IRIGASI TETES TINJAUAN PUSTAKA

5 Berdasarkan penggunaan larutan nutrisinya, hidroponik digolongkan menjadi dua, yaitu hidroponik sistem terbuka dan hidroponik sistem tertutup. Pada hidroponik sistem terbuka, larutan nutrisi dialirkan ke daerah perakaran tanaman dan kelebihannya dibiarkan hilang. Sedangkan hidroponik sistem tertutup, kelebihan larutan nutrisi yang diberikan, ditampung dan disirkulasikan kembali ke daerah perakaran tanaman Chadirin, 2007 dalam Murniati, 2008. Saat ini dikenal 8 macam teknik hidroponik modern, yaitu Nutrient Film Technique NFT, Static Aerated Technique SAT, Ebb and Flow Technique EFT, Deep Flow Technique DFT, Aerated Flow Technique AFT, Drip Irrigation Technique DIT, Root Mist Technique RMT dan Frog Feed Technique FFT . Hidroponik dengan Drip Irrigation Technique dikategorikan sebagai hidroponik sistem terbuka. Pada sistem Drip Irrigation Technique atau irigasi tetes biasanya digunakan media tanam sebagai tempat tumbuh dan penyangga akar tanaman, kemudian larutan nutrisi diberikan dengan meneteskannya pada daerah perakaran tanaman. Media tanam harus memenuhi persyaratan, antara lain dapat menyerap dan menghantarkan air dengan mudah, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, tidak mudah lapuk atau busuk.

B. IRIGASI TETES

Irigasi adalah suatu usaha manusia untuk menambah kekurangan air dari pasokan hujan untuk pertumbuhan tanaman yang optimum. Peranan irigasi dalam meningkatkan dan menstabilkan produksi pertanian tidak hanya bersandar pada produktifitas saja tetapi juga pada kemampuannya untuk meningkatkan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang berhubungan dengan input produksi. Irigasi mengurangi resiko kegagalan panen karena ketidak- pastian hujan dan kekeringan, membuat unsur hara yang tersedia menjadi lebih efektif, menciptakan kondisi kelembaban tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman, serta hasil dan kualitas tanaman yang lebih baik. Menurut Schwab et.al. 1981, metoda penggunaan air irigasi untuk tanaman dapat digolongkan ke dalam irigasi permukaan surface irrigation, 6 irigasi bawah-permukaan tanah sub-surface irrigation, irigasi curah sprinkler , dan irigasi tetes drip atau trickle irrigation. Pemilihan metoda irigasi tersebut tergantung pada air yang tersedia, iklim, tanah, topografi, kebiasaan, dan jenis dan nilai ekonomi tanaman. Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan menggunakan pipa tanah liat. Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi. Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di Inggris. Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada tahun 1960-an. Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi applicator, emission device yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi hampir terus-menerus disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara harian minimal 12 jam per hari. Gambar 1. Profil Tanah Terbasahkan Irigasi tetes memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode irigasi lainnya, diantaranya meningkatkan nilai guna air, meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian air dan nutrisi, menekan pertumbuhan gulma, serta menghemat tenaga kerja. 7 Namun ada beberapa kelemahan dalam irigasi tetes, yaitu penyumbatan pada penetes yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia, dan biologi yang dapat mengurangi efisiensi kinerja sistem. Selain itu dapat terjadi penumpukan garam pada daerah yang tidak terbasahi dan pemberian air yang tidak mencukupi kebutuhan tanaman akibat kurang dikontrol dengan baik dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Sistem irigasi tetes di lapangan umumnya terdiri dari jalur utama, pipa pembagi, pipa lateral, alat aplikasi dan sistem pengontrol seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2. 1. Unit utama head unit Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter saringan utama dan komponen pengendali pengukur tekanan, pengukur debit dan katup. 2. Pipa utama main line Pipa utama umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida PVC, galvanized steel atau besi cor dan berdiameter antara 7.5–25 cm. Pipa utama dapat dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah. 3. Pipa pembagi sub-main, manifold Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus 80- 100 μm, katup selenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE high density polyethylene dan berdiameter antara 50 – 75 mm. 4. Pipa Lateral Pipa lateral merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari pipa polyethylene PE, berdiameter 8 – 20 mm dan dilengkapi dengan katup pembuang. 5. Alat aplikasi applicator, emission device Alat aplikasi terdiri dari penetes emitter, pipa kecil small tube, bubbler dan penyemprot kecil micro sprinkler yang dipasang pada pipa lateral. Alat aplikasi terbuat dari berbagai bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan sebagainya. 8 Gambar 2. Komponen Irigasi Tetes

C. GREENHOUSE