Unit pengolahan tersier ini merupakan pengolahan secara khusus berfungsi untuk menghilangkan partikel-partikel halus dan senyawa kimia yang tidak dapat
diuraikan oleh mikrob. Teknik yang digunakan adalah pengendapan dengan cara menambahkan koagulan dan karbon aktif. Air limbah yang sudah mengalami
pengolahan dan memenuhi standar baku mutu air buangan industri selanjutnya dibuang ke perairan umum.
2.6. Perombakan Zat Warna Tekstil Secara Biologi
Pengolahan limbah zat warna tekstil secara biologi yang paling sederhana adalah melalui proses adsorpsi menggunakan biomassa. Penggunaan biomassa
kurang baik digunakan pada pengolahan jangka panjang. Hal ini disebabkan selama proses perombakan, zat warna terkonsentrasi dan suatu saat mengalami
kejenuhan sehingga adsorben harus dibuang atau didesorpsi kembali sebelum digunakan. Pengolahan limbah zat warna tekstil menggunakan mikroorganisme
hidup lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan biomassa karena mikroorganisme hidup dapat memanfaatkan bahan organik yang terdapat dalam
limbah sebagai sumber karbon dan energi untuk pertumbuhannya. Perombakan zat warna azo yang dilakukan oleh HeFang
et al. 2004, menunjukkan bahwa perombakan menggunakan mikroorganisme dengan proses
pertumbuhan terlekat memberikan efisiensi perombakan yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan mikroorganisme dengan proses pertumbuhan
tersuspensi. Efisiensi perombakan zat warna azo direct fast scarlet 4BS
menggunakan konsorsium mikrob proses pertumbuhan terlekat adalah 99,6 selama 6 jam inkubasi sedangkan menggunakan konsorsium mikrob proses
pertumbuhan tersuspensi sebesar 99,1 selama 24 jam inkubasi. Pengolahan limbah tekstil menggunakan bakteri dapat berlangsung secara
aerob, anaerob maupun kombinasi anaerob-aerob. Beberapa bakteri pada kondisi anaerob dilaporkan mampu untuk merombak zat warna azo di antaranya
Bacillus cereus Wuhrmann et al. 1980, Bacillus sp., Alcaligenes sp., dan Aeromonas sp. Sharma et al. 2004, Clostridium sp. Eubacterium, Proteus
vulgaris, Bacillus cereus, Streptococus faecalis, Sphingomonas BN6 Yoo 2000. Sedangkan beberapa bakteri pada kondisi aerob yang dilaporkan mampu
merombak zat warna azo di antaranya adalah Acinetobacter sp., Bacillus sp.,
Pseudomonas sp., Legionella sp., dan Staphylococcus sp.Olukanni et al. 2006. Bakteri
Actinomycetes terutama dari spesies Streptomyces penghasil enzim
ekstraseluler peroksidase yang berperan penting pada proses degradasi lignin juga efektif digunakan untuk merombak zat warna tekstil Montano 2007.
Disamping bakteri, beberapa jenis jamur pendegradasi lignin penghasil enzim lacasse, lignin peroksidase dan mangan peroksidase seperti Bjerkandera adusta,
Irpex lacteus, Phanaerochaete crysosphorium and Hypoxylon fragiforme dapat digunakan untuk mengolah limbah zat warna tekstil Adosinda
et al. 2003.
2.6.1. Perombakan Zat Warna Tekstil pada Kondisi Anaerob
Zat warna azo memiliki gugus kromofor berupa azo N=N lebih kuat menarik elektron dibandingkan dengan mentransfer elektron. Oleh sebab itu,
perombakan secara biologi tidak efektif pada kondisi aerob Van der Zee 2002. Kebanyakan perombakan zat warna azo secara biologis dimulai dari tahap
pemecahan ikatan azo dengan bantuan enzim azoreductase pada kondisi
anaerob dan dilanjutkan ke tahap mineralisasi produk intermediet pada kondisi aerob.
Mekanisme reduksi zat warna azo pada kondisi anaerob dibedakan menjadi tiga, yaitu reduksi menggunakan bantuan enzim secara langsung
direct enzymatic reduction, reduksi dengan bantuan enzim secara tidak langsung
indirect enzymatic reduction dan reduksi secara kimia Van der Zee 2002. Pada perombakan dengan mekanisme
direct enzymatic reduction, enzim mentransfer
reducing equivalents yang dihasilkan dari glikolisis substrat organik glukosa, laktat ke zat warna azo. Studi yang dilakukan oleh Zimmermann
et al. 1982, melaporkan bahwa bakteri
Pseudomonas KF46. mampu menggunakan zat warna azo sederhana sebagai sumber karbon dan energi dengan bantuan
enzim azoreductase. Mekanisme reduksi zat warna azo orange II oleh bakteri
Pseudomonas KF46 yang dikatalisis oleh enzim azoreductase disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Mekanisme perombakan orange II dikatalisis enzim orange II
azoreductase.
N N
OH Orange II azoreductase
2 NADPH + H 2 NADP+
SO
3
Na SO
3
Na
NH
2
+
OH NH
2
Asam sulfanilat 1-amino-2-napthol
Perombakan zat warna azo menurut hipotesis indirect enzymatic
memerlukan mediator redoks yang berfungsi untuk mengakselerasi proses reduksi zat warna azo. Zat warna azo secara tidak langsung direduksi secara
enzimatik oleh elektron yang dihasilkan glikolisis karbon eksternal. Enzim azoreductase mengkatalisis pembentukan flavinadeninenucleotide FAD
tereduksi melalui reoksidasi oleh nicotinamide adenine dinucleotide NADH.
Flavin dalam keadaan tereduksi mentransfer elektron secara langsung ke zat warna azo tanpa bantuan enzim
azoreductase. Senyawa organik yang dapat berperan sebagai mediator redoks dilaporkan oleh beberapa peneliti, di
antaranya flavin FADH
2
, FMNH
2
dan riboflavin Field dan Brady 2003, antrakuinon-2,6-disulfonat Damronglerd
et al. 2005, metil viologen, menadion, dan antrakuinon Van der Zee 2002. Mekanisme reduksi zat warna azo secara
indirect enzymatic menggunakan mediator redoks dilaporkan oleh Field dan Brady 2003, ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 13 Mekanisme perombakan zat warna azo menggunakan riboflavin sebagai mediator redoks.
Perombakan zat warna azo secara kimia dengan menggunakan senyawa organik atau anorganik seperti sistein, askorbat, ditionat, sulfida yang dihasilkan
dari metabolisme bakteri. Proses perombakan zat warna azo secara kimia ini, zat warna azo mengalami reaksi reduksi sedangkan senyawa organik atau anorganik
mengalami reaksi oksidasi. Senyawa organik atau anorganik yang dapat digunakan mereduksi zat warna azo harus mempunyai nilai potensial reduksi
lebih kecil dibandingkan dengan potensial reduksi zat warna azo. Beberapa potensial reduksi untuk sistem biologi pada pH 7 dan suhu 25
o
C seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
Riboflavin teroksidasi
Riboflavin tereduksi
Zat warna azo N
N N
NH R
H O
O H
N N
N NH
R O
O Riboflavin
reductase R
2
NH
2
R
1
NH
2
+
Substrat
Substrat teroksidasi
Amina aromatik N=N
R
1
R
2
Tabel 4 Potensial redoks setengah reaksi pada sistem biologi Setengah reaksi
E
o
mV Transfer 2 SO
3 2-
S
2
O
4 2-
+ 2 H
2
O -574
2e + 4 H
+
TiIV sitratTiIIIsitrat -480
e + H Sistein2 sistein
-340 2e + 2 H
+
NAD
+
NADH + H
+
-320 2e + 2 H
+
S
o
HS
-
-270 2e + 2 H
+
S
o
H
2
S -250
2e + 2 H
+
FADFADH
2
-220 2e + 2 H
+
FMNFMNH
2
-220 2e + 2 H
+
RO 96dua amina aromatik -133
4e + 4 H
+
2.6.2. Perombakan Zat Warna Tekstil pada Kondisi Aerob
Zat warna azo relatif sulit dirombak pada kondisi aerob. Hal ini disebabkan zat warna azo mempunyai gugus kromofor sebagai penarik elektron yang kuat.
Dengan demikian, sistem penanganan aerob tidak efektif digunakan sebagai proses awal pada perombakan limbah tekstil melainkan lebih banyak digunakan
sebagai penanganan lanjutan dari proses anaerob. Penanganan aerob untuk menghilangkan bau dan menstabilisasi bahan
organik serta melanjutkan perombakan bahan pencemar yang belum dirombak pada proses anaerob agar limbah hasil pengolahan memenuhi baku mutu untuk
dialirkan ke lingkungan. Perkembangan dewasa ini beberapa jenis bakteri mampu merombak zat warna tekstil pada kondisi ada oksigen dengan bantuan
sumber karbon lain karena zat warna azo tidak dapat digunakan sebagai sumber energi secara langsung. Zissi
et al. 1997, dalam kajiannya melaporkan bahwa bakteri
Bacillus subtilis mampu merombak zat warna azo p-amino benzoat menjadi anilin pada kondisi aerob dengan menggunakan glukosa sebagai
sumber karbon. Bakteri Pseudomonas stutzeri, Acetobacter liquefaciens dan
Klebsiella pneumoniae mampu merombak zat warna azo reactive red 2 menggunakan glukosa sebagai sumber karbon Wong and Yuen 1996.
Sebelumnya, Cao et al. 1993, melaporkan bakteri kelompok Streptomyces dan
Sphingomonas penghasil peroksidase mampu merombak zat warna azo pada kondisi aerob. Disamping itu, beberapa jenis bakteri lain seperti
Aeromonas sp., Proteus mirabilis, Pseudomonas pseudomallei 13NA dan Pseudo luteola dapat
tumbuh pada kondisi aerob dan mampu merombak zat warna azo dengan menggunakan gula sebagai sumber karbon Chen
et al. 1999. Berdasarkan hasil kajian tersebut, pada umumnya hanya zat warna azo sederhana seperti
methyl red, acid orange 10, acid orange 8 dan acid red 88 yang mampu dirombak oleh
bakteri pada kondisi aerob. Perombakan zat warna azo pada kondisi aerob memerlukan enzim spesifik
yaitu aerobic azoreductase yang mengkatalis reaksi dengan adanya oksigen.
Menurut Telke et al. 2008, mekanisme reaksi oksidasi zat warna azo reactive
red 141 oleh bakteri Rhizobium radiobacter pada kondisi semi aerob dengan bantuan enzim
azoreductase ditunjukkan seperti pada Gambar 14.
Gambar 14 Mekanisme perombakan reactive red 141 menggunakan Rhizobium
radiobacter.
SO
3
N=N OH
NO SO
3
SO
3
SO
3
N=NH
Napthalena 2-diazonium 1,5 asam disulfonat 2-Nitroso napthol 4,7 asam disulfonat
+
N=NH Desulfonasi
Desulfonasi OH
NO Napthalena diazonium
2-Nitroso napthol N=N
NaSO
3
SO
3
Na OH
HN Reactive Red 141
N N
N O
O H
H 1,3,5 triazine 2,4 diol
intermediet
+
NO
2
O
2
N SO
3
SO
3
NO SO
3
OH N=N
SO
3
+
p-dinitro benzen Monoazo
intermediet SO
3
SO
3
SO
3
N=N OH
NO SO
3
Monoazo SO
3
Na SO
3
Na HN
HN N
N N
O
SO
3
Na NaSO
3
N=N O
N N
N NH
OH SO
3
Na
NaSO
3
2.6.3. Perombakan Zat Warna Tekstil Kombinasi Anaerob dan Aerob
Karakteristik limbah industri tekstil dengan nilai COD dan intensitas warna yang tinggi disertai sifat bahan pewarna yang stabil pada kondisi aerob, proses
pengolahan sistem kombinasi anaerob-aerob menjadi pilihan utama untuk menanggulangi pencemaran air oleh limbah tekstil. Secara umum proses
pengolahannya dibagi menjadi dua tahap yaitu pertama proses penguraian anaerob dan yang ke dua proses pengolahan lanjutan secara aerob. Pada
proses anaerob ditujukan untuk memecah molekul-molekul zat warna yang besar dan kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga warna menjadi
hilangg. Sedangkan pada proses aerob terjadi proses pengolahan lanjutan yaitu perombakan hasil transformasi bahan organik pada proses anaerob
dimineralisasi menjadi molekul sederhana seperti CO
2
dan H
2
O.
Perombakan Tahap Anaerob
Zat warna tekstil reaktif azo pada tahap perombakan anaerob diuraikan menjadi senyawa amina aromatik, gas-gas seperti hidrogen sulfida maupun
amoniak yang berbau menyengat. Perombakan zat warna azo menjadi senyawa amina aromatik tak berwarna sehingga warna menjadi hilang. Senyawa amina
aromatik tersebut umumnya sulit mengalami perombakan pada kondisi anaerob karena mempunyai energi resonansi negatif yang tinggi sehingga bersifat stabil
secara termodinamik Stolz 2001. Perombakan zat warna reaktif azo pada kondisi anaerob membutuhkan karbon organik seperti glukosa, pati, asetat,
tapioka atau senyawa karbon lainnya Chinwetkitvanich et al. 2000.
Perombakan Tahap Aerob
Proses pengolahan lanjutan ini dilakukan untuk menguraikan amina aromatik yang terbentuk pada peruraian anaerob menjadi zat-zat sederhana
yang tidak toksik serta CO
2
dan H
2
O. Pada kondisi aerob, mikrob terutama bakteri melalui enzim hidroksilase dan oksigenase mengkatalisis pemecahan
struktur benzena. Cincin aromatik mengalami hidroksilasi dan selanjutnya terjadi pembukaan cincin
cleavage melalui pengikatan 2 atom oksigen Pandey 2007. Penghilangan warna dan perombakan zat warna azo menggunakan mikrob
sangat baik menggunakan kombinasi anaerob-aerob. Beberapa keunggulan sistem pengolahan dengan kombinasi anaerob-aerob adalah bahwa pada tahap
anaerob digunakan untuk proses stabilisasi limbah organik sehingga proses
peruraian dapat lebih efisien. Pengolahan sistem kombinasi anaerob-aerob dapat dilakukan dengan
sequential menggunakan dua reaktor maupun secara simultan menggunakan satu reaktor berisi mikrob yang teramobilisasi. Uji efisiensi reaktor
pengolahan limbah tekstil sistem kombinasi anaerob-aerob teknik batch telah dilakukan oleh Liyan
et al. 2001. Hasil kajiannya menunjukkan bahwa pengolahan limbah menggunakan dua unit reaktor memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan menggunakan satu unit reaktor. Mekanisme perombakan zat warna azo dengan sistem kombinasi anaerob-
aerob dilaporkan oleh Hug et al. 1991 dengan menggunakan zat warna azo
mordant yellow 3 sebagai model limbah zat warna tekstil. Mekanisme perombakan zat warna azo sistem kombinasi anaerob-aerob disajikan pada
Gambar 15.
Gambar 15 Perombakan zat warna mordant yellow 3 dengan kombinasi
anaerob-aerob
COOH OH
N=N SO
3
H
COOH OH
NH
2
H
2
N SO
3
H Anaerobik
5-aminosalisilat OH
H
2
N COOH
SO
3
H H
2
N 6-aminonapthalenasulfonat
SO
3
H OH
OH H
H
2
N O
2
[2H]
OH OH
H
2
N O
2
HSO
3
O COOH
OH H
2
N OH
H2N COOH
Piruvat COOH
O COOH
H
2
N O
2
COOH COOH
O H
2
N H
2
O NH
3
COOH HO
COOH O
H
2
O Pumarat + Piruvat
Aerobik
2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Perombakan Limbah Tekstil Secara Biologi