I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bisnis ikan lele dumbo Clarias sp. mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat terhadap ikan lele dumbo untuk
keperluan konsumsi. Dilaporkan bahwa kebutuhan pasokan lele untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya mencapai 100 ton per hari. Hal ini belum termasuk
kebutuhan lele pada daerah-daerah serapan lele yang potensial semisal di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara itu, kebutuhan pasokan lele untuk
pasar luar negeri juga masih terbuka luas, khususnya tujuan ekspor ke Amerika Serikat
1
. Pakan merupakan salah satu aspek yang dominan, mengingat kebutuhan
biaya untuk pakan mencapai lebih dari 50 dari keseluruhan biaya proses budidaya ikan lele dumbo. Salah satu komponen penting dalam pakan adalah
protein, baik dilihat dari pertumbuhan maupun biaya pakan secara total. Pakan lele saat ini memiliki kadar protein sekitar 32, lebih tinggi dari pakan jenis
catfish lainnya. Menurut Robinson 2002, bahwa pakan untuk channel catfish Ictalurus punctatus berkadar 28. Mengingat hal itu, ada peluang untuk
menurunkan kadar protein pakan dan dengan tetap mempertahankan energi. Ikan memerlukan protein 30-50 dalam pakannya, tergantung spesiesnya.
Suhenda 1988 melaporkan bahwa pakan dengan kadar protein 40 dan kandungan energi DE 3.000 kkalkg dapat digunakan untuk budidaya Clarias
batrachus dengan bobot 1,5 g. Sementara Rebegnatar dan Hidayat 1992 menyatakan bahwa benih ikan lele dengan bobot rata-rata 1,22-1,56 g
membutuhkan rasio energi-protein di bawah 9,23-9,83 kkalg protein dengan kadar protein 30,99. Pakan untuk ikan jenis catfish yang mengandung 32
protein dengan kandungan energi DE 2600-2800 kkalkg cukup untuk memenuhi kebutuhannya Halver, 2002.
Pakan dengan kandungan presentase protein yang berbeda pada spesies yang sama dapat mencapai pertumbuhan yang optimal, sebagaimana yang
disajikan pada Tabel 1. Pakan berkadar protein lebih rendah pada ikan lele yang
1
Majalah Trobos. 2007. Bertopang masa depan pada lele. Edisi Oktober.
diimbangi dengan kandungan energi tertentu dapat menghasilkan pertumbuhan yang sama dengan pakan berkadar protein lebih tinggi.
Tabel 1 Persentasi protein pakan pada beberapa jenis ikan
No. Nama ikan Kandungan
protein DEg
proteinkkalg Sumber
1a. Baung Mystus
nemurus 29,1 wb
11,5 Kurnia 2002
1b. 35 db
8,11 Suryanti 2003
2a. Patin Pangasius
hypopthalmus 35 db
7,5 Suhenda 1997
2b. 35,4 db
8,43 Subamia 2003
2c. 36 db
7,4 – 8,4
Tobuku 2008 2d.
30 db 9,0
Syamsunarto 2008
3a. Channel catfish
Ictalurus punctatus 32
10,3 Robinson 2002
3b. 28
11,8 Robinson 2002
4a. Lele Clarias
batrachus 40
Suhenda 1988 4b.
30,99 9,23-9,83
Rebegnatar dan
Hidayat 1992 Penambahan suatu nutrien dalam pakan berkadar protein rendah
diperlukan guna meningkatkan mutu pakan, diantaranya adalah tepung hati cumi. Tepung hati mengandung semua asam amino esensial yang sangat diperlukan
tubuh, terutama lisin untuk pertumbuhan Kruezer, 1986. Alberto et al. 2006, menyatakan bahwa tepung hati cumi dapat digunakan sebagai atraktan pada
Litopenaeus vannamei dengan jumlah 0,5 dan 1,0 dalam pakan. Berdasarkan hal tersebut, penambahan tepung hati cumi diduga dapat meningkatkan mutu
pakan yang berkadar protein rendah. Oleh karena itu perlu diformulasikan pakan buatan untuk ikan lele dumbo berkadar protein rendah yang mengandung tepung
hati cumi.
1.2 Tujuan Penelitian