1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: a. Menganalisis pengaruh pakan berkadar protein rendah yang mengandung
tepung hati cumi dalam mendukung kinerja pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan lele dumbo Clarias sp.
b. Mengkaji perbandingan pengaruh pakan berkadar protein rendah yang mengandung tepung hati cumi dengan pakan berkadar protein lebih tinggi
terhadap kinerja pertumbuhan ikan lele dumbo Clarias sp.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi tentang pengaruh pakan berkadar protein rendah yang mengandung tepung hati cumi dalam kinerja
pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan lele dumbo.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah formulasi pakan berkadar protein rendah yang mengandung tepung hati cumi dapat mengimbangi
kinerja pertumbuhan dan efisiensi ikan lele dumbo yang diberikan pakan berkadar protein lebih tinggi.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Protein dan Energi
Protein merupakan molekul kompleks yang terdiri atas asam amino essensial dan asam amino non essensial. Asam amino essensial dan asam amino
non essensial sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Oleh karena itu protein merupakan kunci utama dalam pertumbuhan ikan. Ikan membutuhkan
protein untuk pemeliharaan tubuh, penggantian jaringan yang rusak, dan pembentukan jaringan atau penambahan protein tubuh Furuichi, 1988. Menurut
Pearson 1988 bahwa protein merupakan komponen dasar dalam jaringan tubuh hewan dan merupakan nutrien yang paling penting untuk pertumbuhan serta
pertahanan tubuhnya. Menurut Pandian 1989 bahwa kebutuhan protein dan pertumbuhan
memiliki hubungan yang linear. Oleh karena itu, ketersediaan protein dalam pakan sangatlah diperlukan untuk pertumbuhan jaringan. Kebutuhan protein ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran ikan, suhu air, tingkat pemberian pakan feeding rate, ketersediaan dan kualitas pakan, serta energi yang akan
dicerna dalam pakan Watanabe, 1988. Kebutuhan protein menurun seiring dengan bertambahnya umur dan ukuran ikan, namun meningkat seiring dengan
peningkatan suhu air Halver, 2002. Lovell 1989 menyatakan bahwa protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi jika energi dari lemak dan
karbohidrat tidak cukup, serta sebagai penyusun utama enzim, hormon, dan antibodi.
Keseimbangan protein dan energi sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ikan, kelebihan atau kekurangan energi dapat menyebabkan
penurunan laju pertumbuhan NRC, 1983. Pakan yang mempunyai kadar protein yang tinggi belum tentu dapat mempercepat pertumbuhan apabila total energi
pakan rendah. Energi pakan terlebih dahulu digunakan untuk kegiatan metabolisme standar seperti respirasi, transpor ion dan pengaturan suhu tubuh
serta aktivitas tubuh lainnya. Energi non protein berasal dari lemak dan karbohidrat. Jika energi dari lemak dan karbohidrat sudah cukup, maka protein
pakan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan. Hubungan antara
karbohidrat dan protein dikenal sebagai protein sparing effect dari karbohidrat NRC, 1983. Jika energi dari sumbangan energi non protein tidak digunakan
sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas tersebut menyebabkan pertumbuhan berkurang. Dengan kata lain, pertambahan energi non protein dapat
meningkatkan fungsi protein dalam menunjang pertumbuhan ikan Furuichi, 1988. Pemberian protein dalam pakan ikan harus memperhatikan keseimbangan
energi protein sebab peningkatan protein tanpa memperhatikan keseimbangan energi dapat menurunkan pertumbuhan Lovell, 1989.
Suhenda 1988 melaporkan bahwa pakan dengan kadar protein 40 dan kandungan energi DE 3.000 kkalkg dapat digunakan untuk budidaya Clarias
batrachus dengan bobot 1,5 g. Lovell 1989 menambahkan bahwa rasio optimum digestible energy DE protein untuk tingkat pertumbuhan maksimum channel
catfish berukuran 3-250 g adalah 10-11 kkal DEg protein. Rebegnatar dan Hidayat 1992, menyatakan bahwa benih ikan lele dengan bobot rata-rata 1,22-
1,56 g membutuhkan rasio energi-protein di bawah 9,23-9,83 kkal DE g protein dengan kadar protein 30,99. Mokoginta 1997 menunjukkan bahwa benih
gurame membutuhkan protein sebesar 43,29 dengan CP 8 kkal DEg protein untuk pertumbuhannya. Selanjutnya dari penggunaan tepung ikan TI dan tepung
bungkil kedelai TBK diperoleh hasil bahwa pertumbuhan terbaik dicapai dengan menggunakan TI dan TBK dengan perbandingan 3 : 1. Ikan berukuran 25-30 g
membutuhkan protein 32 dan CP 8 kkal DEg protein. Hasil penelitian Suhenda 1997 menunjukkan bahwa pakan dengan kadar protein 35 memberikan hasil
yang terbaik pada benih ikan jambal siam Pangasius hypophthalmus. Kurnia 2002 menunjukkan bahwa pakan dengan kadar protein 29,1
dan rasio energi protein 11,5 kkal DEg menghasilkan efisiensi pakan dan laju pertumbuhan tertinggi pada benih ikan baung Mystus nemurus, C.V. Benih ikan
patin jambal P. djambal ukuran 7,6 g yang diberi pakan dengan kadar protein 35 lemak 6,25 dan karbohidrat 36,14 serta rasio energi-protein 7,5 kkalg
protein juga dapat tumbuh secara optimum Suhenda et al., 2003. Benih ikan baung Mystus nemurus ukuran 0,28 g membutuhkan pakan yang mengandung
protein 35, lemak 12,91 dan karbohidrat 32,99 dengan rasio energi protein 8,11 kkal DEg protein untuk mencapai pertumbuhan optimumnya Suryanti et
al., 2003. Subamia et al. 2003 menyatakan bahwa pakan yang mengandung protein 35,4, lemak 4 dan karbohidrat 43,86 dengan rasio energi-protein
8,43 kkal DEg protein menghasilkan pertumbuhan optimum benih jambal Siam P. hyphophtalmus ukuran 1,52 g.
Hasil penelitian Ali et al. 2005 menunjukkan bahwa penampilan terbaik african catfish, C. gariepinus dengan pakan yang mengandung 43 protein,
21,2 kJg GE protein, gross energi dan 20,5 mg PE ratio. Sementara Sa et al. 2006 melaporkan bahwa pakan dengan protein 38-42 dan PE ratio 20 g
protein MJ disarankan untuk white sea bream juvenil D. sargus . Penampilan terbaik dan protein sparing telah ditemukan pada 35 protein and 325 kkal
digestible energi100 g pada hybrid Clarias catfish Clarias macrocephalus × Clarias gariepinus Jantrarotai, 2007. Ali et al. 2007 melaporkan bahwa
optimum PE proteinenergi ratio untuk O. niloticus pada 18,96 g protein per mega joule dari gross energi pada 36 protein. Sementara Okorie 2007
melaporkan bahwa protein optimum yang disarankan pada juvenil japanese eel Anguilla japonica adalah 44,3 dan PE 24,1 mg proteinkJ. Penelitian yang
dilakukan oleh Syamsunarto 2008 menyimpulkan bahwa pakan dengan kadar protein 30, rasio energi protein terbaik adalah 9,0 kkal DEg protein pada benih
ikan patin Pangasius hypopthalmus . Tobuku 2008 berpendapat bahwa pakan yang mengandung 32,51 karbohidrat lemak 10,89, protein 36 dan rasio
energi tercernaprotein 7,4-8,4 kkal DEg menghasilkan kinerja pertumbuhan terbaik pada ikan patin P. hypophthalmus.
2.2 Sumber Protein Pakan