30 Jika pemeliharaan ternak dimaksimalkan sesuai kapasitas kandang, maka
maksimal populasi sapi perah yang bisa ditambah adalah sekitar 490 ST.
Kepemilikan Lahan HMT
Sebanyak 46peternak menyisihkan lahan yang dimiliki untuk dijadikan kebun HMT. Rata-rata luasan lahan yang dialokasikan adalah 2.000 m
2
yang hanya mencukupi kebutuhan HMT untuk 1,8 STtahun. Sebagian besar
kebutuhan HMT lebih banyak dipenuhi dengan cara mencari dan mengarit sendiri di lahan tegalan, hutan dan perkebunan.
5.1.2 Kondisi Peternak Sapi Perah
Aktivitas suatu usaha peternakan bertujuan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal bagi pelaku usaha. Kemampuan pengelolaan usaha yang baik
memiliki peran yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Indikator kemampuan manajerial seorang peternak dapat dilihat dari kemampuan
pengelolaan usaha ternak secara kuantitas maupun kualitas. Kemampuan sumberdaya peternak sangat berkaitan dengan umur peternak, tingkat
pendidikan, pengalaman beternak dan pendapatan.
Umur Peternak
Umur peternak mencerminkan kemampuan fisik dan berpikir seorang peternak dalam mengelola usaha ternak yang ditekuninya. Usaha ternak sapi
perah memerlukan intensitas pengelolaan yang kontiniu dan curahan tenaga fisik yang relatif besar seperti pembersihan kandang, pemerahan dan pencarian
pakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa umur peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua berkisar antara 21-65 tahun. Kelas umur peternak
melalui pendekatan statistik Walpole, 1995 ditunjukkan dalam Tabel 14. Tabel 14. Kelompok Umur Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua
Kelas Umur Peternak tahun
Jumlah Responden orang
Persentase Jumlah Peternak 21-25
26-30 31-35
36-40 41-45
1 1
1 4
7 3,57
3,57 3,57
14,29 25,00
31 Kelas Umur Peternak
tahun Jumlah Responden
orang Persentase Jumlah Peternak
46-50 51-55
56-60 61-65
65 8
2 2
1 1
28,57 7,14
7,14 3,57
3,57
Ket: umur 21-35 = sangat produktif , 36-50 = produktif, 51-65 = kurang produktif, umur 65 = tidak produktif
Tabel tersebut menunjukkan bahwa peternak di Cisarua didominasi oleh peternak usia produktif 67,86 yang sangat potensial dalam mengembangkan
usahanya. Makin muda umur peternak, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahaternaknya, sehingga mampu bekerja lebih kuat
dari peternak yang umurnya tua. Selain itu peternak yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi
kemajuan usahaternaknya.
Tingkat Pendidikan Peternak
Sumberdaya manusia pada prinsipnya mengandung modal manusia dan modal sosial. Modal manusia merupakan modal yang dapat digunakan untuk
memproduksi sesuatu sedangkan modal sosial adalah bentuk sosial seperti struktur sosial dan hubungan sosial. Pendidikan pada prinsipnya adalah suatu
proses pembelajaran yang di dalamnya terkandung pesan berupa stimulus ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas modal manusia. Sebaran tingkat
pendidikan peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua ditunjukkan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Keragaan Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
orang Persentase Jumlah Peternak
Tidak Bersekolah SD
SMP SMA
PT 16
6 5
1 57
21 18
4
32 Tabel 15 memperlihatkan bahwa sebagian besar 57 dari peternak
memiliki tingkat pendidikan formal hanya sampai tingkat SD. Rendahnya tingkat pendidikan ini bisa menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan
peternakan sapi perah selanjutnya karena tingkat pendidikan peternak berperan terhadap kemampuan dalam menyerap teknologi baru, pengetahuan-
pengetahuan baru dan dalam pengambilan keputusan yang baik untuk usaha ternak sapi perah atau pemasaran hasil produksinya.
Pengalaman Beternak
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh responden telah memiliki pengalaman beternak lebih dari lima tahun. Selain itu usaha peternakan
sapi perah di Kecamatan Cisarua umumnya diusahakan oleh peternak sebagai usaha pokok 95. Ini berarti bahwa peternak sapi perah di Cisarua telah
menekuni usahanya sejak lama dan menjadikannya sebagai penopang utama dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Penghasilan Peternak
Berdasarkan data penjualan susu ke PT. Cimory sepanjang tahun 2010 diperoleh harga susu rata-rata sebesar Rp.3.844,31kg. Kisaran penghasilan
bersih peternak dari penjualan susu dapat diprediksi berdasarkan formula berikut:
P = K ∑Pop Pr Mlt12
Keterangan: P
= Penghasilan bersih Rpbulan K
= Keuntungan per liter susu Rp Pop
= Populasi induk laktasi ekor Pr
= Produksi susu per ekor per hari liter Mlt
= Masa laktasi dalam setahun hari Berdasarkan formula tersebut diperoleh penghasilan bersih peternak dari
penjualan susu sebagaimana disajikan dalam Tabel 16.
33 Tabel 16. Penghasilan Bersih Peternak dari Penjualan Susu
Jumlah Kepemilikan
Induk ekor
Harga Pokok Produksi
Rpliter Keuntungan
Per Liter Susu Rp
Penghasilan Bersih Peternak
Rpbulan 6
6-10 10
2.536,74 2.232,22
2.107,57 1.307,57
1.612,09 1.736,74
≤ 1.618.118 2.176.322 - 3.627.203
≥ 5.158.118
Ket: = Sumartini 2010
Penghasilan dari usaha peternakan lainnya dapat diperoleh dari penjualan kotoran ternak dan pedet. Harga kotoran ternak yang belum diolah sebesar
Rp.100kg sedangkan jika diolah menjadi kompos yang sudah dikemas dapat dijual seharga Rp.2.500kg. Pedet jantan yang dihasilkan oleh peternak
umumnya dijual pada saat lepas sapih dengan harga sekitar Rp. 3.000.000ekor sedangkan untuk pedet betina sebagian peternak 68 terus memeliharanya
untuk dijadikan induk dan 32 peternak menjualnya saat lepas sapih dengan harga berkisar Rp.4.000.000
– Rp. 4.500.000 ekor.
5.1.3 Kondisi Kelembagaan Peternak Kelompok Peternak