Prediksi Area Genangan HASIL DAN PEMBAHASAN

25 Wilayah pesisir utara Jakarta yang menjadi langganan banjir rob pasang tiap tahunnya. Melalui survei lapang yang dilakukan pada wilayah Muara Angke, Pluit, dan Muara Baru menjelaskan pengaruh perubahan lahan dan pasang surut yang menyebabkan kejadian banjir rob pasang. Ketika pasang terendah surut maka wilayah tidak tergenang, namun jika terjadi pasang tertinggi pasang maka luas genangan serta ketinggian genangan akan semakin besar. Kejadian banjir rob pasang pada wilayah ini sering terjadi, akibat perubahan lahan pada kelas laut menjadi darat yang memperparah kejadian tersebut. Gambar 14, menjelaskan lokasi-lokasi yang menjadi langganan kejadian banjir rob pasang berdasarkan hasil survei lapang dengan perekaman koordinat. Hasil perekaman koordinat wilayah pada survei lapang yang mengalami genangan banjir rob pasang di-overlay dengan hasil perubahan garis pantai. Perekaman titik koordinat pada lokasi kajian diambil sampel sebanyak delapan titik, yaitu Pluit, Pemukiman Muara Baru, Kawasan Pelabuhan Muara Baru Muara Baru 1, 2, dan 3, Pelabuhan Muara Angke Muara Angke 1 dan 2, dan Kampung Nelayan Muara Angke Lampiran 5. Berdasarkan Gambar 14, pada wilayah Kampung Nelayan Muara Angke, Pelabuhan Muara Angke Muara Angke 1 dan 2 dan Pluit terjadi penambahan darat akresi. Penambahan daratan merupakan salah satu penyebab terjadinya kejadian banjir rob pasang di lokasi ini. Penambahan daratan dipengaruhi perubahan tata guna lahan pada wilayah pesisir dan penambahan material baik dari laut maupun sungai. Sesuai dengan penjelasan mengenai penyebab banjir rob pasang, wilayah Muara Angke yang bersebelahan dengan wilayah Pantai Indah Kapuk PIK. Pada wilayah PIK mempunyai konstruksi pembatas pantai yang baik dan memiliki break water pemecah gelombang sehingga akibatnya wilayah Muara Angke akan mengalami banjir akibat pasang surut. Akibat konstruksi pembatas yang tidak baik serta ketinggian wilayah ini lebih rendah dibanding muka laut akan memperparah kejadian banjir pasang ini pada wilayah Muara Angke. Sama seperti halnya Muara Angke, wilayah Muara Baru dan Pluit juga mengalami kejadian banjir pasang akibat pengaruh tersebut. Namun wilayah Muara Baru pada Gambar 14 yaitu, Pelabuhan Muara Baru Muara Baru 1, Muara Baru 2, dan Muara Baru 3 dan Pemukiman Muara Baru pada wilayah ini tidak terjadi penambahan ataupun pengurangan daratan berdasarkan pemetaan posisi koordinat pada Gambar 14. Tetapi pada survei lapang yang dilakukan pada wilayah Muara Baru terjadi penambahan daratan. Perbedaan antara pemetaan perubahan garis pantai dan kenyataan di lapangan merupakan pengaruh dari waktu perekaman citra yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah pasang surut. Perekaman citra SPOT tahun 2003 pada pukul 10.00 WIB, menjelaskan terjadinya pasang tertinggi pada wilayah kajian. Namun, berbeda pada citra ALOS tahun 2008 yang direkam pada pukul 14.00 WIB yang tidak mengalami pasang tertinggi. Perbedaan waktu perekaman ini akan mempengaruhi perubahan garis pantai seperti perbedaan hasil penelitian dengan survei lapang pada wilayah Muara Baru, serta wilayah-wilayah yang mengalami pengurangan daratan abrasi disekitar lokasi kejadian banjir rob pasang yang terjadi akibat saat perekaman citra pada lokasi tersebut sedang mengalami pasang maksimum sehingga terjadi penggenangan dan berakibat pada pengurangan daratan dimana garis pantainya semakin mundur. Upaya untuk menanggulangi kejadian banjir akibat pasang surut ini telah dilakukan dengan pembangunan tanggul yang mencapai 3-5 meter, tetap saja tidak bisa mengatasi kejadian banjir rob pasang tersebut. Rusaknya tanggul terjadi akibat terjangan gelombang dan bolongnya sisi pada tanggul akibat pasang surut. Survei lapang yang dilakukan menjelaskan bahwa saat terjadi banjir besar pada tahun 2006 di Jakarta, pada wilayah- wilayah pesisir tidak mengalami genangan akibat dari banjir tersebut. Sehingga, berdasarkan survei lapang dan hasil analisis menyatakan bahwa banjir rob pasang, dipengaruhi oleh pasang surut dan terjadinya perubahan lahan pada wilayah pesisir serta tidak dipengaruhi oleh limpasan permukaan dari sungai dan curah hujan wilayah tersebut.

4.4 Prediksi Area Genangan

Prediksi area genangan dihasilkan berdasarkan informasi data elevasi DEM- GDEM 30 meter wilayah pesisir utara Jakarta. Data elevasi diolah untuk mendapatkan interval kontur ketinggian 26 dengan memasukkan nilai kenaikan muka laut per tahun sebagai parameter pendugaan area genangan akibat kenaikan muka laut selama kurun waktu 10 tahun yaitu pada tahun 2018. Besarnya nilai kenaikan muka laut per tahun yaitu 0,58 mmtahun BRKP, 2009. Nilai ini diperoleh dari hasil modelling dengan metode trend analysis. Metode trend analysis didasarkan pada data historis yang meliputi data satelit altimetri dan pasang surut, maupun data hasil model IPCC. Hasil interval kontur ketinggian yang diperoleh, kemudian di overlay dengan garis pantai wilayah pesisir utara Jakarta tahun 2008 sehingga didapatkan polygon genangan pada tahun 2018. Pembuatan polygon genangan berfungsi untuk memperkirakan jangkauan area dan luas daratan yang tergenang, serta mengetahui pengaruh dari kenaikan muka laut saat pasang terjadi terhadap kejadian banjir rob pasang. Berdasarkan hasil DEM, wilayah pesisir utara Jakarta sebagian besar berada di wilayah dataran rendah dan sebagian lagi berada di wilayah dataran tinggi yang wilayahnya jauh dari pesisir. Hal ini ditunjukkan pada pada Gambar 15, dimana nilai elevasi ketinggian pada wilayah kajian sebagian besar berkisar 2 –7 meter diatas permukaan laut. Hasil prediksi genangan disajikan pada Gambar 15. Prediksi genangan menggambarkan genangan akibat kenaikan muka laut saat pasang terjadi pada wilayah kajian pada tahun 2018. Hampir seluruh wilayah pesisir utara Jakarta pada tahun 2018 tergenang air laut saat pasang. Berdasakan hasil prediksi, daerah-daerah yang tergenang yaitu pesisir Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priuk, Koja, dan Cilincing. Luas dan wilayah dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10 Prediksi luas genangan 2018 Lokasi Luas Genangan Penjaringan 60,23 Pademangan 9,06 Tanjung Priuk 20,6 Koja 3,12 Cilincing 0,08 Total 93,09 Genangan yang terjadi pada wilayah- wilayah ini dihasilkan dari rata-rata nilai kenaikan muka laut per tahun dan berdasarkan elevasi daerah kajian. Sehingga dengan kenaikan muka laut sebesar 0,58 mmtahun, akan menyebabkan genangan pada wilayah pesisir saat pasang terjadi. Biasanya genangan air laut akan terjadi ketika pasang maksimum, karena ketinggian air laut akan melebihi ketinggian muka laut rata-rata. Pengaruh pasang maksimum akan menyebabkan ketinggian air laut serta luas area tergenang semakin bertambah yang dijelaskan pada Tabel 10. Luas genangan di wilayah Penjaringan yaitu sebesar 60,23 ha yang merupakan area terluas genangannya dibandingkan wilayah lain. Wilayah Muara Angke, Muara Kapuk, Pluit, Muara Baru yang merupakan wilayah bagian Kabupaten Penjaringan, wilayah-wilayah ini merupakan daerah langganan banjir tiap tahun akibat genangan air laut saat pasang terjadi. Sehingga pada tahun 2018 diperkirakan genangan di wilayah daratan akan bertambah. Berbeda dengan wilayah Pedemangan, Tanjung Priuk, Koja, dan Cilincing, wilayah ini merupakan daerah yang jarang terjadi genangan air laut akibat pasang. Namun, berdasarkan hasil prediksi genangan wilayah-wilayah tersebut akan mengalami genangan air laut akibat kenaikan muka laut saat pasang. Walau demikian, luas genangan pada wilayah tersebut tidak terlalu besar dibandingkan wilayah Penjaringan. Akibat kenaikan muka laut terjadi peningkatan erosi, perubahan garis pantai, dan mereduksi daerah lahan basah di sepanjang pantai sehingga dari dampak yang diakibatkan akan menimbulkan genangan pada wilayah-wilayah tersebut. Prediksi genangan menggunakan data DEM-GDEM dan perubahan garis pantai tahun 2008 menjelaskan kejadian genangan di wilayah kajian penelitian pada tahun 2018 yang diakibatkan kenaikan muka laut saat pasang terjadi. Sedangkan, berdasarkan hasil perubahan garis pantai dijelaskan perubahan lahan darat-laut yang mengakibatkan penambahan daratan akresi dan menjadi faktor terjadinya genangan air laut pada wilayah tersebut. Berdasakan kedua hasil tersebut, wilayah-wilayah yang mengalami genangan hampir sebagian sama dan terjadi penambahan luas genangan pada masing- masing wilayah padsa tahun 2018. Namun pada hasil prediksi genangan, wilayah yang sebelumnya tidak terjadi genangan akan terjadi genangan pada tahun 2018. Hal ini menjelaskan bahwa selain pengaruh kenaikan muka laut, perubahan lahan pada wilayah pesisir juga mempengaruhi genangan tersebut. Akibat genangan air laut yang mempengaruhi kejadian banjir rob pasang pada wilayah pesisir pantai. 27 Gambar 15 Prediksi area genangan di pesisir Utara Jakarta 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perubahan garis pantai pada wilayah pesisir utara Jakarta berupa penambahan daratan akresi sehingga garis pantai menjadi semakin maju. Akibat perubahan garis pantai ini akan menyebabkan genangan akibat pasang atau sering disebut banjir rob pasang. Penambahan garis pantai merupakan akibat perubahan penutupan lahan pada kelas laut yang diubah menjadi darat. Sehingga, saat terjadi pasang tertinggi dan ketinggian daratan lebih rendah dibandingkan muka laut maka wilayah pesisir akan tergenang. Sesuai dengan hasil survei lapang pada wilayah Muara Angke, Pluit, dan Muara Baru. Pada wilayah- wilayah ini hampir setiap tahun mengalami banjir rob pasang yang diakibatkan perubahan penutupan lahan dan pengaruh pasang surut maksimumtertinggi saat bulan penuh full moon dan bulan baru new moon. Prediksi genangan yang dihasilkan dari data DEM GDEM 30 m, garis pantai tahun 2008 serta rata-rata kenaikan muka lauttahun sebagai parameternya menunjukkan terjadi pertambahan genangan pada wilayah pesisir utara Jakarta selama kurun waktu 10 tahun kedepan yaitu pada tahun 2018. Hasil prediksi genangan ini menunjukkan bahwa dengan kenaikan muka laut sebesar 0,58 mmtahun akan menyebabkan genangan pada wilayah Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priuk, Koja, dan Cilincing. Pasang maksimum akan menyebakan kenaikan muka laut bertambah sehingga menyebabkan bertambahnya area jangkauan dan luas genangannya. Penjelasan ini menunjukkan hasil yang sama dengan perubahan garis pantai dari hasil klasifikasi penutupan lahan, yaitu wilayah-wilayah yang terjadi genangan akibat banjir rob pasang. Jadi genangan banjir rob pasang akan terjadi ketika perubahan lahan pada pesisir perubahan garis pantai yang disertai kenaikan muka laut saat pasang terjadi.

5.2 Saran

Penelitian ini masih bersifat tahap awal, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kejadian banjir rob pasang dengan melihat parameter-parameter yang mempengaruhi kejadian tersebut, seperti faktor angin dan gelombang yang mempengaruhi pasang surut serta tinjauan lebih lanjut tentang pengaruh kenaikan muka laut. Selain itu, dengan mengetahui beberapa faktor yang menyebabkan kejadian banjir rob pasang dapat memberi informasi cara menanggulanginya. DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2010. Banjir ROB Penjaringan Mulai Surut. http:\\ Liputan6.com. [Last Update : 26 Juli 2010, 10:30] [Anonim]. 2010. Portal Resmi Pemprov Jakarta. http:\\jakarta.go.idjakv1.index.php. [Last Update : 28 Juli 2010, 20:00] [Anonim]. 1999. Supermode, of CNES and SPOT Image. http: eoportal.orgdirectorypress_SPOT 5html. [Last Update: 18 Agustus 2010 [BRKP]. 2009. Model Simulasi Kerentanan Pesisir. Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. Damar, A. 2003. Effect of Encrichment on Nutrient Dinamics, Phytoplankton Dinamics and Productivity in Indonesian Tropical Water : a Comparison between Jakarta Bay, Lampung Bay, and Semangka Bay. [Thesis]. The Faculty of Mathematics and Natural Science, Christian-Albrechts-Universitat Kiel. [DISHIDROS TNI AL]. 2003. Buku Ramalan Pasang Surut. [DISHIDROS TNI AL]. 2008. Buku Ramalan Pasang Surut. Hermanto B. 1986. Pemantauan Garis Pantai dengan Menggunakan Citra Landsat. Oseana. 114 :163-170 Hutabarat S dan S M Evans. 1988. Pengantar Oseanografi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. JAXA. 2007. ALOS User Handbook. Earth Observation Research Center. Tsakuba- city. Lo C P. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. UI Press. Jakarta.