Geografis Teluk Jakarta Kondisi Iklim

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan pesisir utara Jakarta merupakan daerah yang rentan terhadap perubahan garis pantai. Pengaruh perubahan tata guna lahan dan fenomena kenaikan muka laut yang mengakibatkan perubahan garis pantai. Akibat perubahan garis pantai ini sering terjadi bencana di wilayah pesisir, yang salah satunya adalah kejadian banjir rob pasang. Banjir rob pasang terjadi pada saat kondisi pasang maksimumtertinggi High Water Level menggenangi daerah-daerah yang lebih rendah dari muka laut rata-rata mean sea level. Limpasan air laut dengan bantuan gaya gravitasi akan mengalir menuju tempat-tempat rendah, kemudian akan menggenangi daerah-daerah tersebut. DKI Jakarta sebagai pusat kota dan perekonomian di Indonesia yang memiliki garis pantai sepanjang ± 32 km di pesisir bagian utara serta 40 daerah Jakarta merupakan dataran rendah, maka wilayah pantai ini jelas terkena dampak banjir rob pasang. Terjadinya pembangunan di setiap titik wilayah Jakarta, seiring dengan laju peningkatan kepadatan penduduk membuat daratan menjadi padat bangunan. Kondisi seperti ini yang menjadikan perubahan wilayah yang basah menjadi daratan yang kering dengan melakukan pembangunan wilayah basah tanpa melihat dampak yang akan terjadi. Wilayah- wilayah pesisir utara Jakarta yang sering mengalami banjir rob pasang meliputi wilayah Muara Baru, Muara Angke, Pluit, Marunda, dan Cilincing. Pemilihan pesisir utara Jakarta sebagai daerah yang dikaji dalam penelitian ini karena hampir sepanjang musim baik musim hujan maupun kemarau daerah ini selalu mengalami banjir rob pasang. Namun banjir rob pasang di kawasan pesisir Jakarta semakin diperparah dengan adanya perubahan penggunaan lahan pada pesisir pantai yang mengakibatkan perubahan garis pantai. Alasan ini yang menjadi fokus penelitian dalam menganalisis genangan akibat banjir rob pasang, serta pengaruh kenaikan muka laut terhadap genangan banjir rob pasang sebagai prediksi kejadian tersebut. Penelitian lain yang sudah dilakukan oleh Indah 2009, dengan penelitian banjir rob pasang menyatakan bahwa limpasan permukaan yang berasal dari DAS yang bermuara ke laut tidak mempengaruhi kejadian banjir rob pasang tersebut. Hal ini menjadi alasan untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama yaitu banjir rob pasang dengan fokus perubahan garis pantai antara tahun 2003 dan 2008 dan tidak melakukan analisis pengaruh parameter dari limpasan permukaan yang berasal dari DAS Daerah Aliran Sungai maupun curah hujan.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi penggunaan lahan di wilayah pesisir utara Jakarta dengan menggunakan citra satelit SPOT dan ALOS. 2. Menganalisis perubahan garis pantai, serta hubungannya dengan penggunaan lahan dan kejadian banjir rob pasang. 3. Membuat prediksi area genangan banjir rob pasang kemudian memetakan genangannya.

1.3 Batasan Penelitian

Penelitian ini dititik beratkan pada hubungan dari penggunaan lahan dan perubahan garis pantai dengan kejadian banjir rob pasang di wilayah pesisir utara Jakarta, tanpa mengkaji penyebab kejadian banjir rob pasang lainnya misalnya Land Subsidence, curah hujan, serta DAS Daerah Aliran Sungai.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Daerah Kajian

2.1.1 Geografis Teluk Jakarta

Pesisir utara Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 5° 56 15 - 6° 55 30 LS dan 106° 43 00 – 106° 58 30 BT , dengan batas di sebelah Barat berbatasan dengan Tanjung Pasir dan di sebelah Timur berbatasan Tanjung Karawang. Luas perairan Teluk Jakarta sekitar 514 km 2 dan panjang garis pantainya lebih kurang 80 km dimana 32 km merupakan garis pantai Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta Setiapermana dan Nontji, 1980. Sistem perairan Teluk Jakarta dipengaruhi oleh limpasan air 13 muara sungai yang melewati wilayah kota Jakarta. Ketiga belas sungai tersebut terdiri dari 3 sungai besar, yaitu Sungai Citarum, Sungai Bekasi, dan Sungai Ciliwung serta 10 sungai kecil, yaitu: Sungai Kamal, Sungai 2 Cengkareng Drain, Sungai Angke, Sungai Karang, Sungai Ancol, Sungai Sunter, Sungai Cakung, Sungai Blencong, Sungai Grogol, dan Sungai Pesanggrahan Damar, 2003. Teluk Jakarta merupakan perairan dangkal yang pada umumnya memiliki kedalaman kurang dari 30 meter Setiapermana dan Nontji, 1980. Dasar perairan melandai ke arah utara menuju Laut Jawa. Perairan Teluk Jakarta dapat dibagi dalam tiga zona yaitu zona barat, timur, dan tengah. Zona barat dipengaruhi oleh sungai- sungai yang sebelum bermuara di perairan teluk, melalui kota metropolitan Jakarta. Zona tengah selain mendapat pengaruh dari sungai-sungai tersebut juga dipengaruhi oleh aktivitas beberapa buah pelabuhan, yaitu : Pelabuhan Pelindo, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Cilincing, dan lain-lain. Sementara itu, zona timur mendapat pengaruh dari sungai Citarum dan beberapa sungai kecil yang melalui daerah indrustri dan pemukiman Bekasi.

2.1.2 Kondisi Iklim

Ketinggian dari permukaan laut antara 0-20 meter, dari tempat tertentu ada yang dibawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawaempang air payau. Wilayah Jakarta Utara merupakan pantai beriklim panas, dengan suhu rata-rata 27 o C, curah hujan setiap tahunnya rata-rata 142,54 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Kondisi wilayah yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya 9 sembilan sungai dan 2 dua banjir kanal, menyebabkan wilayah ini merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air pasang laut. Sungai-sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta ini menyebabkan perairan tersebut menjadi tempat pembuangan cemaran-cemaran aktivitas manusia. Pada perairan tersebut, musim mempengaruhi kondisi perairan karena menentukan arah dan kecepatan arus air laut. Perairan Teluk Jakarta dipengaruhi oleh massa air Laut Jawa, seperti pada musim barat November- April massa air dari Laut Natuna mempengaruhi massa air Teluk Jakarta sedangkan pada musim timur Mei-Oktober arus berasal dari Laut Jawa bagian Timur Pemprov DKI Jakarta, 2010. Pada musim barat umumnya curah hujan sangat tinggi, sehingga zat-zat pencemar yang berasal dari daratan juga meningkat akibat proses pencucian oleh air hujan. Selain itu pada musim barat, juga sering terjadi arus pasang akibat arah arus yang dipengaruhi angin pada musim barat.

2.2 Kejadian Banjir ROB di Wilayah