Kultivasi dan Seleksi Bakteri pada Kondisi Aerob
Kultivasi bakteri pada kondisi aerob dilakukan dengan memindahkan sebanyak 1 mL suspensi sampel secara aseptik ke dalam erlenmeyer ukuran
100 mL yang telah berisi 5 mL media cair dan zat warna remazol red 50 mgL yang telah disterilkan. Selanjutnya ditambahkan kembali media cair secara
perlahan sampai volume 10 mL. Biakan dalam erlenmeyer ditutup rapat dan diinkubasi pada suhu 30
o
C sambil digojog menggunakan shaker sampai tumbuh koloni yang ditandai munculnya kekeruhan. Bakteri yang tumbuh, diseleksi
dengan cara menumbuhkan kembali ke dalam erlenmeyer lain yang berisi media cair yang sama dengan kandungan zat warna remazol red yang lebih tinggi yaitu
50, 100 dan 150 mgL. Selanjutnya dilakukan isolasi bakteri dengan cara yang sama yang ditumbuhkan pada media cair yang mengandung zat warna remazol
yellow, remazol blue, remazol black dan campuran keempat zat warna tersebut.
2. Pemurnian Bakteri Hasil Isolasi Pemurnian Bakteri pada Kondisi Anaerob
Bakteri anaerob yang tumbuh pada perlakuan masing-masing zat warna reaktif azo dimurnikan dengan teknik agar tuang. Sebanyak 1 mL suspensi
dituangkan ke dalam cawan petri dan selanjutnya diisi media cair dan agar steril dalam kondisi hangat suhu sekitar 40
o
C. Selanjutnya cawan petri ditutup rapat dan digoyang-goyangkan kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca dan
disemprot dengan gas nitrogen. Toples ditutup rapat hingga kondisi kedap udara, selanjutnya diinkubasi selama 2 hari.
Pemurnian Bakteri pada Kondisi Aerob
Bakteri yang tumbuh pada perlakuan masing-masing zat warna reaktif azo dimurnikan dengan teknik penyebaran dalam media agar. Media cair yang berisi
agar disterilisasi menggunakan autokalf, selanjutnya didinginkan sampai suhu kira-kira 40
o
C. Media cair tersebut dituangkan dalam cawan petri, kemudian sebanyak 1 mL suspensi disebar ke dalam cawan petri menggunakan batang
penyebar. Cawan petri ditutup rapat dan diinkubasi pada suhu 30
o
C.selama 2 hari
3. Identifikasi Bakteri Hasil Isolasi Penentuan Gram
Sel bakteri hasil isolasi dioleskan pada kaca obyektif. Olesan difiksasi panas secara hati-hati, selanjutnya ditetesi pewarna ungu kristal, dibiarkan
selama 1 menit lalu dibilas dengan akuades. Olesan ditetesi kembali menggunakan larutan iodium dan dibiarkan selama 2 menit lalu dibilas dengan
etanol 95 selama 30 detik, kemudian dicuci dengan akuades. Olesan ditetesi larutan safranin dan dibiarkan selama 30 detik selanjutnya dibilas dengan
akuades. Olesan diamati dengan mikroskop, bakteri Gram positif akan berwarna ungu sedangkan Gram negatif berwarna merah muda.
Pengujian Aktivitas Biokimia
Bakteri yang telah dimurnikan dilakukan pengujian aktivitas biokimia untuk menentukan genus bakteri tersebut. Uji aktivitas biokimia yang dilakukan
meliputi uji katalase, oksidase, uji karbohidrat, uji sitrat, uji urease, uji Voges- Proskaeur, hidrolisis gelatin dan casein, dekorboksilasi arginin, dan uji
pembentukan indol. Hasil uji aktivitas biokimia dari masing-masing bakteri selanjutnya dianalisis merujuk pada Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology Holt et al. 1994
3.4.2 Efisiensi Perombakan Zat Warna pada Kondisi Anaerob Diberbagai Kondisi Lingkungan
1. Efisiensi Perombakan Zat Warna pada Variasi pH
Sebanyak 1 mL suspensi dimasukkan ke dalam tabung ulir 10 mL yang 13 bagiannya berisi media cair, 200 mgL zat warna remazol red dan 2 gL glukosa
yang telah disterilkan. Campuran tersebut diatur pada pH 5 dengan menambahkan larutan HCl. Tabung ulir diisi kembali media cair secara perlahan
hingga penuh dan ditutup rapat, selanjutnya diinkubasi pada suhu 30
o
C selama 5 hari. Setelah 5 hari, diambil 10 mL untuk disentrifugasi pada 2.790 x g selama 30
menit kemudian diukur konsentrasinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum untuk remazol red 526 nm. Selanjutnya
dilakukan perlakuan variasi pH 6, 7, 8 dan 9 dan perlakuan menggunakan zat warna remazol yellow, remazol blue, remazol black serta campuran keempat zat
warna tersebut. Masing-masing zat warna yang diuji dilakukan optimasi
absorbansi maksimum dan diperoleh panjang gelombang maksimum untuk
remazol yellow 424 nm, remazol red 526 nm, remazol black 598 nm, remazol blue 602,5 nm dan campuran keempat zat warna dengan rasio berat yang sama
adalah 579,5 nm. Penentuan efisiensi perombakan masing-masing zat warna dilakukan dengan cara membandingkan jumlah konsentrasi zat warna yang
terombak terhadap konsentrasi zat warna mula-mula dan dikalikan 100 persen.
2 Efisiensi Perombakan Zat Warna pada Variasi Konsentrasi Glukosa
Sebanyak 1 mL suspensi dimasukkan ke dalam tabung ulir 10 mL yang 13 bagiannya berisi media cair, 200 mgL zat warna remazol red dan 1 gL glukosa
yang telah disterilkan. Campuran diatur pada pH optimum yang diperoleh dari perlakuan perombakan zat warna pada variasi pH. Campuran ditambahkan
kembali media cair secara perlahan hingga penuh dan di tutup rapat kemudian diinkubasi pada suhu 30
o
C selama 5 hari. Setelah 5 hari, diambil sebanyak 10 mL untuk disentrifugasi pada 2.790 x g selama 30 menit. Konsentrasi zat warna
diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 526 nm. Selanjutnya dilakukan perlakuan variasi penambahan 0, 2, 3 dan 4 gL glukosa
dan perlakuan menggunakan zat warna remazol yellow, remazol blue, remazol black dan campuran dari keempat zat warna tersebut. Efisiensi perombakan
masing-masing zat warna ditentukan dengan cara membandingkan jumlah konsentrasi zat warna yang terombak terhadap konsentrasi zat warna mula-
mula dan dikalikan 100 persen.
3 Efisiensi Perombakan Zat Warna pada Variasi Konsentrasi Zat Warna
Sebanyak 1 mL suspensi dipindahkan secara aseptik ke dalam tabung ulir ukuran 10 mL yang 13 bagian berisi media cair, 50 mgL zat warna remazol red
yang telah disterilkan. Campuran ditambahkan glukosa steril dengan konsentrasi optimum yang diperoleh dari perlakuan perombakan pada variasi konsentrasi
glukosa. Campuran dalam tabung ulir diatur pada pH optimum yang diperoleh dari perlakuan perombakan pada variasi pH. Tabung ulir ditambahkan kembali
media cair secara perlahan-lahan hingga penuh dan ditutup rapat, selanjutnya diinkubasi pada suhu 30
o
C selama 5 hari. Setelah 5 hari, diambil 10 mL untuk disentrifugasi pada 2.790 x g selama 30 menit. Konsentrasi zat warna diukur
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 526 nm. Selanjutnya dilakukan perlakuan variasi konsentrasi zat warna yaitu 100, 150,
200, 250, 300, 350 dan 400 mgL. Disamping itu, dilakukan juga perlakuan
perombakan zat warna remazol yellow, remazol blue, remazol black dan campuran dari keempat zat warna tersebut pada variasi konsentrasi. Efisiensi
perombakan masing-masing zat warna ditentukan dengan cara membandingkan jumlah konsentrasi zat warna yang terombak terhadap konsentrasi zat warna
mula-mula dan dikalikan 100 persen.
4 Efisiensi Perombakan Zat Warna pada Variasi Lama Waktu Inkubasi
Sebanyak 1 mL suspensi bakteri dimasukkan ke dalam tabung ulir ukuran 10 mL yang 13 bagiannya berisi media cair, glukosa dan zat warna remazol red
dengan konsentrasi optimum yang diperoleh dari perlakuan perombakan pada variasi konsentrasi glukosa dan zat warna. Campuran diatur pada pH optimum
kemudian ditambahkan kembali dengan media cair secara perlahan hingga penuh dan ditutup rapat. Campuran tersebut selanjutnya diinkubasi pada suhu
30
o
C selama 1 hari. Setelah 1 hari, diambil 10 mL untuk disentrifugasi pada 2.790 x g selama 30 menit kemudian diukur konsentrasi zat warna menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 526 nm. Selanjutnya dilakukan perlakuan variasi lama waktu inkubasi 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 hari.
Disamping itu, dilakukan perlakuan variasi lama waktu inkubasi untuk perombakan zat warna remazol yellow, remazol blue, remazol black dan
campuran dari keempat zat warna tersebut. Efisiensi perombakan zat warna ditentukan dengan cara membandingkan konsentrasi zat warna yang dirombak
terhadap konsentrasi mula-mula dan dikalikan 100 persen.
3.4.3. Pengolahan Limbah Tekstil Buatan
Limbah tekstil buatan artifisial dibuat dengan cara mencampurkan zat warna remazol red, remazol blue, remazol yellow dan remazol black dengan
perbandingan berat yang sama dan konsentrasi total 200 mgL. Pengolahan limbah tekstil buatan dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pengolahan pada
kondisi anaerob dan tahap pengolahan pada kondisi aerob dengan masing- masing tahap menggunakan proses pertumbuhan tersuspensi sel bebas dan
proses pertumbuhan terlekat sel teramobil. Bakteri yang digunakan pada tahap pengolahan kondisi anaerob adalah bakteri kultur tunggal yang menghasilkan
efisiensi perombakan paling tinggi pada zat warna remazol yellow, remazol red, remazol black, remazol blue dan remazol campuran serta konsorsium bakteri
yang merupakan campuran dari kelima bakteri tersebut. Hasil pengolahan limbah
tekstil buatan tahap anaerob selanjutnya diukur penurunan konsentrasi zat warna menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimumnya.
Hasil pengolahan pada kondisi anaerob kemudian diolah lebih lanjut pada kondisi aerob dengan menggunakan bakteri kultur tunggal dan konsorsium hasil isolasi
dari lumpur Sungai Badung.
3.4.3.1. Pengolahan Limbah pada Kondisi Anaerob 1. Pengolahan Menggunakan Proses Pertumbuhan Tersuspensi
Rancangan Bioreaktor
Unit pengolahan limbah tekstil buatan menggunakan proses pertumbuhan tersuspensi terdiri dari 3 bak yang terbuat dari kaca, yaitu bak pengisi, bak
pengolah anaerob dan bak penampung efluen. Bak pengisi mempunyai volume 9.600 mL dengan dimensi panjang 20 cm, lebar 16 cm dan tinggi 30 cm
sedangkan bak pengolah reaktor anaerob dan bak penampung efluen mempunyai dimensi yang sama yaitu ukuran panjang x lebar x tinggi internalnya
adalah 10 x 5,5 x 20 cm dengan volume total 1.100 mL. Rancangan reaktor pengolahan limbah tekstil disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19 Rancangan bioreaktor anaerob untuk perombakan limbah tekstil menggunakan proses pertumbuhan tersuspensi
.
Proses Pengolahan Limbah
Bak pengolah anaerob dibuat seri sebanyak 6 buah yang berturut-turut berisi bakteri yang memberikan efisiensi terbaik pada perombakan masing-
masing zat warna dan konsorsium bakteri campuran dari kelima bakteri tersebut. Limbah tekstil buatan pada bak pengisi ditambahkan 50 mL media cair
dan 2 g glukosa per liter limbah. Limbah diatur pada pH sekitar 7, kemudian dialirkan ke masing-masing reaktor anaerob yang telah berisi 100 mL kultur
Bak pengisi
Penampung gas Reaktor anaerob
Keran
Bak penampung
bakteri secara upflow selama 1 jam sampai mendekati penuh. Masing-masing bak pengolah anaerob berisi sekitar 900 mL limbah tekstil buatan dan didiamkan
selang waktu 4 hari untuk terjadinya proses perombakan warna. Hasil pengolahan anaerob dilakukan pengukuran konsentrasi zat warna setiap hari
selama 4 hari. Hasil perombakan warna yang efisiensinya tinggi dianalisis parameter kualitas limbah yang meliputi pH, bau, TSS, TDS, nitrat, nitrit, BOD
dan COD. Pengolahan limbah tekstil buatan dengan proses pertumbuhan tersuspensi diulang tiga kali.
2. Pengolahan Menggunakan Proses Pertumbuhan Terlekat Rancangan Bioreaktor
Unit Pengolahan limbah tekstil buatan menggunakan proses pertumbuhan terlekat juga terdiri dari 3 bak yang terbuat dari kaca, yaitu bak pengisi, bak
pengolah dan bak penampung. Bak pengisi mempunyai volume sebesar 9.600 mL dengan dimensi panjang 20 cm, lebar 16 cm dan tinggi 30 cm. Bak
pengolah reaktor anaerob dengan volume total 1540 mL dengan dimensi ukuran panjang x lebar x tinggi internalnya masing-masing 11 x 7 x 20 cm.
Setelah ditambahkan batu vulkanik 757 gram, volume efektif reaktor untuk limbah adalah 900 mL. Bak penampung efluen dengan volume yang sama dengan bak
pengolah anaerob.
Gambar 20 Rancangan bioreaktor anaerob untuk perombakan limbah tekstil menggunakan proses pertumbuhan terlekat
Prinsip pengolahan dimulai dari ekualisasi limbah tekstil pada pH 7 dan ditambahkan nutrisi kemudian dialirkan melalui keran pengalir secara upflow ke
bak pengolah anaerob yang berisi bakteri teramobil pada batu vulkanik. Setelah bak anaerob mendekati penuh dibiarkan selama 4 hari. Jumlah zat warna yang
Batu vulkanik Bak
pengisi
Penampung gas Reaktor anaerob
Keran
Bak penampung
terombak diukur setiap hari selama 4 hari menggunakan spektrofotometer UV- Vis pada panjang gelombang maksimum.
Amobilisasi Bakteri Anaerob pada Batu Vulkanik
Batu vulkanik yang digunakan sebagai media pengamobil diambil dari lereng Gunung Batur, Kintamani, Bali. Batu vulkanik dihancurkan sedemikian
rupa untuk memperoleh ukuran dengan diameter berkisar 0,1-0,2 cm. Batu vulkanik dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali, dikeringkan dalam oven pada
suhu 105
o
C selama 1 jam dan selanjutnya disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit. Ke dalam 6 buah reaktor anaerob masing- masing diisi 757 gram batu vulkanik steril yang digunakan sebagai media tempat
pelekatan bakteri. Bakteri yang diamobilkan pada masing-masing bioreaktor adalah bakteri yang memberikan efisiensi terbaik pada perombakan zat warna
remazol yellow, remazol red, remazol black, remazol blue, remazol campuran dan konsorsium bakteri. Amobilisasi bakteri pada batu vulkanik mengikuti metode
yang telah dilakukan Castilla et al. 2003 , yaitu sebanyak 100 mL kultur bakteri
ditumbuhkan dalam reaktor anaerob selanjutnya ditambahkan media tumbuh dan dibiarkan selama 3 hari. Setelah 3 hari cairan dalam bioreaktor dialirkan ke luar
melalui keran untuk mengeluarkan bakteri yang tidak terikat pada batu vulkanik. Pengamatan visual permukaan batu vulkanik sebelum dan setelah diamobilisasi
dengan bakteri menggunakan scanning electron microscope.
Penentuan Jumlah Sel Teramobil Pada Batu Vulkanik
Penentuan jumlah sel teramobil pada batu vulkanik dilakukan dengan cara melepaskan sel yang terlekat pada batu vulkanik kemudian ditentukan jumlah
koloni menggunakan metode total plate count TPC. Pelepasan sel yang terlekat menggunakan metode yang telah dilakukan Taoufik et al. 2004, yaitu
25 gram batu vulkanik yang telah diamobilisasi dengan bakteri dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 mL air steril kemudian divortex selama 2
menit. Cairan dituangkan dan batu vulkanik ditambahkan kembali 5 mL air steril dan divortex selama 2 menit. Cairan digabung, kemudian diambil sebanyak 1 mL
untuk diencerkan sampai 10
10
kali selanjutnya ditumbuhkan pada media agar menggunakan cawan petri dan diinkubasi selama dua hari. Jumlah koloni bakteri
yang tumbuh dalam media agar dihitung menggunakan metode TPC.
Proses Pengolahan Limbah Dalam Bioreaktor
Volume efektif bioreaktor anaerob untuk limbah adalah 900 mL atau 58,44vv. Limbah tekstil buatan pada bak pengisi ditambahkan 50 mL media
cair dan 2 g glukosa per liter limbah, kemudian dialirkan ke dalam 6 buah reaktor yang disusun secara seri. Teknik pengaliran limbah ke bak pengolah secara
upflow dengan laju alir sekitar 15 mLmenit selama 1 jam. Selanjutnya, limbah dalam bak pengolah anaerob didiamkan selama 4 hari untuk terjadinya proses
perombakan warna. Konsentrasi zat warna hasil pengolahan anaerob diukur setiap hari selama 4 hari menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Limbah hasil
pengolahan diukur parameter kualitas limbah meliputi pH, bau, TSS, TDS, nitrat, nitrit, BOD dan COD. Pengolahan limbah tekstil buatan dengan proses
pertumbuhan terlekat diulang tiga kali.
Kontrol Perlakuan Adsorpsi Limbah Tekstil Menggunakan Batu Vulkanik
Sebanyak 50 mL limbah tekstil buatan yang telah ditambahkan media cair dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 100 mL yang berisi 17 gram batu
vulkanik steril. Campuran tersebut didiamkan selama 4 hari, kemudian diambil sebanyak 10 mL untuk disentrifugasi pada 2.790 x g selama 30 menit.
Konsentrasi zat warna diukur setiap hari selama 4 hari menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
3.4.3.2. Pengolahan Lanjutan pada Kondisi Aerob
Pengolahan limbah tektil buatan pada tahap anaerob yang menghasilkan kualitas limbah terbaik diulang 3 kali. Hasil pengolahan tersebut digabung dan
selanjutnya digunakan sebagai sampel untuk pengolahan tahap aerob. Pengolahan tahap aerob menggunakan bakteri dari lumpur Sungai Badung yang
terdiri dari 5 kultur tunggal dan 1 konsorsium bakteri. Lima bakteri kultur tunggal tersebut merupakan bakteri yang tumbuh baik pada media cair yang berisi zat
warna remazol yellow, remazol red, remazol black, remazol blue dan remazol campuran sedangkan konsorsium bakteri adalah campuran dari kelima bakteri
kultur tunggal tersebut. Pengolahan tahap aerob menggunakan proses pertumbuhan tersuspensi dilakukan dalam erlenmeyer ukuran 500 mL. Bakteri
yang menghasilkan efisiensi perombakan tinggi dicobakan untuk mengolah limbah dengan proses pertumbuhan terlekat.
Pengolahan Menggunakan Proses Pertumbuhan Tersuspensi
Ke dalam 6 buah buah erlenmeyer 500 mL masing-masing diisi 250 mL sampel limbah hasil proses pengolahan anaerob. Masing-masing erlenmeyer
ditambahkan 5 mL nutrisi dengan konsentrasi 10 dari yang digunakan pada tahap anaerob kemudian diatur pH hingga 7. Campuran tersebut ditambahkan 10
mL kultur bakteri, kemudian diinkubasi sambil diaerasi menggunakan aerator. Pengolahan dilakukan perlakuan variasi waktu tinggal limbah 1; 2 dan 3 hari. Air
limbah hasil pengolahan diukur pH, bau, TSS, TDS, BOD, COD, nitrat, nitrit dan warna.
Pengolahan Menggunakan Proses Pertumbuhan Terlekat
Bakteri yang digunakan untuk mengolah limbah pada kondisi aerob dengan proses pertumbuhan terlekat adalah bakteri dengan aktivitas perombakan tinggi
yang diperoleh dari pengolahan aerob proses pertumbuhan tersuspensi. Pengolahan lanjutan dengan proses pertumbuhan terlekat terdiri dari 3 tahapan
yaitu, tahap amobilisasi bakteri aerob pada batu vulkanik, penentuan jumlah koloni yang teramobil pada batu vulkanik dan pengolahan limbah.
Amobilisasi Bakteri Aerob pada Batu Vulkanik
Sebanyak 148 gram batu vukanik dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 500 mL kemudian ditambahkan 50 mL kultur bakteri aerob dan 150 mL media
tumbuh. Campuran tersebut didiamkan selama 3 hari sambil diaerasi menggunakan aerator. Setelah 3 hari, cairan dituang untuk mengeluarkan bakteri
yang tidak terlekat pada batu vulkanik. Pengamatan visual terhadap permukaan struktur batu vulkanik setelah diamobilisasi dengan bakteri menggunakan
scanning electron microscope.
Penentuan Jumlah Sel Teramobil pada Batu Vulkanik
Sel yang teramobil pada batu vulkanik dilepaskan dan ditentukan jumlah koloninya menggunakan metode TPC. Pelepasan sel menggunakan modifikasi
metode yang dilakukan oleh Tauofik et al. 2004. Sebanyak 25 gram batu vulkanik yang telah diamobilisasi dengan bakteri dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 5 mL air steril kemudian divortex selama 2 menit. Cairan dituangkan dan batu vulkanik ditambahkan kembali 5 mL air steril dan divortex
selama 2 menit. Cairan digabung kemudian diambil sebanyak 1 mL untuk
diencerkan sampai 10
10
kali selanjutnya ditumbuhkan pada media agar menggunakan cawan petri dan diinkubasi selama dua hari. Jumlah koloni bakteri
yang tumbuh dalam media agar dihitung menggunakan metode TPC.
Proses Pengolahan Limbah
Ke dalam erlenmeyer ukuran 500 mL yang berisi bakteri teramobil pada batu vulkanik ditambahkan 250 mL limbah hasil pengolahan anaerob dan 15 mL
nutrisi dengan konsentrasi 10 dari nutrisi yang digunakan pada pengolahan anaerob. Pengolahan dilakukan perlakuan variasi waktu tinggal limbah 1; 2 dan 3
hari sambil diaerasi menggunakan aerator. Air limbah hasil pengolahan diuji pH, bau, TSS, TDS, BOD, COD, nitrat, nitrit dan warna. Kualitas hasil pengolahan
limbah tekstil buatan dengan proses pertumbuhan terlekat dibandingkan dengan hasil pengolahan proses tersuspensi. Hasil pengolahan terbaik selanjutnya
digunakan untuk mengolah limbah yang diambil dari industri pencelupan tekstil.
3.4.4. Pengolahan Limbah Tekstil Sistem Kombinasi Anaerob-Aerob
Air limbah tekstil diambil dari industri pencelupan tekstil CV. Mama Leon yang berlokasi di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Air limbah yang digunakan
adalah air limbah tekstil yang belum mengalami pencampuran dan pengolahan. Air limbah tekstil diolah dengan sistem kombinasi anaerob-aerob dengan proses
pertumbuhan terlekat menggunakan konsorsium bakteri atau kultur tunggal dengan efisiensi perombakan terbaik yang diperoleh pada perlakuan pengolahan
limbah tekstil buatan.
Perancangan Bioreaktor
Unit Pengolahan limbah tekstil sistem kombinasi anaerob-aerob terdiri dari 4 bak yang terbuat dari kaca yaitu, bak pengisi volume 9.600 mL dengan dimensi
panjang 20 cm, lebar 16 cm dan tinggi 30 cm, bak pengolah anaerob reaktor anaerob dengan volume total 1.540 mL dengan dimensi ukuran panjang
x lebar x tinggi internalnya masing-masing 11 x 7 x 20 cm. Setelah ditambahkan batu vulkanik 757 gram, volume efektif bioreaktor untuk limbah adalah 900 mL,
bak pengolah aerob reaktor aerob dan bak penampung efluen berdimensi yang sama dengan bak pengolah anaerob.
Gambar 21 Rancangan bioreaktor pengolahan limbah tekstil sistem kombinasi anaerob-aerob menggunakan proses pertumbuhan terlekat
Proses Pengolahan Limbah
Limbah pada bak pengisi ditambahkan 50 mL media cair dan glukosa sebanyak 2 gL, kemudian dikondisikan pada pH 7 dengan menambahkan HCl.
Limbah dialirkan ke bak pengolah anaerob secara upflow dengan laju alir sekitar 15 mLmenit selama 1 jam. Proses perombakan anaerob dibiarkan selama 3 hari
kemudian dialirkan ke bak pengolah aerob dan dibiarkan 3 hari sambil diaerasi. Setelah waktu pendiaman 3 hari, limbah dialirkan ke bak penampung dan
dilakukan analisis kualitas limbah. Pengolahan limbah tekstil dengan sistem kombinasi anaerob-aerob diulang tiga kali.
3.4.5. Uji Kualitas Hasil Pengolahan Limbah Tekstil
Uji kualitas limbah hasil pengolahan ditujukan untuk menilai efisiensi pengolahan limbah tekstil menggunakan sistem kombinasi anaerob-aerob dan
kelayakan air limbah hasil pengolahan untuk dibuang ke lingkungan. Parameter kualitas limbah yang diukur meliputi beberapa parameter fisika dan kimia serta
tingkat toksisitas akut terhadap hewan uji Daphnia magna.
1. Uji Parameter Fisika dan Kimia
Parameter kimia dan fisika kualitas limbah yang diukur mengacu pada baku mutu kualitas air yang termuat pada KepMen LH No. 51MENLH101995 tentang
baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri. Parameter kualitas limbah yang diuji dan metode pengukurannya disajikan pada Tabel 5.
Bak pengisi Limbah dan nutrisi
Penampung gas Reaktor anaerob
Batu vulkanik Aerator
Reaktor aerob Efluen
Tabel 5 Parameter kualitas air limbah yang diukur dan metode pengukurannya No Parameter Satuan
Metode Pengukuran
1 pH - Elektrokimia
2 Warna CU Spektrofotometri
3 Bau - Organoleptik
4 Residu terlarut
mgL Gravimetri 5 Residu
tersuspensi mgL Gravimetri 6 BOD
mgL Titrasi Winkler
7 COD mgL Refluks
8 NO
3
sebagai N mgL
Brusin sulfanilat 9 NO
2
sebagai N mgL
Sulfanilat 10 Klorida
mgL Titrasi argentometri
2. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas hasil pengolahan limbah tekstil dilakukan dengan mempergunakan hewan uji Daphnia magna yang berdasarkan rekomendasi ISO
66431. Penggunaan Daphnia magna memiliki kemudahan dalam pelaksaan uji di laboratorium karena mudah dikultur, berukuran kecil dan sensitif terhadap
perubahan kondisi air. Pelaksanaan uji toksisitas dilakukan dengan cara membuat seri konsentrasi limbah 100; 50; 25; 12,5 dan 6,25 sebanyak
50 mL. Masing-masing limbah ditambahkan 10 ekor Daphnia magna selanjutnya diamati amobilitasnya setelah dilakukan penggojogan selama 15 detik.
Pengamatan dilakukan dalam waktu paparan 48 jam. Data amobilitas Daphnia magna dikoreksi terhadap amobilitas pada kontrol dengan rumus Abbot:
dengan P = persentase Daphnia magna yang amobil setelah dikoreksi, P
O
adalah persentase Daphnia magna yang amobil karena perlakuan, dan P
C
adalah persentase Daphnia magna yang amobil pada kontrol. Nilai P
C
tak boleh lebih dari 10. Perhitungan nilai EC50 pada pengamatan 48 jam untuk sampel
limbah sebelum dan sesudah pengolahan ditentukan metode pendekatan regresi linear seperti yang telah dilakukan oleh Lestariningsih 2005.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif tentang genus bakteri perombak zat warna tekstil, data kuantitatif berupa efisiensi
perombakan zat warna tekstil diberbagai kondisi lingkungan dan data kuantitatif tentang beberapa parameter kualitas air limbah sebelum dan setelah dilakukan
C C
O
P P
P P
− −
= 1