Analisa Kimia Analisa Statistik Hasil

Amonia dan CO 2 yang diproduksi serta oksigen yang dikonsumsi ikan uji diukur setelah pengukuran kecernaan pakan. Ikan uji pada setiap perlakuan terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam, kemudian ditimbang bobotnya. Pada waktu pengukuran akan dilakukan, ikan diberi pakan sampai kenyang. Kemudian dipindahkan ke wadah yang telah berisi air dan telah diaerasi selama 24 jam. Sampel air diambil setiap jam dan dilakukan selama lima jam, selanjutnya diukur kadar amonia, CO 2 dan O 2 . Selama pengukuran berlangsung, aerasi dimatikan dan ikan tidak diberi makan. Kualitas air dijaga agar tetap baik dengan cara melakukan penyiponan seperlunya untuk mengurangi jumlah kotoran yang ada dan menggantinya dengan air hijau yang telah disaring sebanyak 15-20.

3.4 Analisa Kimia

Analisa kimia yang dilakukan meliputi analisa proksimat pakan uji, tubuh ikan di awal Lampiran 2 dan akhir pemeliharaan Lampiran 3, serta beberapa parameter kualitas air. Analisa proksimat pakan uji meliputi pengukuran kadar protein, lemak, serat kasar, abu dan air. Sedangkan analisa proksimat tubuh ikan meliputi pengukuran kadar air, kadar protein, kadar lemak dan abu. Pada awal penelitian diambil 6 ekor ikan sampel, dan pada akhir penelitian diambil 3 ekor ikan tiap ulangan untuk dilakukan analisa proksimat. Seluruh analisa proksimat dilakukan dengan mengikuti prosedur sesuai dengan Takeuchi 1988. Parameter kualitas air yang diukur meliputi oksigen terlarut DO, suhu, dan derajat keasaman pH dengan membrane electrodamethode, dan ammonia NH 3 dengan spectrofotometri methode. Selama percobaan berlangsung, parameter kualitas air relatif seragam untuk semua perlakuan. Suhu air tercatat berkisar 29-30 o C; oksigen terlarut 2,85-3,86 ppm; pH air 6,94-7,90; dan ammonia 0,001- 0,028 ppm.

3.5 Analisa Statistik

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Parameter yang diuji secara statistik adalah jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak dan kecernaan pakan percobaan. Parameter uji tersebut secara rinci disajikan dalam Lampiran 4. Untuk mengetahui pengaruh pakan uji terhadap setiap peubah yang diukur tersebut digunakan analisis ragam ANOVA. Jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS ver.16 for windows. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil penelitian terhadap empat jenis pakan uji dengan kadar protein berbeda 28 yang mengandung tepung hati cumi, 28, 30 dan 32 menunjukkan adanya pertumbuhan pada ikan lele dumbo. Perubahan bobot biomassa ikan lele dumbo setelah 60 hari terlihat pada Gambar 2. Penambahan bobot biomassa akhir rata-rata pada perlakuan pakan dengan kadar protein 28 yang mengandung tepung hati cumi sebesar 5,7 kali lipat atau tumbuh sebesar 39,3 gram, perlakuan pakan dengan kadar protein 28 tanpa penambahan sebesar 4,9 kali lipat atau tumbuh sebesar 32,4 gram. Perlakuan pakan dengan kadar protein 30 tumbuh 5,8 kali lipat atau tumbuh sebesar 40,3 gram. Sedangkan perlakuan dengan kadar protein 32 tumbuh sebesar 7,7 kali lipat atau tumbuh sebesar 56,6 gram. 10 20 30 40 50 60 70 80 P e ru b a h a n b o b o t ra ta -r a ta i n d iv id u i k a n g 8.4 8.4 8.4 8.4 47.71 40.81 48.7 64.95 B C D E Perlakuan Aw al Akhir Gambar 2. Perubahan bobot rata-rata individu ikan lele dumbo perlakuan pakan A protein 28, mengandung tepung hati cumi, B protein 28, C protein 30, dan D protein 32. Berdasarkan penelitian yang dilakukan juga didapatkan hasil-hasil penelitian yang meliputi kelangsungan hidup, jumlah konsumsi pakan, retensi protein, A B C D retensi lemak, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan dan kecernaan pakan yang akan disajikan secara berturut-turut pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 4 Rata-rata jumlah konsumsi pakan JKP, kelangsungan hidup SR, retensi protein RP, retensi lemak RL, laju pertumbuhan harian LPH, efisiensi pakan EP dan kecernaan pakan KP Parameter Perlakuan pakan A B C D JKP g 2176,6±59,6 a 2243,8±22,6 a 2262,9±158,8 a 2508,1±77,1 b SR 100,0±0,0 a 99,1±1,7 a 99,1±1,7 a 99,1±1,7 a RP 34,1±2,0 a 29,1±1,3 a 32,5±3,5 a 41,0±4,9 b RL 74,72±5,1 a 59,81±7,4 a 69,42±11,9 a 56,9±10,9 a LPH 2,9±0,1 b 2,7±0,1 a 2,9±0,1 b 3,5±0,2 c EP 63,2±3,4 b 50,4±4,5 a 62,6±6,9 b 78,5±7,6 c KP 55,9±5,4 a 49,8±6,5 a 70,9±2,9 b 71,4±1,4 b Ket: 1 Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata p0.05. 2 Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi. Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan pada beberapa parameter biologi pertumbuhan ikan lele dumbo, yaitu jumlah konsumsi pakan, retensi protein, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan dan kecernaan pakan. Sedangkan parameter kelangsungan hidup ikan lele dumbo dan retensi lemak tidak berbeda nyata. Adapun hasil uji dari pengamatan parameter yang diukur disajikan pada Lampiran 5 sampai dengan Lampiran 7. Hasil pengamatan terhadap koefisien respirasi KR dan ekskresi amonia disajikan pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5 Koefisien respirasi KR dan ekskresi amonia ikan lele dumbo setiap perlakuan Parameter Pakan perlakuan A B C D Koefisien respirasi 1,073±0,047 1,026±0,082 0,998±0,045 0,713±0,015 Ekskresi amonia mgNH 3 gjam 0,014±0,002 0,011±0,004 0,013±0,001 0,009±0,003 Ket: 1 Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi. Tabel 5 menunjukkan bahwa koefisien respirasi perlakuan A, B, dan C relatif sama yaitu sebesar 1,0. Hal ini diduga karena sebagian besar karbohidrat dikatabolisme untuk menghasilkan energi. Sedangkan pada perlakuan D diduga bahwa sebagian besar lemak dikatabolisme untuk menghasilkan energi yang dibuktikan dengan nilai koefisien respirasi sebesar 0,7. Ekskresi amonia yang relatif lebih tinggi dihasilkan oleh perlakuan A, B, dan C, sedangkan yang terendah adalah perlakuan D. Hal ini berarti bahwa asam amino yang diserap dan dimanfaatkan untuk sintesis tubuh pada perlakuan pakan berkadar protein 32 lebih efektif dari pada perlakuan lainnya.

4.2 Pembahasan