Koefisien Respirasi Pakan Uji Wadah dan Media Pemeliharaan Ikan

pakan, keberadaan energi non-protein rasio protein energi, kualitas protein bahan pakan dan kondisi lingkungan hidupnya pH dan temperatur. Tingkat toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH dan temperatur lingkungan perairan, dimana konsentrasi amonia meningkat dengan meningkatnya pH dan temperatur. Lingkungan yang mempunyai konsentrasi amonia tinggi dapat menyebabkan ikan stress, menghambat pertumbuhan dan dapat menyebabkan kematian ikan Jobling, 1994; Degani et al., 1985. Tingkat toleransi hewan akuatik terhadap amonia berbeda dan bergantung pada spesies, kondisi lingkungan hidupnya. Secara umum konsentrasi amonia dalam air tidak boleh lebih dari 1 mgl. Konsentrasi amonia sebesar 0,4-2 mgl dalam waktu singkat dapat menyebabkan kematian pada ikan Ming, 1985.

2.5 Koefisien Respirasi

Koefisien respirasi KR merupakan perbandingan antara CO 2 yang diproduksi ikan dan O 2 yang dikonsumsi, yang menggambarkan jenis nutrien yang dipakai dan dimanfaatkan ikan pada proses metabolisme untuk menghasilkan energi. Nilai KR untuk metabolisme karbohidrat adalah 1,0; protein 0,8 dan lemak 0,7 Eckert, 1989. Ikan yang dipuasakan akan merombak lemak tubuh sehingga KR-nya menjadi 0,7 sementara ikan yang sedang membakar makro nutrien karbohidrat, lemak, dan protein dari ransum pemeliharaan, KR-nya menjadi 0,85. Sementara itu ikan yang sedang mengalami pertumbuhan dimana berkaitan dengan penyimpanan lemak dan protein dalam jaringan atau alat-alat reproduksi KR-nya sebesar 1,0 Huisman et al., 1987. Menurut Suryaningsih 1997 bahwa koefisien respirasi pada ikan gurame yang diberikan pakan dengan kandungan energi berturut-turut 6, 8 dan 10 kkal DEgr protein adalah 1,09 ; 0,84 dan 0,81. Ia menyarankan agar pakan dengan perlakuan 10 kkal DEgr protein dapat dipertimbangkan sebagai pakan terbaik, jika faktor lingkungan menjadi faktor pertimbangan dalam budidaya ikan gurame. III BAHAN DAN METODE

3.1 Pakan Uji

Penelitian ini terdiri atas empat jenis perlakuan pakan buatan dengan kadar protein berbeda berat basah dan kadar air 10 dan mengandung energi sebesar 2487,16-2598,38 kkal DEkg. Komposisi pakan disajikan dalam Tabel 2. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Perlakuan pakan uji tersebut adalah: 1. Perlakuan A : Pakan uji yang menggunakan 28 protein mengandung tepung hati cumi 2. Perlakuan B : Pakan uji yang menggunakan 28 protein 3. Perlakuan C : Pakan uji yang menggunakan 30 protein 4. Perlakuan D : Pakan uji yang menggunakan 32 protein

3.2 Wadah dan Media Pemeliharaan Ikan

Wadah yang digunakan adalah akuarium sebanyak 12 buah dengan ukuran 100 x 50 x 50 cm. Masing-masing akuarium diberi aerasi. Untuk menjaga kestabilan suhu digunakan lampu 60 dan 100 watt yang dimasukkan di dalam kardus tertutup rapat yang diletakkan di tengah-tengah ruangan dan di atas akuarium yang dipakai seperti yang terlihat di Gambar 1. Lebih jelas digambarkan pada denah ruang penelitian yang terdapat pada Lampiran 1. Suhu air selama pemeliharaan berkisar antara 29-30 o C. Air yang digunakan adalah air hijau dan ditampung terlebih dahulu dalam bak tandon kemudian diaerasi kuat selama 24 jam untuk meningkatkan oksigen. Pengaturan dan penempatan wadah perlakuan dilakukan secara acak. Pakan dibuat dengan kandungan nutrien sesuai dengan formulasi perlakuan. Sebelum diujikan terhadap ikan, pakan uji dianalisis proksimat terlebih dahulu dan hasilnya disajikan pada Tabel 3.

3.3 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data