V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan 1. Bakteri yang diisolasi dari lumpur lingkungan limbah tekstil CV. Mama
Leon Tabanan dan lumpur Sungai Badung, Denpasar, Bali teridentifikasi bakteri
Aeromonas sp., Pseudomonas sp.,
Plesiomonas sp.,
Flavobacterium sp., dan Vibrio sp. Bakteri Aeromonas sp. ML6, Aeromonas sp. ML14, Aeromonas sp. ML24, Pseudomonas sp. ML8 dan
Flavobacterium sp. ML20 potensial digunakan untuk merombak limbah zat warna tekstil.
2. Aktivitas bakteri dalam merombak zat warna tekstil sangat dipengaruh oleh
faktor lingkungan. Aktivitas perombakan zat warna berlangsung efisien pada kondisi anaerob dan memerlukan sumber karbon eksternal untuk
meningkatkan efisiensi perombakan. Kondisi lingkungan optimum yang diperlukan bakteri untuk merombak 200 mgL zat warna
remazol yellow, remazol red, remazol blue, remazol black dan remazol campuran adalah
pada pH 7-8 dan memerlukan 2-3 gL glukosa. 3.
Pengolahan limbah tekstil sistem kombinasi anaerob-aerob dengan proses pertumbuhan terlekat menggunakan konsorsium bakteri yang teramobil
pada batu vulkanik menghasilkan efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan kultur tunggal. Pengolahan limbah tekstil buatan dalam reaktor anaerob-
aerob selama 6 hari pengolahan mampu menurunkan warna, TDS, TSS, COD dan BOD masing-masing sebesar 96,94, 75,73, 68,03, 97,68
dan 94,60. Pengolahan tahap aerob selama 30-40 jam sudah mampu menurunkan nilai COD dan BOD sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan
untuk limbah lindustri. Konsorsium yang digunakan pada pengolahan tahap anerob terdiri dari
Aeromonas sp.ML6, Aeromonas sp.ML14, Pseudomonas sp.ML8 dan
Flavobacterium sp. ML20. Sedangkan konsorsium bakteri pada tahap aerob terdiri dari
Plesiomonassp.SB1, Plesiomonassp.SB2, Vibrio sp.SB1,
Vibrio sp.SB2 dan Vibrio sp.SB3. 4.
Pengolahan limbah tekstil skala lapang menggunakan sistem kombinasi anaerob-aerob selama 6 hari menghasilkan efisiensi perombakan warna,
TDS, TSS, COD dan BOD masing-masing sebesar 95,72, 80,87, 87,50, 98,38 dan 93,90.
5. Hasil pengolahan limbah tekstil pada tahap anaerob memiliki tingkat toksisitas lebih tinggi dibandingkan dengan limbah sebelum diolah akan
tetapi toksisitasnya menurun tajam setelah melalui tahap pengolahan aerob. Pengolahan limbah tektil dengan sistem kombinasi anaerob-aerob
menghasilkan kualitas limbah dengan kriteria sudah memenuhi baku mutu untuk dibuang ke lingkungan. Dengan demikian, sistem pengolahan limbah
ini dapat dijadikan sebagai perhatian untuk diaplikasikan pada industri pencelupan tekstil.
5.2. Saran 1. Perlu dilakukan ekplorasi bakteri dari sumber-sumber lain seperti bakteri