6
Gambar 3 Sistem pasang surut Karl, 2002 Dilihat dari pola gerakan muka
lautnya, pasang surut di dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu pasang surut
harian tunggal diurnal, harian ganda semi diurnal dan dua jenis campuran mixed
tides. Pada jenis harian tunggal terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari,
saat spring dapat terjadi dua kali pasang sehari. Pada jenis harian ganda terjadi dua
kali pasang sehari dengan tinggi pasang dan surut yang relatif sama. Pada pasang surut
campuran terdapat dua jenis yaitu campuran tunggal mixed tide prevalling diurnal dan
campuran ganda mixed tide prevalling semi diurnal. Pasang surut campuran tunggal
terjadi satu atau dua kali pasang sehari dengan interval yang berbeda, sedangkan
pada campuran ganda terjadi dua kali pasang sehari dengan perbedaan tinggi dan interval
yang berbeda. Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara
sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk
perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Tabel 2 Komponen-komponen harmonik pasang surut utama
Sumber: Triadmojo, 2007 Pasang surut bersifat periodik, data
amplitudo dan beda fase dari komponen pembangkit pasang surut dibutuhkan untuk
meramalkan pasang surut. Komponen- komponen utama pasang surut terdiri dari
komponen tengah dan harian. Namun demikian,
karena interaksinya
dengan bentuk morfologi pantai dan superposisi
antar gelombang pasang surut komponen utama,
terbentuk komponen-komponen
pasang surut yang baru Pond dan Pickard, 1983.
2.4.4 Kenaikan Muka Laut
Kenaikan muka laut merupakan fenomena naiknya muka air laut terhadap
Jenis Nama
Komponen Periode
jam FENOMENA
Semi-Diurnal M2
12,42 Gravitasi bulan dengan orbit lingkaran dan
sejajar ekuator bumi S2
12,00 Gravitasi matahari dengan orbit lingkaran
dan sejajar ekuator bumi N2
12,66 Perubahan jarak bulan ke bumi akibat
lintasan yang berbentuk elips Diurnal
K1 23,93
Deklinasi sistem bulan dan matahari O1
25,28 Deklinasi Bulan
7
rata-rata muka laut titik acu benchmark di darat akibat pertambahan volume air laut.
Perubahan tinggi permukaan air laut dapat dilihat sebagai suatu fenomena alam yang
terjadi secara periodik maupun menerus. Perubahan secara periodik dapat dilihat dari
fenomena pasang surut air laut, sedangkan kenaikan air laut yang menerus adalah
seperti yang teridentifikasi oleh pemanasan global. Fenomena naiknya muka laut yang
direprsentasikan dengan SLR sea level rise dipengaruhi secara dominan oleh pemuaian
thermal
thermal expansion
sehingga volume air laut bertambah. Selain itu,
mencairnya es di kutub dan gletser juga memberikan kontribusi terhadap perubahan
kenaikan muka laut. Beberapa tahun terakhir ini, perubahan sea level rise di estimasi dari
pengukuran dari stasiun pasang surut Nurmaulia, et all, 2006. Dampak yang
terjadi
secara permanen
antara lain
perubahan kondisi
ekosistem pantai,
meningkatnya erosi,
makin cepatnya
kerusakan yang terjadi bergantung pada tingkat dan jenis pemanfaatan kawasan tepi
pantai. Menurut IPCC Intergovernmental
Panel on Climate Change, memperkirakan bahwa pada kurun waktu 100 tahun
terhitung mulai tahun 2000 permukaan air laut akan meningkat setinggi 15-90 cm
dengan kepastian peningkatan setinggi 48 cm. Apabila perkiraan IPCC tentang
kenaikan
muka laut
terjadi, maka
diperkirakan Indonesia akan kehilangan 2.000 pulau. Hal ini pula yang akan
menyebabkan mundurnya garis pantai di sebagian besar wilayah Indonesia Mimura,
2000.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan mayoritas populasinya
terbesar di sekitar wilayah pesisir. Dampak negatif yang dapat dirasakan langsung dari
fenomena kenaikan muka laut diantaranya erosi garis pantai, penggenangan wilayah
daratan,
meningkatnya frekuensi
dan intensitas banjir, meningkatnya dampak
badai di daerah pesisir, salinisasi lapisan akuifer dan kerusakan ekosistem wilayah
pesisir. Meskipun demikian sampai saat ini karakteristik serta perilaku dari fenomena
naiknya muka laut di wilayah region perairan Indonesia belum dipahami secara
baik dan komprehensif. Jadi, perilaku kedudukan muka laut baik variasi temporal
maupun spasialnya di wilayah Indonesia merupakan salah satu informasi penting
yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan suatu wilayah
secara berkelanjutan.
2.5 Citra Satelit Sumberdaya Alam