan pendapatan peternak yang diiringi laju perekonomian yang stabil diharapkan akan mampu
menstimulasi peternak untuk meningkatkan kapasitas usahanya yang berimbas terhadap peningkatan lapangan pekerjaan. Pengerahan sumberdaya yang ada
dengan optimal untuk pengembangan peternakan yang pada akhirnya dapat mewujudkan sapi perah sebagai icon daerah. Prioritas sasaran secara global
yang ingin dicapai dalam pengembangan peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua disajikan dalam Tabel 26.
Tabel 26. Prioritas Global Sasaran Pengembangan Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Cisarua
No. Elemen
Bobot Prioritas
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. Meningkatnya Pendapatan Peternak
Meningkatnya Lapangan Pekerjaan Terwujudnya Optimalisasi Pemanfaatan SDA
Meningkatnya Perekonomian Daerah Meningkatnya Taraf Gizi Masyarakat
Terciptanya Peternakan yang zero waste Mewujudkan Sapi Perah Sebagai Icon Daerah
0,370 0,178
0,131 0,123
0,089 0,065
0,044 1
2 3
4 5
6 7
5.3.2 Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Perah
Berkaitan dengan sasaran yang ingin dicapai dalam aspek ekologi, sosial dan ekonomi terdapat beberapa alternatif strategi pengembangan peternakan
yang dapat dilakukan yaitu: 1 peningkatan kapasitas kelembagaan [LEMBAGA]; 2 perluasan akses peternak terhadap permodalan [MODAL]; 3 peningkatan
kerjasama dalam akses pemanfaataan lahan [KRJSM]; 4 perluasan target pasar [PASAR]; 5 peningkatan kualitas dan kuantitas produksusu [PRODUK];
dan 6 peningkatan kualitas SDM peternak [SDM_PET]. Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing alternatif strategi.
a. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Selama ini peternak di Kecamatan Cisarua telah memiliki kelembagaan yang muncul dan timbul karena profesi mereka sebagai
peternak yang bertujuan untuk mempermudah pemenuhan keperluan
51 mereka sebagai peternak. Umumnya kelompok-kelompok peternak ini telah
dijalankan secara modern walaupun masih terdapat kekurangan yang memerlukan penyempurnaan. Peningkatan kapasitas kelembagaan peternak
ini sangat diperlukan karena organisasi tingkat peternak ini merupakan lembaga yang sangat mumpuni untuk menjadi wadah atau saluran
pembangunan terkait peternakan bahkan sarana paling tepat untuk percepatan pembangunan di pedesaan. Berpijak pada realita semacam
inilah maka pemerintah melalui instansi terkait perlu membina serta meningkatkan
kinerja lembaga
kemasyarakatankelompok-kelompok peternak modern dalam rangka pelaksanaan program pembangunan
peternakan dengan pertimbangan bahwa kelompok-kelompok peternak modern yang dibina pemerintah yang memang dirancang secara khusus
untuk kegiatan pembangunan peternakan akan lebih memberikan peluang besar dalam keberhasilan pembangunan itu sendiri.
Uphoff 1986 memberikan gambaran bahwa selama kurun waktu yang panjang lembaga donor internasional mengakui akan pentingnya
pengembangan kelembagaan untuk mencapai tujuan pembangunan. AUSAID dan Bank Dunia telah memberikan pembuktian terhadap
pentingnya pengembangan kelembagaan ini, bahkan seringkali proyek yang mengabaikan pengembangan kelembagaan berakhir pada kegagalan.
Sebagian besar lembaga donor hanya berkonsentrasi pada pengembangan kelembagaan di tingkat pusat saja. Pemerintah dipandang sebagai sebuah
lembaga yang paling mudah disentuh serta merupakan lembaga yang telah memiliki kemampuan dalam manajemen organisasi. Lembaga di tingkat lokal
dianggap sebagai bagian “nomor dua” saja dibandingkan lembaga di tingkat pusat atau nasional. Lembaga lokal ini hanya memainkan sedikit peran serta
mendapatkan alokasi sumberdaya yang sangat terbatas. Lebih jauh Israel 1990 mengungkapkan bahwa pengembangan
kelembagaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap proyek pembangunan yang didanai oleh Bank Dunia. Selain membangun dalam
bentuk sarana dan prasarana fisik, terdapat cakupan lain yang termasuk dalam aspek pengembangan kelembagaan, walaupun masih sangat kecil.
Berbeda halnya apabila proyek pembangunan tersebut bersifat investasi di bidang jasa seperti penyuluhan pertanian, kesehatan atau pendidikan,
muatan pengembangan kelembagaan menjadi bagian yang menjadi
52 perhatian besar. Kesulitan yang dihadapi disini adalah pembangunan fisik
ternyata jauh lebih mudah dibandingkan dengan pengembangan kelembagaan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa komponen fisik pada
suatu program pembangunan memiliki tingkat keberhasilan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan komponen pembangunan kelembagaan.
Pembinaan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor untuk meningkatkan peran kelembagaan peternakan di Cisarua perlu terus dilakukan tanpa harus
menciptakan ketergantungan
pada pemerintah.
Selain dilakukan
pemerintah, penguatan
kelembagaan dapat
juga dilakukan
oleh BUMNBUMD dan swasta seperti LSM dan yayasan. Tujuan utamanya
adalah agar setiap lembaga mampu melayani para peternak dengan relatif mudah dan lancar secara berkesinambungan. Penerapan prinsip-prinsip
efisiensi fungsi-fungsi manajemen administrasi, manajemen produksi dan distribusi, manajemen pelayanan, manajemen kontrol, manajemen supervisi,
manajemen sumberdaya manusia dan manajemen informasi kelembagaan mutlak diperlukan. Peningkatan kapasitas kelembagaan peternakan sapi
perah dapat dilakukan melalui :
1.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam kelompok peternak sapi perah sehubungan dengan perkembangan
teknologi, permasalahan dan kebutuhan para peternak. Pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan adalah mengenai peningkatan produksi dan
kualitas produk, teknologi pakan, kelembagaan dan finansial.
2.
Peningkatan peran
serta kelembagaan penyuluhan
peternakan sehingga mampu menyentuh langsung kebutuhan peternak dengan
melibatkan peternak secara lebih aktif. Model penyuluhan mandiri dimana peternak berperan sebagai pelaku aktif perlu terus ditingkatkan
peranannya. Jumlah dan kualitas penyuluh yang memiliki kemampuan di bidang analisis produksi dan pemasaran serta sebagai mediator ke
berbagai lembaga keuangan dan pendidikanpelatihan perlu terus ditingkatkan.
3.
Peningkatan kualitas manajemen koperasi yang ada, dalam hal ini KUD Giri Tani, khususnya peningkatan kualitas sumberdaya manusia para
pengurus dan manajer dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak. Peran para pengurus kelompok peternak yang tergabung
53 dalam koperasi perlu diberdayakan terutama untuk meningkatkan posisi
tawar dalam memperoleh pelayanan kredit dan pemasaran hasil. 4. Peningkatan peran lembaga-lembaga perbankan dalam pelayanannya
kepada peternak secara optimum. Saat ini telah terdapat dua bank yaitu Bank Mandiri dan BRI yang terlibat aktif dalam penyaluran Kredit Usaha
Rakyat KUR dari pemerintah kepada peternak sapi perah di Cisarua. Secara nasional, Bank Mandiri pada tahun 2011 menargetkan
penyaluran KUR sebesar Rp. 3 triliun dan BRI menargetkan sebesar 2,5 triliun.
b. Perluasan Akses Peternak Terhadap Permodalan