2.1.6 Analytical Hierarchy Process AHP
Sumber permasalahan dalam pengambilan keputusan bukan hanya terletak ketidakpastian dan ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya
adalah banyaknya faktor yang mempengaruhi pilihan-pilihan yang ada serta beragamnya kriteria pemilihan yang ada. Banyak metode yang dapat digunakan
dalam sistem pengambilan keputusan. Salah satunya adalah metode Analytical Hierarchy Process AHP. Konsep metode AHP adalah merubah nilai-nilai
kualitatif menjadi kuantitatif, sehingga keputusan-keputusan yang diambil bisa lebih objektif.
Seperti yang dimuat dalam Supriyono et all. 2007:312, metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu
kerangka berpikir manusia. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970. Dasar berpikir metode AHP adalah proses membentuk
skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat
keputusan.
2.1.6.1 Dasar-dasar Analytical Hieararchy Process AHP
Ada beberapa dasar yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan metode AHP, diantaranya yaitu: Decomposition,
Comparative Judgement, Synthesis of Priorrity, dan Consistency.
a. Decomposition
Universitas Sumatera Utara
Decomposition yaitu memecah persoalanyang utuh menjadi unsur- unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan
terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan. Ada dua jenis hierarki
yaitu, hierarki lengkap dan hierarki tidak lengkap. Dalam hierarki lengkap, suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, jika tidak
demikian dinamakan hierarki tidak lengkap.
b. Comparative Judgement
Comparative Judgement berarti membuat penelitian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks
pairwaise comparison.
c. Synthesis of Priority
Dari segi matriks pairwaise comparison kemudian dicari eigen vector untuk mendapatkan local priority, karena matriks pairwaise comparison terdapat
pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut
bentuk hierarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
d. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan ke dalam himpunan yang seragam jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tidak dapat jika rasa sebagai
kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada criteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria
dan madu dinilai 5x lebih manis dibandingkan gula, dan gula 2x lebih manis dibanding sirup, maka seharusnya madu dinilai 10x kali lebih manis dibanding
sirup. Jika madu hanya dinilai 4x manisnya disbanding sirup, maka nilainya tak konsisten dan prooses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang tepat.
2.1.6.2 AHP dalam Kelompok
Sekelompok orang yang berdiskusi umunya memiliki pemahaman yang lebih baik dibanding seseorang dari kelompok itu yang berpikir. Karena
itu hierarki dan penilaian yang dihasilkan suatu kelompok seharusnya akan lebih baik. Namun, diskusi dalam kelompok juga dapat menimbulkan masalah
yaitu adanya perbedaan pendapat antara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya. Untuk mengatasi permasalahn ini bisa dilakukan dua cara, yang
pertama dilakukan pemungutan suara dan jawaban akan dijatuhkan kepada suara terbanyak. Kedua, dengan menemukan rata-rata geometric dari penilaian
yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok .Nilai rata-rata geometrik ini yang dianggap sebagai penilaian kelompok. Sebagai contoh, sebuah kelompok
yang beranggotakan 3 orang, masing-masing member penilaian 2,3, dan 7. Maka nilai kelompok adalah
√2 � 3 � 7
3
= 3,48
2.2 Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Wardani 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Kebutuhan Mencari Variasi Produk, Harga Produk dan
Iklan Produk Pesaing Terhadap Keputusan Perpindahan Merek dari Sabun Pembersih Wajah Biore”. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah
ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi, harga dan iklan produk pesaing berpengaruh terhadap keputusan perpindahan merek dari sabun pembersih
wajah Biore. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Dipenegoro yang pernah melakukan perpindahan merek dari sabun pembersih wajah Biore ke sabun pembersih wajah merek lain. Untuk menganalisis data hasil
kuesioner mengenai ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi, harga dan iklan produk digunakan analisis regresi berganda. Dari penelitian ini diketahui
bahwa ketidakpuasan konsumen, harga, iklan produk pesaing dan kebutuhan mencari variasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan
perpindahan merek ke pembersih wajah merek lain, dimana variabel kebutuhan mencari variasi memiliki pengaruh yang paling besar. Variabel kebutuhan
mencari variasi memberikan pengaruh terbesar terhadap keputusan perpindahan merek dikarenakan banyaknya merek-merek baru yang bermunculan membuat
konsumen lebih bebas dalam memilih sabun pembersih wajah sehingga konsumen tidak akan sepenuhnya setia akan suatu produk. Hal ini mengakibatkan konsumen
biore berpindah merek ke merek lain karena rasa penasaran. Teknomo et all. 1999 dalam penelitiannya yang berjudul
“Penggunaan Analitycal Hierachy Process AHP dalam Menganalisa Faktor-
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda ke Kampus”. Jurnal ini bertujuan untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan model
kendaraan, serta berapa besar pengaruhnya sehingga dapat dihasilkan berbagai alternatif dan kebijakan untuk menurunkan kebutuhan akan lahan parkir dengan
lebih efektif. Pengolahan data penelitian dilakukan engan metode Analitycal Hierachy Process AHP. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara
berkuesioner yang dilakukan terhadap 30 orang mahasiswa Universitas Kristen Petra, dimana responden dipilih dengan cara acak sederhana. Dari penelitian
diketahui bahwa factor utama yang memperngaruhi pemilihan moda ke kampus adalah faktor keamanan sebesar 49,3, dan faktor waktu sebesar 27,3.
2.3 Kerangka Konseptual