11
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Seperangkat Personal Computer PC
yang digunakan untuk mengolah data dan citra
2. Perangkat lunak Microsoft Office
3. Perangkat lunak pengolah data citra
image processing 4.
Perangkat lunak untuk menganalisis Sistem Informasi Geografis SIG
3.2.2 Bahan
Bahan yang
digunakan pada
penelitian berupa data sekunder diantara lain :
1. Peta RBI DKI Jakarta skala 1 : 50.000 2. Data Pasang Surut dari Stasiun Tanjung
Priuk 3. Data topografi DEM Digital Elevation
Models GDEM 30 m 4. Citra SPOT dengan sensor HRG
perekaman tanggal 14 Januari 2003 5. Citra ALOS dengan sensor AVNIR-2
perekaman tanggal 21 November 2008 Data primer berupa titik koordinat yang
berasal dari hasil survei lapang. 3.3
Metode Penelitian 3.3.1
Klasifikasi Penutupan Lahan dan Analisis Perubahan Garis Pantai
Klasifikasi penutupan
lahan digunakan untuk membedakan setiap jenis
penutupan lahan. Metode klasifikasi yang digunakan
adalah klasifikasi
tidak terbimbing unsupervised classification.
Klasifikasi ini dilakukan dengan asumsi bahwa data bands citra dijital yang akan
diproses terdiri dari band multi-spektral citra yang mencakup area yang sama. Pada
klasifikasi tidak terbimbing, identitas dan lokasi kelas-kelas unsur tipe penutupan
lahan seperti halnya perkotaan, badan air, lahan
basah, dan
sebagainya tidak
dilakukan pendefinisian dari masing-masing kelas oleh pengguna training sitesarea
Prahasta, 2008.
Banyaknya kelas
klasifikasi disesuaikan dengan kebutuhan, pada penelitian ini menggunakan tujuh kelas
yaitu bangunan, danau, lahan terbuka, laut, mangrove, sawah dan tambak. Penajaman
warna dengan proses RGB dan analisis foto citra disesuaikan untuk proses klasifikasi
penutupan lahan, lalu dilakukan digitasi untuk tiap-tiap kelas. Hasil klasifikasi dari
kedua citra tersebut di-overlay, tujuannya yaitu untuk mengetahui perubahan luasan
masing-masing
hasil klasifikasi
serta mengetahui perubahan penutupan lahan
yang terjadi antara tahun 2003 yang diwakili dengan citra SPOT, dengan penutupan lahan
tahun 2008 yang diwakili citra ALOS dilihat pada Lampiran 1. Penggunaan kedua citra
satelit yang berbeda pada penelitian ini yaitu menggunakan citra SPOT dan ALOS,
merupakan faktor keterbatasan data citra. Walaupun demikian, kedua citra ini cukup
mewakili dalam penganalisaan perubahan lahan yang terjadi dalam jangka waktu lima
tahun karena kedua citra ini memiliki resolusi yang sama.
Perubahan garis pantai diperoleh dari proses overlay kedua citra hasil klasifikasi
penutupan lahan. Kemudian citra ALOS dan SPOT diklasifikasikan menjadi dua kelas
besar yaitu kelas darat dan kelas laut. Hasil dari kedua citra yang diklasifikasi, untuk
mengetahui seberapa besar perubahan luas masing-masing kelas. Klasifikasi darat dan
laut menghasilkan empat kelas baru yaitu tetap darat, darat menjadi laut, laut menjadi
darat, dan tetap laut. Kemudian dari hasil klasifikasi darat dan laut, kedua citra ini di-
overlay untuk mendapatkan hasil perubahan garis pantai. Hasil overlay ini kemudian di-
digitasi, yang didapatkan dua perubahan yaitu penambahan daratan dan pengurangan
daratan. Perubahan tersebut dihasilkan yaitu perubahan laut menjadi daratan yang
merupakan penambahan daratan akresi, sedangkan perubahan darat menjadi laut
merupakan pengurangan daratan abrasi. Perubahanlahan pada kelas darat dan kelas
laut dihasilkan dari proses overlay kedua citra yang berbeda serta dengan waktu
perekaman citra yang berbeda.
Untuk menganalisa penambahan dan pengurangan daratan, kemudian dihitung
luas masing-masingnya. Hasil perhitungan tersebut dapat dijadikan acuan untuk
menganalisis kejadian banjir rob pasang berdasarkan perubahan garis pantai. Pada
Gambar 7, dijelaskan diagram alir klasifikasi penutupan lahan dan perubahan garis pantai
pada penelitian ini.
12
Gambar 7 Diagram alir klasifikasi penutupan lahan dan perubahan garis pantai
3.3.2
Penentuan Kejadian Pasang Surut
Data pasang surut harian di pesisir Jakarta
digunakan untuk
mengetahui perubahan tinggi muka air laut, saat kejadian
dimana permukaan laut mengalami kenaikan pasang dan penurunan surut. Kejadian
pasang surut ini akan diakurasi dengan citra SPOT dan ALOS guna mengetahui waktu
pada saat perekaman terjadi pasang atau surut. Selain itu dilihat pula tipe pasang
surut pada stasiun yang bersangkutan. Data pasang surut diperoleh dari buku ramalan
pasang surut DISHIDROS TNI-AL bulan Januari 2003 dan November 2008 pada
stasiun Tanjung Priuk yang diterbitkan oleh Dinas
Hidro-Oseanografi Indonesia
DISHIDROS TNI-AL per tahun. Dari data pasang surut tersebut akan dapat ditampilkan
grafik kejadian kenaikan pasang dan penurunan surut sehingga akan dapat
dilihat pengaruh pasang surut terhadap waktu perekaman citra. Tipe pasang surut
dihitung dengan bilangan atau konstanta pasut Tidal Constant Formzhal yang
dihitung
dengan metode
Admiltari Wibisono,
2005. Bilangan
Formzhal dirumuskan pada Persamaan 1 berikut :
Keterangan : F
= bilangan Formzhal atau Konstanta pasut
AK
1
= amplitudo dari anak gelombang pasut harian tunggal rata-rata
yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari
AO
1
= amplitudo dari anak gelombang pasut
harian tunggal
yang
Klasifikasi Penutupan
Perubahan Garis Pantai Citra
SPOT 2003
Citra ALOS 2008
RGB Komposit band 321
Unsupervised Classification
Unsupervised Classification
Penutupan Lahan 2008
Penutupan Lahan 2003
Akresi Digitasi Perubahan
Garis Pantai Perubahan Penutupan
Lahan Overlay
Hasil dan Analisis Perubahan Garis Pantai
Abrasi RGB Komposit
band 432
13
dipengaruhi oleh
deklinasi matahari
AM
2
= amplitudo dari anak gelombang pasut harian ganda rata-rata yang
dipengaruhi oleh bulan AS
2
= amplitudo dari anak gelombang pasut harian ganda rata-rata yang
dipengaruhi oleh matahari. Kisaran nilai untuk bilangan Formzahl
adalah sebagai berikut: 0.00 F≤ 0, 5 = tipe pasut semidiurnal
0, 5 F ≤ ,50 = tipe pasut
campuran cenderung semidiurnal
,50 F≤ 3,00 = tipe pasut
campuran cenderung diurnal
F ≥ 3,00 = tipe pasut diurnal
3.3.3 Survei Lapang