Kemunculan kelas Polychaeta pada musim hujan diakibatkan oleh pola reproduksinya yang dilakukan pada saat musim hujan yaitu dari jenis Nereis,
Nephtys dan Notomastus. Menurut Suwignyo et al., 2005 reproduksi yang khas
pada beberapa jenis Nereidae, Syllidae dan Eunicidae yaitu pembentukan epitoke suatu individu reproduktif. Biasanya epitoke akan berenang ke permukaan air
dalam waktu bersamaan menjelang pagi atau petang hari untuk melepaskan sperma dan telur. Berkumpulnya begitu banyak epitoke yang matang seksual
akan meningkatkan peluang terjadinya pembuahan. Peningkatan epitoke di permukaan laut biasanya bertepatan dengan peredaran bulan seperti ”bau nyale”
yang terjadi di Lombok Selatan pada bulan Februari sampai Maret. Sehari kemudian setelah pembuahan telur menetas menjadi larva Trachophore yang
berenang bebas sebagai meroplankton. Setelah berumur tiga hari larva mengalami metamorfosa menjadi pasca larva turun ke dasar dan hidup sebagai bentos.
Selain itu sedimen di estuaria yang bertekstur lumpur berpasir dapat mendukung kehidupan dari kelas Pelecypoda dan Polychaeta sedangkan kelas
Gastropoda sulit untuk hidup. Menurut Nybakken 1988 pada substrat berlumpur ditemukan Gastropoda dengan keanekaragaman yang rendah. Hal ini
diduga karena Gastropoda sulit melekatkan diri pada substrat berlumpur. Menurut Wibisono 2005 jenis-jenis partikel sedimen sangat menentukan jenis hewan
bentos yang mendiami sedimen tersebut sebagai habitatnya, seperti untuk jenis sedimen Pebles dan Granules setidaknya akan ditemui hewan-hewan Gastropoda.
Pada musim hujan kelas Pelecypoda selalu mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh suspensi yang lebih banyak akibat debit yang lebih besar
serta adanya erosi yang meningkat di musim ini sehingga menghambat saluran pernafasan yang juga merupakan pendeposit dan penyaring makanan. Selain itu
arus yang lebih deras menyebabkan kestabilan substrat yang merupakan habitatnya menjadi lemah.
4.3.2. Estuaria Sungai Wonokromo
Kepadatan makrozoobentos antar musim estuaria Sungai Wonokromo sama dengan estuaria Sungai Porong yang tinggi pada musim kemarau.
Kemiripan keadaan ini diduga karena berasal dari satu sungai induk sehingga 55
faktor yang mempengaruhinya relatif sama. Perbedaan kepadatan antar musim diduga akibat perubahan parameter lingkungan yang sama seperti pada estuaria
Sungai Porong. Pada estuaria ini terdapat adanya dominansi dari Pelecypoda pada musim kemarau dan Gastropoda di musim hujan. Kepadatan makrozoobentos
antar musim dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Pola Sebaran Makrozoobentos antar Musim di Estuaria Sungai Wonokromo
Pelecypoda pada musim kemarau memiliki kepadatan tinggi dapat disebabkan oleh substrat yang stabil. Pada musim ini Gastropoda memiliki
kepadatan rendah yang mungkin dapat disebabkan adanya penyaringan telur dan larvanya oleh Pelecypoda yang bersifat filter feeder. Sumber makanan yang
banyak tersedia bagi Pelecypoda sehingga memungkinkan dapat berkembang pesat.
Kepadatan Gastropoda di musim kemarau yang rendah akibat adanya perubahan faktor lingkungan seperti suhu dan persaingan sumber makanan dengan
jenis yang sangat mendominasi dari kelas pelecypoda sehingga angka kematiannya tinggi. Munculnya kelas Gastropoda pada musim hujan dengan
kepadatan tinggi diduga karena adanya recruitment boom yang terjadi. Hal ini terlihat dari ukuran Gastropoda dari jenis Balcis martinii yang sangat kecil.
Gastropoda ini banyak ditemukan pada tabung-tabung Polychaeta. Selain itu Polychaeta juga muncul di musim ini hal ini diduga keduanya bersifat oportunis.
56
Sifat-sifat oportunis ini diduga dari keberadaan jenis ini dalam jumlah besar dengan ukuran yang kecil. Pada Gambar 17 disajikan sebaran kelas
makrozoobentos antar musim estuaria Sungai Wonokromo.
Gambar 17. Pola Sebaran Kelas Makrozoobentos antar Musim di Estuaria Sungai Wonokromo
Pada Gastropoda dan Polychaeta, mortalitas yang tinggi tersebut terjadi pada musim kemarau. Pada musim hujan melakukan reproduksi dalam jumlah
besar. Perubahan suhu dapat menjadi isyarat bagi organisme untuk memulai atau mengakhiri berbagai aktivitas, misalnya reproduksi Nybakken, 1988.
Menurut Mac Arthur 1960 in Nybakken 1988 pola daur hidup Oportunistik memiliki ciri masa hidup yang pendek, perkembangan yang cepat
untuk bereproduksi, terdapat banyak periode reproduksi per tahun, larva terdapat hampir atau sepanjang tahun di perairan dan angka kematiannya tinggi. Biasanya
mereka merupakan hewan kecil dan sering menetap atau sessil. Pelecypoda yang berkepadatan tinggi pada musim kemarau dapat
disebabkan oleh terakumulasi dan mengendapnya bahan-bahan organik yang dibutuhkan sebagai bahan makanan. Hal ini sesuai bagi kelas ini karena jenis
Tellina bersifat Deposit feeder yang menyenangi substrat lunak dan berbahan
organik tinggi. Menurut Nybakken 1988 penggali pemakan deposit cenderung melimpah pada sedimen lumpur dan lunak yang merupakan daerah yang
mengandung bahan organik yang tinggi. Di beberapa daerah yang biasanya 57
terdapat penggali pemakan deposit ternyata jarang terdapat atau tidak ada pemakan suspensi.
Penurunan kepadatan Pelecypoda yang terjadi di musim hujan dapat disebabkan substrat yang mengeras karena aktivitas dari organisme pembuat
tabung. Hal ini terlihat dari substrat yang ditemukan yaitu keras yang merupakan sarang dari Polychaeyta. Substrat yang keras akan menyulitkan golongan Deposit
Feeder untuk mencari makanan dan mempersempit habitatnya.
Menurut Nybakken 1988 organisme pembuat tabung membentuk tabung dalam substrat di tempat mereka hidup yang mampu menstabilkan
substrat. Adanya tabung dalam substrat membatasi tempat yang tersedia untuk digali oleh pemakan deposit bahkan pemakan deposit tidak dapat menembus ke
bawah karena terhalang oleh tabung yang keras. Pembuat tabung dapat dijumpai di lumpur atau pasir. Penyingkiran melalui aktivitas normal semacam ini
dinamakan Gangguan Kompetisi Competitive Interference Nybakken, 1988.
4.3.3. Perbandingan Struktur Komunitas Makrozoobentos di Kedua Musim