Tabel 5 Parameter kualitas air limbah yang diukur dan metode pengukurannya No Parameter Satuan
Metode Pengukuran
1 pH - Elektrokimia
2 Warna CU Spektrofotometri
3 Bau - Organoleptik
4 Residu terlarut
mgL Gravimetri 5 Residu
tersuspensi mgL Gravimetri 6 BOD
mgL Titrasi Winkler
7 COD mgL Refluks
8 NO
3
sebagai N mgL
Brusin sulfanilat 9 NO
2
sebagai N mgL
Sulfanilat 10 Klorida
mgL Titrasi argentometri
2. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas hasil pengolahan limbah tekstil dilakukan dengan mempergunakan hewan uji Daphnia magna yang berdasarkan rekomendasi ISO
66431. Penggunaan Daphnia magna memiliki kemudahan dalam pelaksaan uji di laboratorium karena mudah dikultur, berukuran kecil dan sensitif terhadap
perubahan kondisi air. Pelaksanaan uji toksisitas dilakukan dengan cara membuat seri konsentrasi limbah 100; 50; 25; 12,5 dan 6,25 sebanyak
50 mL. Masing-masing limbah ditambahkan 10 ekor Daphnia magna selanjutnya diamati amobilitasnya setelah dilakukan penggojogan selama 15 detik.
Pengamatan dilakukan dalam waktu paparan 48 jam. Data amobilitas Daphnia magna dikoreksi terhadap amobilitas pada kontrol dengan rumus Abbot:
dengan P = persentase Daphnia magna yang amobil setelah dikoreksi, P
O
adalah persentase Daphnia magna yang amobil karena perlakuan, dan P
C
adalah persentase Daphnia magna yang amobil pada kontrol. Nilai P
C
tak boleh lebih dari 10. Perhitungan nilai EC50 pada pengamatan 48 jam untuk sampel
limbah sebelum dan sesudah pengolahan ditentukan metode pendekatan regresi linear seperti yang telah dilakukan oleh Lestariningsih 2005.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif tentang genus bakteri perombak zat warna tekstil, data kuantitatif berupa efisiensi
perombakan zat warna tekstil diberbagai kondisi lingkungan dan data kuantitatif tentang beberapa parameter kualitas air limbah sebelum dan setelah dilakukan
C C
O
P P
P P
− −
= 1
pengolahan. Efisiensi perombakan zat warna tekstil pada setiap proses ditentukan dengan rumus :
100 x
A B
A efisiensi
− =
, dengan A adalah nilai sebelum proses, B adalah nilai sesudah proses.
Data efisiensi perombakan zat warna tekstil diberbagai kondisi lingkungan pH, konsentrasi glukosa, konsentrasi zat warna dan lama waktu inkubasi
dianalisis menggunakan uji ANOVA untuk mengetahui pengaruh faktor kondisi lingkungan tersebut terhadap efisiensi perombakan zat warna tekstil
menggunakan bakteri. Analisis terhadap kualitas hasil pengolahan dilakukan dengan membandingkan semua parameter kualitas limbah yang diukur dengan
baku mutu kualitas limbah cair industri menurut KepMen LH No. 51MENLH101995. Jika parameter kualitas limbah berada di bawah baku mutu,
maka sistem pengolahan yang digunakan untuk mengolah limbah tekstil berlangsung efektif dan efisien.
Penilaian toksisitas akut terhadap limbah menggunakan Daphnia magna berdasarkan klasifikasi nilai EC
50
untuk limbah tekstil menurut Coleman dan Qureshi, 1985. Nilai EC
50
dengan skala EC
50
100 = tidak toksis, EC
50
75- 100 = toksisitas ringan, EC
50
50-75 = toksik, EC
50
25-50 toksisitas sedang dan EC
50
25 sangat toksik
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kultivasi, Seleksi dan Identifikasi
Bakteri yang terdapat pada suspensi lumpur dikultivasi selama 3 hari pada kondisi anaerob dan aerob. Kultivasi pada kondisi anaerob menggunakan tabung
ulir berisi media cair, 400 mgL zat warna tekstil dan 2 gL glukosa. Kultivasi pada kondisi aerob menggunakan erlenmeyer berisi media cair 150 mgL zat warna
tekstil dan 2 gL glukosa. Perubahan yang terjadi pada kultivasi secara anaerob adalah warna menjadi pudar dan agak keruh sedangkan pada kondisi aerob
warna hampir tidak berubah dan keruh. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat pada lumpur limbah tekstil memiliki tingkat
ketahanan yang tinggi terhadap zat warna azo. Ketahanan yang tinggi dari bakteri terhadap zat warna tekstil disebabkan karena bakteri tersebut sudah lama
beradaptasi dengan lingkungan limbah tekstil. Perombakan zat warna azo menggunakan bakteri berlangsung lebih efisien pada kondisi anaerob
dibandingkan dengan kondisi aerob. Pada kondisi anaerob, bakteri dari lumpur limbah tekstil Mama Leon lebih
mampu merombak zat warna reaktif azo dibandingkan dengan bakteri dari lumpur Sungai Badung. Sedangkan pada kondisi aerob, kemampuan adaptasi
dan pertumbuhan bakteri dari lumpur Sungai Badung lebih baik dibandingkan dengan bakteri dari lumpur limbah tekstil Mama Leon. Perombakan zat warna
remazol yellow, remazol red, remazol black, remazol blue dan remazol campuran oleh bakteri yang hidup pada lumpur limbah tekstil Mama Leon pada kondisi
anaerob tabung ulir dan bakteri dari lumpur Sungai Badung pada kondisi aerob erlenmeyer selama 3 hari inkubasi disajikan pada Gambar 22.
Gambar 22 Perombakan zat warna remazol pada kultivasi suspensi lumpur pada kondisi anaerob tabung ulir dan aerob erlenmeyer selama 3 hari
A B C D E A B C D E
A=Remazol yellow B=Remazol red
C=Remazol black D=Remazol blue
E=Remazol campuran