Model ARIMA Stock Price Modelling Using Generalized Wiener Process and ARIMA Model.

dan standar deviasi dari pendugaan tersebut dapat dicari dengan formulasi ̂ √ ̂ sehingga didapatkan hasilnya sebesar ̂ √ Dari hasil di atas diketahui bahwa penduga volatility adalah sebesar 0.142685 atau 14.27. Berdasarkan hasil perhitungan di atas perubahan harga berdasarkan proses Wiener adalah 3.1 Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa data tersebut memiliki drift rate positif dan volatility kecil, sesuai dengan teori maka data tersebut cocok mengikuti proses Wiener. 250 225 200 175 150 125 100 75 50 25 1 80 75 70 65 60 Waktu H a r g a S a h a m Gambar 1 Data Saham Mc-Donald Selama Tahun 2010 Setelah didapatkan model perubahan harga saham, maka dilakukan simulasi Monte Carlo untuk mendapatkan nilai peramalan untuk selang waktu berikutnya. Simulasi tersebut dapat dilihat di Lampiran 4.

3.2 Model ARIMA

Selanjutnya akan dilakukan pengujian menggunakan analisis deret waktu. Harga penutupan saham Mc-Donald meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Harga saham terendah terjadi pada bulan minggu pertama Januari 2010 61.45 sedangkan harga saham tertinggi terjadi pada minggu pertama Desember 2010 80.34. Plot deret waktu terhadap harga penutupan saham dari Januari 2010 hingga Desember 2010 menunjukkan perkembangan yang cenderung meningkat. Model umum ARIMA adalah dengan = derajat autoregressive AR = derajat pembeda = derajat moving average MA = waktu = operator backshift = parameter yang menjelaskan AR = parameter yang menjelaskan MA = galat acak pada waktu ke- yang diasumsikan menyebar normal bebas stokastik. = = Tahap awal sebelum mengidentifikasi model ARIMA data Harga Pentupan Saham adalah pemeriksaan kestasioneran data tersebut. Plot data asli pada Gambar 1 dan plot korelasi diri ACF pada Gambar 2 yang menunjukkkan pola dies down atau turun secara eksponensial serta plot korelasi diri parsial PACF pada Gambar 3 yang menunjukkan pola terputus setelah lag-1 menunjukkan bahwa data tidak stasioner. Hal tersebut juga dapat dilihat dari uji Augmented Dickey-Fuller pada Lampiran 5, pada plot data asli masih mengandung nilai- lebih besar dari 0.05 yang menunjukkan data tidak stasioner. Karena itu dilakukan pembedaan satu kali untuk mencari output yang stasioner. Setelah dilakukan pembedaan satu kali dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa plot data menunjukkan kecenderungan berada di sekitar nilai tengah nol. Dapat pula dilihat dari plot ACF pada Gambar 5 dan plot PACF pada Gambar 6. Selain itu dari uji Augmented Dickey-Fuller juga mengandung nilai- yang kurang dari 0.05 yang menunjukkan data telah stasioner Lampiran 6. Karena itu tidak diperlukan pembedaan dua kali atau lebih. 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 Lag A u to c o rr e la ti o n Gambar 2 Plot Korelasi Diri ACF 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 Lag P a rt ia l A u to c o rr e la ti o n Gambar 3 Plot Korelasi Diri Parsial PACF 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 1 3 2 1 -1 -2 Index Gambar 4 Plot Output Stasioner 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 Lag A u t o c o r r e la t io n Gambar 5 Plot Korelasi Diri ACF Setelah Pembedaan Satu Kali 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 Lag P a r t ia l A u t o c o r r e la t io n Gambar 6 Plot Korelasi Diri Parsial PACF Setelah Pembedaan Satu Kali Pada plot ACF dan PACF di atas garis yang berwarna biru menunjukkan pola dari data yang diolah sedangkan garis yang berwarna merah menunjukkan batas grafik dikatakan bernilai nol atau bukan nol. Se telah data stasioner, tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi model tentatif berdasarkan karakteristik ACF Gambar 5 dan PACF Gambar 6. Plot korelasi diri menunjukkan ordo- dan plot korelasi ordo parsial menunjukkan ordo- . Dari kedua plot tersebut ada tiga model yang teridentifikasi yaitu ARIMA 1,1,0, ARIMA 2,1,0, dan ARIMA 1,1,1. Tahap selanjutnya adalah pendugaan parameter dengan proses trial and error, yaitu dengan memperkecil ordo- atau yang mempunyai -hitung kecil atau menambah ordo- atau yang mempunyai -hitung besar sehingga memperoleh kandidat- kandidat model. Hasil pendugaan parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Alternatif Model ARIMA Tentatif untuk Harga Penutupan Saham Mc-Donald Tahun 2010 Model ARIMA Parameter Koefisien Kesignifikanan Uji Ljung-Box- Pierce MS Parameter parameter nilai-p Lag ke- Nilai-p ARIMA 1,1,0 Konstanta 0.08467 0.081 12 0.512 0.469 AR1 -0.1611 0.022 24 0.484 38 0.668 48 0.514 ARIMA 2,1,0 Konstanta 0.09254 0.057 12 0.409 0.4679 AR1 -0.1751 0.014 24 0.252 AR2 -0.085 0.232 38 0.398 48 0.258 ARIMA 1,1,1 Konstanta 0.06418 0.059 12 0.402 0.4692 AR1 0.1251 0.419 24 0.298 MA1 0.3007 0.746 38 0.47 48 0.325 Setelah dilakukan pengujian seperti yang dilampirkan pada Lampiran 7, 8 dan 9. Dapat dilihat bahwa model yang memiliki parameter yang nyata adalah ARIMA 1,1,0 karena nilai- koefisien AR = 0.022, kurang dari = 0.05. ARIMA 2,1,0 memiliki nilai MS lebih kecil, namun nilai- kofisien AR2= 0.232, melebihi nilai . Sehingga model yang dipilih adalah model yang memiliki nilai parameter nyata, yaitu ARIMA 1,1,0. Koefisien parameter AR 1 pada model ARIMA 1,1,0 yaitu -0.1611, merupakan konstanta untuk model peramalan. Setelah didapatkan model terbaik, selanjutnya adalah diagnostik terhadap model sisaan. Pengujian Ljung-Box-Pierce uji kelayakan model pada Tabel 1 menunjukkan nilai korelasi diri sisaan tidak berbeda nyata dengan nol pada semua lagnya nilai- lebih dari , artinya model ARIMA 1,1,0 layak. Hal tersebut juga dapat dilihat secara visual, yaitu dapat dilihat pada Gambar 7 bahwa plot residual terhadap waktu sudah tidak memiliki pola tertentu atau sudah bersifat acak. 200 150 100 50 2 1 -1 -2 waktu R e s id u a l Gambar 7 Plot Residual Harga Penutupan Saham Mc-Donald Tahun 2010 Model ARIMA Dari plot residual fungsi korelasi diri RACF dan plot residual fungsi korelasi diri parsial RPACF juga tidak menujukkan nilai autokorelasi yang nyata, artinya model sudah besifat acak Lampiran 10. Selain bersifat acak, sisaan harus normal. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 8 yang menunjukkan bahwa plot kenormalan cenderung lurus, yang berarti bahwa sisaan mengikuti sebaran normal. 2 1 -1 -2 99.9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1 Residual P e rc e n t Gambar 8 Plot Kenormalan Sisaan Harga Penutupan Saham Mc-Donald Tahun 2010 Model ARIMA Dengan demikian asumsi keacakan dan kenormalan terpenuhi. Maka model ARIMA 1,1,0 merupakan model terbaik untuk meramalkan harga penutupan saham Mc- Donald. Model tersebut adalah 3.2 Untuk hasil peramalan serta pembandingan dapat dilihat pada subbab selanjutnya.

3.3 Peramalan dan Pembandingan