level tertentu FAO 1998. Overcapacity yang berlangsung terus-menerus pada akhirnya akan menyebabkan overfishing, yaitu kondisi dimana output perikanan
hasil tangkapan ikan melebihi batas maksimumnya. Teknik DEA telah diterapkan oleh Fauzi dan Anna 2005 untuk
menganalisis konsep kebijakan berbasis kapasitas penangkapan. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa kelebihan kapasitas penangkapan memang terjadi di
Indonesia dan menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Yustom 2009 melakukan penelitian tentang analisis kapasitas
penangkapan dengan menggunakan tehnik DEA di perairan pesisir timur Provinsi Aceh. Tingkat hasilnya menyatakan pemanfaatan kapasitas penangkapan
menunjukkan adanya kelebihan kapasitas penangkapan pada kapal yang berukuran 15-29 GT, sehingga sebaiknya dikurangi secara bertahap hingga
mencapai jumlah optimumnya. Sedangkan armada purse seine berukuran 30-45 GT diarahkan untuk beroperasi di laut dalam samudera.
Desniarti 2007 melakukan penelitian di perairan pesisir Sumatera Barat dengan menggunakan tehnik DEA untuk menganalisis kapasitas penangkapan
ikan pelagis. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat efisiensi perikanan tangkap dari waktu ke waktu mengalami penurunan.
1.2 Perumusan Masalah
Kabupaten Aceh Besar memiliki wilayah perairan yang berhubungan langsung dengan Selat Malaka. Perikanan purse seine di Kabupaten Aceh Besar
menunjukkan perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Adanya pengelolaan yang seksama agar produktivitas optimum dapat terjaga. Disisi lain, sumberdaya
yang cukup melimpah tidak mempunyai nilai ekonomi bila tidak dikelola secara sistematis sehingga memberikan manfaat secara berkelanjutan.
Besarnya potensi perikanan dan kelautan serta mulai terbatasnya sumberdaya di darat, menjadikan laut sebagai pencaharian berikutnya the next
forienter in the world . Hal ini memberikan beban yang semakin tinggi terhadap
ekosistem lingkungan laut, sehingga menyebabkan laut dan sumberdaya yang ada perlu mendapat perhatian yang komprehensif, serius dan terarah, serta
terintergrasi dalam pengelolaannya, agar sumberdaya alam dan lingkungan laut tetap memberikan harapan dan benefit yang berkelanjutan.
Kabupaten Aceh Besar perlu merumuskan kebijakan dan perencanaan yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi agar pengelolaannya lebih optimal. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pembangunan perikanan dan pengembangannya,
menjadi tantangan tersendiri dan modal utama dalam pengembangan dan pembangunan perikanan purse seine secara optimal dan berkelanjutan.
Kompleksnya permasalahan dan saling keterkaitan ekosistem yang begitu kuat menyebabkan sulitnya penilaian sumberdaya secara tepat dan benar,
sehingga menyebabkan sulitnya melakukan pengembangan yang berkelanjutan dengan keterbatasan sumberdaya. Oleh karena itu pengkajian kapasitas
penangkapan yang optimal secara ekonomi dan merumuskan strategi pengelolaan perikanan purse seine secara optimal dan berkelanjutan penting untuk dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan pokok permasalahan pengelolaan sumberdaya ikan pelagis secara berkelanjutan di Perairan Kabupaten
Aceh Besar: 1
Belum diketahuinya kapasitas penangkapan purse seine yang optimal di Perairan Aceh Besar
2 Berapa besar tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap pelagis
maximum economic yield yang menjadi target penangkapan dengan purse seine
di perairan Aceh Besar.
1.3 Tujuan Penelitian