Analisis Kejadian Banjir Rob

23

4.3 Analisis Kejadian Banjir Rob

Pasang Banjir rob merupakan banjir yang diakibatkan genangan air laut saat pasang terjadi. Kejadian pasang surut yang mempengaruhi kejadian banjir rob pasang terjadi pada saat pasang maksimumtertinggi High Water Level atau dikatakan pasang purnama spring tide. Pasang purnama terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari berada dalam satu garis lurus yang akan menghasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang purnama biasanya terjadi pada saat bulan penuh full moon dan bulan baru new moon. Bulan penuh dapat disebut dengan istilah bulan terang atau bulan purnama. Bulan purnama dan bulan baru, akan menghasilkan pasang yang tinggi maksimum biasanya terjadi pada awal dan akhir bulan Muharram pada kalender islam Hijriah. Maka banjir pasang ini terjadi ketika bulan terang dan bulan baru yang menghasilkan pasang tertinggi sehingga menggenangi daratan pada wilayah pesisir. Genangan air laut akibat pasang akan menggenangi wilayah yang ketinggian daratannya lebih rendah atau sejajar dibandingkan dengan muka laut. Perubahan lahan merupakan salah satu faktor penyebab genangan di wilayah pesisir. Berdasarkan klasifikasi lahan yang dihasilkan dari penutupan lahan tahun 2003 dengan citra SPOT dan tahun 2008 dengan citra ALOS menjelaskan perubahan lahan yang signifikan pada wilayah kajian, terutama pada kelas bangunan yang berdampak pada pengurangan kelas-kelas lain salah satunya laut. Perubahan kelas laut merupakan akibat dari pembangunan pemukiman, perkantoran, dan pelabuhan pada wilayah pesisir sehingga menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai. Akibat majunya garis pantai, maka terjadi penambahan daratan akresi dan pengurangan pada kelas laut yang akan menyebabkan kejadian banjir rob pasang didaerah pesisir utara Jakarta. Semakin besar perubahan lahan yang terjadi pada wilayah pesisir maka nilai ketinggian dan luas genangan akan semakin besar pula. Volume air laut yang tetap, tapi terjadi perubahan garis pantai yang semakin maju akan berakibat pengurangan luasan laut. Maka saat pasang maksimum terjadi wilayah- wilayah darat yang mengalami perubahan akan tergenang air laut. Hasil perubahan garis pantai yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya menjelaskan bahwa perubahan kelas laut menjadi darat sebesar 148 ha pada lokasi penelitian. Namun dari luasan tersebut, tidak semua wilayah pesisir yang mengalami panambahan daratan akresi akan mengakibatkan kejadian banjir rob pasang. Kejadian ini akan terjadi pada wilayah- wilayah yang konstruksi bangunan pembatas antara pantai dan darat kurang baik, pengaruh dari break water pemecah gelombang pada wilayah yang bersebelahan dengan lokasi kejadian banjir pasang, dan pada wilayah ini lebih rendah dari muka laut rata-rata. Pada waktu angin musim barat, angin berhembus dari Asia menuju Australia yang melewati Laut Natuna hingga Teluk Jakarta sehingga angin akan mempengaruhi gelombang. Apabila gelombang air laut mengenai break water akan mempengaruhi wilayah yang berada disekitarnya dan akan menyebabkan gelombang pasang yang tinggi tinggi. Sehingga wilayah-wilayah yang berada disekitar samping break water inilah yang sering mengalami kejadian banjir rob pasang. Selain itu, pengaruh gelombang ini akan membawa material ke wilayah ini yang menyebabkan terjadinya akresi dan wilayah yang berada sebelum break water akan mengalami pengikisan pantai abrasi. Indah 2009 dalam laporan penelitiannya menyatakan bahwa limpasan permukaan dari Daerah Aliran Sungai DAS Sunter yang mengalir menuju Teluk Jakarta pada tanggal 9-13 Januari 2008 bernilai nol dan pada tanggal 12 Januari 2008 yaitu sebesar 3,03 mm, menjelaskan bahwa limpasan permukaan yang berasal dari sungai tidak mempengaruhi ketinggian maupun luasan banjir rob pasang yang terjadi. Data tersebut dapat menggambarkan bahwa genangan banjir rob pasang di pesisir utara Jakarta tidak dipengaruhi limpasan permukaan dari DAS akibat pengaruh curah hujan, karena nilai yang diperoleh berdasarkan parameter curah hujan wilayah. Namun, jika limpasan permukaan dari DAS merupakan limpasan yang diakibatkan kejadian pasang surut, dimana terjadi pada saat pasang tertinggi sehingga air laut didesak memasuki aliran DAS, maka limpasan tersebut merupakan banjir pasang yang akan mengakibatkan genangan pada wilayah-wilayah disekitar muara Sungai. Hal ini ditunjukkan pada peta hasil survei lapang pada Gambar 14, dimana lokasi kejadian banjir rob pasang berada di muara-muara sungai. 24 Gambar 14 Peta hasil survei lapang pada perekaman titik koordinat kejadian banjir rob pasang 25 Wilayah pesisir utara Jakarta yang menjadi langganan banjir rob pasang tiap tahunnya. Melalui survei lapang yang dilakukan pada wilayah Muara Angke, Pluit, dan Muara Baru menjelaskan pengaruh perubahan lahan dan pasang surut yang menyebabkan kejadian banjir rob pasang. Ketika pasang terendah surut maka wilayah tidak tergenang, namun jika terjadi pasang tertinggi pasang maka luas genangan serta ketinggian genangan akan semakin besar. Kejadian banjir rob pasang pada wilayah ini sering terjadi, akibat perubahan lahan pada kelas laut menjadi darat yang memperparah kejadian tersebut. Gambar 14, menjelaskan lokasi-lokasi yang menjadi langganan kejadian banjir rob pasang berdasarkan hasil survei lapang dengan perekaman koordinat. Hasil perekaman koordinat wilayah pada survei lapang yang mengalami genangan banjir rob pasang di-overlay dengan hasil perubahan garis pantai. Perekaman titik koordinat pada lokasi kajian diambil sampel sebanyak delapan titik, yaitu Pluit, Pemukiman Muara Baru, Kawasan Pelabuhan Muara Baru Muara Baru 1, 2, dan 3, Pelabuhan Muara Angke Muara Angke 1 dan 2, dan Kampung Nelayan Muara Angke Lampiran 5. Berdasarkan Gambar 14, pada wilayah Kampung Nelayan Muara Angke, Pelabuhan Muara Angke Muara Angke 1 dan 2 dan Pluit terjadi penambahan darat akresi. Penambahan daratan merupakan salah satu penyebab terjadinya kejadian banjir rob pasang di lokasi ini. Penambahan daratan dipengaruhi perubahan tata guna lahan pada wilayah pesisir dan penambahan material baik dari laut maupun sungai. Sesuai dengan penjelasan mengenai penyebab banjir rob pasang, wilayah Muara Angke yang bersebelahan dengan wilayah Pantai Indah Kapuk PIK. Pada wilayah PIK mempunyai konstruksi pembatas pantai yang baik dan memiliki break water pemecah gelombang sehingga akibatnya wilayah Muara Angke akan mengalami banjir akibat pasang surut. Akibat konstruksi pembatas yang tidak baik serta ketinggian wilayah ini lebih rendah dibanding muka laut akan memperparah kejadian banjir pasang ini pada wilayah Muara Angke. Sama seperti halnya Muara Angke, wilayah Muara Baru dan Pluit juga mengalami kejadian banjir pasang akibat pengaruh tersebut. Namun wilayah Muara Baru pada Gambar 14 yaitu, Pelabuhan Muara Baru Muara Baru 1, Muara Baru 2, dan Muara Baru 3 dan Pemukiman Muara Baru pada wilayah ini tidak terjadi penambahan ataupun pengurangan daratan berdasarkan pemetaan posisi koordinat pada Gambar 14. Tetapi pada survei lapang yang dilakukan pada wilayah Muara Baru terjadi penambahan daratan. Perbedaan antara pemetaan perubahan garis pantai dan kenyataan di lapangan merupakan pengaruh dari waktu perekaman citra yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah pasang surut. Perekaman citra SPOT tahun 2003 pada pukul 10.00 WIB, menjelaskan terjadinya pasang tertinggi pada wilayah kajian. Namun, berbeda pada citra ALOS tahun 2008 yang direkam pada pukul 14.00 WIB yang tidak mengalami pasang tertinggi. Perbedaan waktu perekaman ini akan mempengaruhi perubahan garis pantai seperti perbedaan hasil penelitian dengan survei lapang pada wilayah Muara Baru, serta wilayah-wilayah yang mengalami pengurangan daratan abrasi disekitar lokasi kejadian banjir rob pasang yang terjadi akibat saat perekaman citra pada lokasi tersebut sedang mengalami pasang maksimum sehingga terjadi penggenangan dan berakibat pada pengurangan daratan dimana garis pantainya semakin mundur. Upaya untuk menanggulangi kejadian banjir akibat pasang surut ini telah dilakukan dengan pembangunan tanggul yang mencapai 3-5 meter, tetap saja tidak bisa mengatasi kejadian banjir rob pasang tersebut. Rusaknya tanggul terjadi akibat terjangan gelombang dan bolongnya sisi pada tanggul akibat pasang surut. Survei lapang yang dilakukan menjelaskan bahwa saat terjadi banjir besar pada tahun 2006 di Jakarta, pada wilayah- wilayah pesisir tidak mengalami genangan akibat dari banjir tersebut. Sehingga, berdasarkan survei lapang dan hasil analisis menyatakan bahwa banjir rob pasang, dipengaruhi oleh pasang surut dan terjadinya perubahan lahan pada wilayah pesisir serta tidak dipengaruhi oleh limpasan permukaan dari sungai dan curah hujan wilayah tersebut.

4.4 Prediksi Area Genangan